Status Turun, Pengunjung Masih Dilarang Dekati Kawah Tangkuban Parahu
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menurunkan status Gunung Tangkuban Parahu dari Waspada ke Aktif Normal, Senin (21/10/2019), pukul 09.00.
Oleh
Samuel Oktora
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS-Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menurunkan status Gunung Tangkuban Parahu dari Waspada ke Aktif Normal, Senin (21/10/2019), pukul 09.00. Namun, pengunjung belum bisa mendekati kawah-kawah untuk mencegah munculnya paparan gas berbahaya.
Sebelumnya, Gunung Tangkuban Parahu di perbatasan Kabupaten Subang dan Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, erupsi pada Jumat (26/7/2019). Semua aktivitas pada radius 2 kilometer dari bibir kawah masih terlarang.
Erupsi Gunung Tangkuban Parahu, Jumat pukul 15.48, berdurasi 5 menit 30 detik. Kolom abu menjulang lebih kurang 200 meter di atas puncak. Pada 2 Agustus 2019, status gunung naik dari Aktif Normal menjadi Waspada.
“Status Gunung Tangkuban Parahu telah diturunkan dari Waspada ke Aktif Normal. Masyarakat kini sudah dapat menikmati pemadangan kawah gunung ini. Namun, jangan turun dan mendekat ke lubang Kawah Ratu, dan kawah aktif lainnya, karena potensi bahaya dari ancaman peningkatan konsentrasi gas vulkanik masih ada meski nilainya di bawah ambang batas,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi, Kasbani di Bandung, Senin.
Kasbani menjelaskan, penurunan status ini diberikan setelah mencermati pengamatan visual, juga dari hasil instrumental, di antaranya erupsi freatik berupa letusan abu dan lumpur sudah tidak teramati dalam satu bulan terakhir. Aktivitas saat ini, berupa embusan gas atau uap air dari kawah aktif berwarna putih tipis – tebal dengan ketinggian rata-rata 50 meter dari dasar kawah.
Selain itu pada tubuh Gunung Tangkuban Parahu tidak terjadi pengempisan. Hal itu mengindikasikan tidak ada desakan atau tekanan magma ke permukaan.
Pada tubuh Gunung Tangkuban Parahu tidak terjadi pengempisan. Hal itu mengindikasikan tidak ada desakan atau tekanan magma ke permukaan
Dari data seismik, kegempaan Gunung Tangkuban Parahu sejak 1 Oktober didominasi gempa hembusan. Gempa-gempa vulkanik antara lain vulkanik dalam, vulkanik dangkal, dan tremor masih terekam, tapi dengan kecenderungan energi gempa terus menurun.
“Aktivitas Tangkuban Parahu sejak 1 Oktober sampai sekarang energi gempa cenderung menurun dan stabil,” ujar Kasbani.
Kasbani juga mengimbau masyarakat di sekitar gunung api berstatus Waspada lainnya agar tetap tenang. Beberapa gunung itu seperti Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan DI Yogyakarta dan Anak Krakatau di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung.
“Masyarakat silahkan beraktivitas seperti biasa, tapi tetap perlu memperhatikan jarak aman yang sudah kami rekomendasikan. Pendakian masih dilarang dalam radius 3 kilometer dari puncak Merapi. Namun di luar radius itu masuk jarak aman,” ucap Kasbani.
Sedangkan di Anak Krakatau, PVMBG merekomendasikan agar masyarakat tidak beraktivitas atau mendekat gunung dalam radius 2 km dari kawah .
Sementara itu, terkait kebakaran di kawasan Gunung Ranti dan Gunung Widodaren di perbatasan Bondowoso dan Banyuwangi, Jawa Timur, Kasbani mengatakan, peristiwa ini tak terkait aktivitas Gunung Raung dan Gunung Ijen.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Badan Geologi, Hendra Gunawan mengatakan, abu hasil kebakaran dikabarkan sampai ke Jember. Namun, ia memastikan kasus kebakaran di kedua tempat itu bukan karena aktivitas gunung api. Saat ini, Raung dan Ijen, statusnya masih Aktif Normal.
"Tak ada peningkatan seismik, maupun data instrumental lainnya,” kata Hendra.