Kaisar Naruhito Berharap Jepang Terus Berkontribusi bagi Perdamaian Dunia
Oleh
ELOK DYAH MESSWATI
·3 menit baca
TOKYO, SELASA — Kaisar Jepang Naruhito secara resmi mengumumkan naik takhta dalam upacara kerajaan di Istana Kekaisaran di Tokyo, Jepang, Selasa (22/10/2019). Upacara itu dihadiri tamu negara dari 180 lebih negara, termasuk Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Pangeran Charles dari Inggris, dan Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi.
”Saya bersumpah akan bertindak sesuai dengan konstitusi dan memenuhi tanggung jawab sebagai simbol negara dan persatuan rakyat Jepang,” kata Naruhito (59) di hadapan sekitar 2.000 tamu undangan.
”Saya dengan tulus berharap, Jepang akan terus mengembangkan serta berkontribusi bagi persahabatan dan perdamaian masyarakat internasional serta bagi kesejahteraan dan kemakmuran manusia melalui kebijakan rakyat dan upaya terus-menerus,” lanjutnya.
Naruhito menjadi Kaisar Jepang dan istrinya, Masako, menjadi permaisuri pada 1 Mei 2019 dalam upacara singkat setelah pengunduran diri ayahnya, Akihito, sebagai Kaisar Jepang. Upacara Sokui no Rei dalam penobatan resmi Kaisar Naruhito merupakan ritual saat Naruhito secara resmi mengumumkan posisinya sebagai Kaisar Jepang kepada dunia.
Kini Naruhito memimpin monarki tertua di dunia yang, menurut para sejarawan, berdiri sejak 1.500 tahun silam. Upacara kekaisaran ini juga dimaksudkan untuk menggalang dukungan publik Jepang.
Takhta Takamikura
Upacara dimulai dengan bunyi gong di Matsu-no-Ma, atau Hall of Pine, ruangan paling bergengsi di Istana Kekaisaran Jepang. Naruhito mengenakan jubah formal berwarna oranye kecoklatan dengan hiasan kepala hitam. Dia berdiri diam, sementara dua petugas berjubah hitam menarik ke samping tirai ungu yang mengelilingi takhta.
Takhta yang disebut Takamikura adalah struktur dekoratif setinggi 6,5 meter yang menyerupai gazebo. Sebelum dibawa ke Tokyo, takhta ini dipisahkan dalam 3.000 keping dan diangkut tahun lalu dari bekas Istana Kekaisaran di Kyoto, ibu kota Jepang kuno, tempat kaisar bermukim sampai 150 tahun lalu.
Takhta itu kemudian dirakit ulang dan diperbaiki dengan pelapis pernis baru. Terlepas dari waktu, upaya dan biaya yang harus disiapkan, upacara penobatan Kaisar Jepang tersebut hanya berlangsung sekitar 30 menit.
Permaisuri Masako, yang berpendidikan Universitas Harvard, mengenakan jubah tebal 12 lapis, berdiri di atas singgasana yang lebih kecil di samping Kaisar Naruhito. Jubah tradisional yang dikenakan Masako memiliki berat sekitar 15 kilogram.
Upacara penobatan ini telah lama direncanakan oleh Pemerintah Jepang dan dinyatakan sebagai hari libur nasional. Upacara penobatan berlangsung setelah topan Hagibis menghantam Jepang pada pekan lalu dan menewaskan sedikitnya 82 orang.
Karena itulah, parade perayaan penobatan Kaisar Jepang yang semula akan digelar seusai upacara ditunda hingga 10 November 2019. Pemerintah Jepang ingin mencurahkan perhatian pada proses pembersihan lokasi bencana topan dan rencana pemulihan serta pembangunan kembali daerah lokasi bencana.
Perdana Menteri Shinzo Abe menyampaikan pidato ucapan selamat sebelum berkumpul dengan para pejabat, termasuk Pangeran Mahkota Akishino, adik lelaki Kaisar Naruhito, dan keluarganya yang semuanya mengenakan jubah berwarna cerah. Abe memimpin teriakan tiga kali ”banzai”, yang berarti ’umur panjang’ untuk kaisar di depan salut 21 kali tembakan. (REUTERS/AP)