Pidato pelantikan Presiden Joko Widodo di periode kedua pemerintahan menyampaikan pesan bahwa semua elemen bangsa perlu bekerja bersama dengan lebih keras guna meraih mimpi Indonesia maju pada 2045.
Dalam pidato pelantikan sebagai Presiden RI periode 2019-2024, Minggu (20/10/2019), pada Sidang Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat, Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya kerja keras, kerja cepat, mengembangkan cara-cara baru, serta mendobrak rutinitas, dan produktivitas. Presiden menegaskan sudah saatnya inovasi menjadi bagian budaya bangsa guna mencapai Indonesia maju saat satu abad perayaan kemerdekaan Indonesia pada 2045.
Semangat bekerja lebih keras itu mirip dengan isi pidato Jokowi saat dilantik untuk periode pertama pemerintahannya, 20 Oktober 2014. Saat itu, Jokowi menekankan pentingnya semangat bekerja pada semua aparat lembaga negara dengan ungkapan ”bekerja, bekerja, dan bekerja”. Kini, selain bekerja keras dan cepat, hal lainnya ialah bekerja yang berorientasi pada hasil nyata yang dirasakan rakyat.
Meskipun semangat bekerja keras konsisten digelorakan Jokowi di dua kali pidato pelantikan sebagai presiden, ada perbedaan penekanan dalam isi pesan yang disampaikan. Dalam pidato tahun 2014, Jokowi lebih menekankan pada upaya menyatukan kembali rakyat agar bergerak bersama mencapai tujuan bangsa.
Pada pidato kemarin, Jokowi lebih memberikan gambaran arah dan tujuan yang akan dicapai bangsa ini beserta langkah-langkah yang harus diambil. Lima tahun ke depan akan difokuskan pada bidang-bidang yang nyata memberikan hasil dengan berbagai terobosan dan inovasi.
Meski waktu pidato terhitung singkat, yaitu 16 menit, pesan yang ingin disampaikan Presiden terkirim dengan jelas dan lengkap. Selain mengungkap arah dan tujuan yang ingin dicapai, pidato itu juga memuat sejumlah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan itu.
Menyapa
Di awal pidato, kemarin, Jokowi menyapa seluruh pimpinan MPR/DPR/DPD, para presiden dan wakil presiden periode sebelumnya, kepala negara atau pemerintahan serta utusan khusus dari negara sahabat, dan para pimpinan lembaga-lembaga tinggi negara.
Sapaan khusus disampaikan Jokowi kepada Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, rivalnya di Pemilu Presiden 2019. Ini hampir sama dengan pidato 2014. Saat itu, Jokowi juga menyapa Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang adalah rivalnya di Pilpres 2014.
Kemarin, Jokowi memberikan tekanan kata-kata dan jeda saat menyebutkan nama Prabowo dan Sandiaga sebagai sahabat baik. Prabowo dan Sandiaga menyambut sapaan itu dengan berdiri dan memberi hormat kepada Jokowi.
Pada bagian inti pidato, Jokowi menggunakan waktu 13 menit 5 detik untuk menyampaikan poin-poin ke arah mana bangsa ini akan dibawa. Jokowi memberikan sinyal sebentar lagi Indonesia memasuki satu abad merdeka pada 2045. Indonesia harus menjadi negara maju dalam 26 tahun ke depan.
Semangat kerja keras, kerja cepat, dan mengembangkan cara-cara baru menjadi tekanan untuk mencapai mimpi Indonesia masuk peringkat lima besar ekonomi dunia pada 2045. Ini mirip dengan pidato pelantikan Jokowi tahun 2014. Saat itu, Jokowi memberikan sinyal agar semua birokrasi dan elemen masyarakat bahu-membahu untuk terus bekerja, bekerja, dan bekerja.
Jokowi mengkritik jajaran birokrat yang cenderung berorientasi pada proses tanpa mengutamakan hasil. Ini karena tugas aparat ialah membuat masyarakat menikmati pelayanan dan menikmati hasil pembangunan.
Setelah memberikan gambaran mimpi bangsa dan kendalanya, Presiden kemudian fokus pada target kerja di periode kedua pemerintahan, yaitu membangun fondasi untuk meraih mimpi bangsa tersebut. Ada lima prioritas untuk lima tahun ke depan, yakni pembangunan sumber daya manusia (SDM), pembangunan infrastruktur, penyederhanaan regulasi, penyederhanaan birokrasi, dan transformasi ekonomi.
SDM yang akan dicapai ialah pekerja keras, dinamis, terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembangunan infrastruktur dilakukan dengan menghubungkan kawasan produksi dengan kawasan distribusi, yang mempermudah akses ke kawasan wisata, membuka lapangan kerja baru, yang mengakselerasi nilai tambah perekonomian rakyat.
Dalam hal regulasi, pemerintah akan mengajak DPR menerbitkan dua undang-undang, yaitu UU Cipta Lapangan Kerja dan UU Pemberdayaan UMKM. Kedua UU itu akan menjadi omnibus law, yaitu satu UU yang sekaligus merevisi beberapa UU, bahkan puluhan UU. Puluhan UU yang menghambat penciptaan lapangan kerja dan pengembangan UMKM akan sekaligus langsung direvisi.
Birokrasi juga menjadi sektor yang akan diperbaiki secara komprehensif. Prosedur birokrasi harus dipotong. Presiden juga akan memangkas jabatan eselon, diganti dengan jabatan fungsional yang menghargai keahlian dan kompetensi. Ini menegaskan karakter kepemimpinan Jokowi yang mengutamakan gerak cepat dan mempermudah birokrasi.
Transformasi ekonomi menjadi poin kelima yang ditekankan oleh Presiden. Indonesia harus mengubah ketergantungan sumber daya alam menjadi daya saing manufaktur dan jasa modern yang mempunyai nilai tambah tinggi. Makin terbatasnya potensi sumber daya alam harus diatasi dengan produk lain yang mampu menggerakkan roda ekonomi secara berkesinambungan.
Di bagian akhir, Jokowi mengutip pepatah Bugis yang berbunyi ”Pura babbara’ sompekku, Pura tangkisi’ golikku” yang artinya ’Layarku sudah terkembang… Kemudiku sudah terpasang….’ Pepatah ini mengandung makna, sebagai nakhoda Indonesia, Jokowi bersama Wakil Presiden Ma’ruf Amin siap mengarungi lautan dan menerjang ombak, tetapi tetap mengutamakan kecermatan dan penuh perhitungan. (TOPAN YUNIARTO/LITBANG KOMPAS)