Debut Stefano Pioli sebagai pelatih AC Milan pada laga kontra Lecce berakhir dengan hasil yang kurang memuaskan. Pioli masih butuh waktu untuk membangun karakter tim.
Oleh
HERPIN DEWANTO PUTRO
·3 menit baca
MILAN, SENIN — Pada pertengahan 2017, AC Milan bertekad mewujudkan ambisi untuk kembali merajai Italia. Lebih dari 20 juta euro (Rp 1,9 triliun) digelontorkan untuk membeli pemain baru dan membangun skuad. Namun, tim ”Rossoneri” masih sibuk mencari jati diri di Stadion San Siro, Senin (21/10/2019) dini hari WIB, dan kesulitan mendulang poin.
Mimpi-mimpi yang dibangun dan kemudian ditinggalkan oleh pengusaha asal China, lI Yonghong, pada pertengahan 2017 itu telah menjadi mimpi buruk. Alih-alih merajai Italia, Milan kini justru terperosok ke papan bawah klasemen Liga Italia. Laga kontra Lecce yang berakhir imbang 2-2 di San Siro itu masih memperlihatkan Milan yang kebingungan dan kehilangan karakter.
Di lihat dari komposisi pemain, Milan unggul dan berpeluang besar menang atas Lecce, yang merupakan tim promosi dari Serie B atau liga kasta kedua Italia pada musim ini. Milan memang bisa tampil meyakinkan ketika Hakan Calhanoglu mencetak gol pertama pada menit ke-20. Mereka bisa menguasai permainan dengan baik.
Namun, pola permainan Milan tidak bisa berkembang pada babak kedua dan Lecce bisa menyamakan kedudukan melalui gol Khouma Babacar. Milan kembali unggul melalui Krzysztof Piatek, tetapi masih bisa disamakan Lecce melalui gol Marco Calderoni.
Milan sekali lagi harus puas meraih satu poin dan berada di peringkat ke-12 dengan 10 poin. Mereka tertinggal 12 poin dari Juventus yang berada di puncak klasemen dengan 22 poin. Ini merupakan hasil imbang pertama Milan setelah menjalani delapan laga musim ini. Empat laga lainnya berakhir dengan kekalahan dan mereka baru menang tiga kali.
Laga kontra Lecce itu otomatis menjadi hari yang buruk bagi pelatih baru Milan, Stefano Pioli. Mantan pelatih Inter Milan dan Fiorentina itu seharusnya bergembira karena menjalani debut bersama Milan dan merayakan ulang tahunnya yang ke-54 pada Minggu (20/10).
Saya sebenarnya berharap mendapat kado di hari ulang tahun ini. Kami batal menang karena kesalahan yang kami lakukan.
Hasil imbang itu termasuk rentetan dari masalah yang berawal dari pertengahan 2017 itu dan Pioli menjadi pelatih terkini yang harus bisa mengatasi masalah itu. Niat Li Yonghong waktu itu terkesan baik karena berani menggelontorkan banyak uang untuk membeli banyak pemain baru. Namun, hingga saat ini, para pemain yang masih bertahan tidak juga memperlihatkan keharmonisan dalam permainan.
Vincenzo Montella merupakan pelatih yang mencoba membangun mimpi Li Yonghong pada awal era rekonstruksi semu itu. Pada akhirnya, Montella kewalahan dan digantikan Gennaro Gattuso yang sempat membuat perubahan meski tidak bertahan lama. Milan di tangan Gattuso gagal finis di peringkat keempat pada musim 2018-2019 untuk merebut tiket Liga Champions.
Posisi pelatih pada awal musim 2019-2020 kemudian diisi Marco Giampaolo hingga tujuh laga sebelum diganti Pioli. Artinya, Milan sudah berganti empat pelatih dalam empat musim sejak musim 2016-2017 dan sulit mencari kestabilan.
Analis sepak bola Vijay Rahaman dalam artikelnya di Football-Italia mengkritisi mentalitas pemain. Ketika tempo permainan turun, pola permainan Milan semakin mudah dibaca lawan. Dengan demikian, ketika pelatih sudah berupaya keras, kini tinggal pemain yang harus berinisiatif. Tanggung jawab kini ada pada pemain. (AFP)