Massa pendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin bercampur baur dengan publik, antusias merayakan pelantikan Jokowi-Amin. Antusiasme disertai setumpuk harapan dan kini saatnya Jokowi-Amin membayarnya dengan memenuhi harapan itu.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA P, STEFANUS ATO, dan ADITYA DIVERANTA
·5 menit baca
Massa pendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin, bercampur baur dengan publik, begitu antusias merayakan pelantikan keduanya sebagai Presiden-Wakil Presiden 2019-2024. Dari sejumlah daerah mereka hadir untuk turut bersukacita. Antusiasme itu disertai setumpuk harapan dan kini saatnya Jokowi-Amin mulai membayarnya dengan memenuhi harapan itu.
Mulai sekitar pukul 10.00, Minggu (20/10/2019), lokasi seputaran Monas, Jakarta, dipadati oleh massa. Mereka berkumpul ke titik perayaan pelantikan Jokowi-Amin yang dibuat oleh sukarelawan pendukung Jokowi-Amin, di sepanjang Jalan Medan Merdeka Barat, dari mulai Taman Pandang Istana hingga Patung Arjuna Wijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Patung Kuda.
Mayoritas massa adalah sukarelawan dan pendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin yang sama-sama mengenakan pakaian berwarna merah putih. Mereka kemudian membaur dengan warga yang turut hadir di lokasi perayaan.
Di sepanjang jalan itu, mereka dihibur alunan musik dari sejumlah panggung. Mereka juga dihibur tari-tarian tradisional yang dipersembahkan kelompok seni dari sejumlah daerah. Selain itu, untuk melepas rasa lapar massa, 130 gerobak nasi goreng disiapkan di sepanjang jalan.
Sukirman (65) adalah salah satu sukarelawan yang turut hadir. Warga Menur, Surabaya, Jawa Timur, itu mengaku berangkat ke Jakarta dengan mengayuh becak dari Surabaya pada 7 Oktober 2019. Dia menempuh jalur selatan Jawa seorang diri. Saat berangkat, Sukirman hanya berbekal uang Rp 175.000. Selama perjalanan Surabaya-Jakarta, Sukirman kerap bermalam di becaknya. Panas dan debu jalanan dia tembus demi tiba di Jakarta.
Saat perbekalannya habis, dia hidup dari belas kasihan masyarakat di sepanjang jalan. Adapun untuk keperluan mandi, Sukirman menumpang di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU). Setelah melewati perjalanan panjang nan melelahkan, Sukirman tiba di Jakarta pada pagi saat hari pelantikan Jokowi-Amin dilangsungkan.
”Tujuan ke Jakarta untuk ikut berbahagia atas pelantikan Pak Jokowi. Semoga beliau semakin bisa memberikan perhatian kepada rakyat kecil,” tutur Sukirman.
Dia menaruh harapan besar pada periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi. Dia ingin kebijakan Presiden, khususnya di bidang pertanian, bisa lebih memihak petani kecil seperti dirinya. Selain itu, dia juga berharap Jokowi bisa lebih memperluas lapangan kerja.
”Anak saya belum punya pekerjaan tetap, dia serabutan,” ucap Sukirman.
Tak hanya Sukirman, Ramjan Muhammad (52) sengaja datang ke Jakarta dari Manado, Sulawesi Utara, hanya untuk merayakan pelantikan Jokowi-Amin. Dia datang bersama keponakannya, Muhammad Jibran (20).
Keduanya berangkat dari Manado dengan menggunakan kapal laut. Selama setidaknya dua hari perjalanan, mereka tiba di Jakarta pada 19 Oktober 2019 atau sehari sebelum pelantikan Jokowi-Amin.
Ramjan merupakan penyandang disabilitas. Oleh karena itu, dia mengandalkan Jibran untuk mendorong kursi rodanya atau sekadar mengambilkan makanan selama perjalanan. Kursi roda Ramjan juga dipenuhi atribut bendera Merah Putih dan kalimat dukungan serta ucapan selamat kepada Presiden Joko Widodo.
Keputusan keduanya berangkat ke Jakarta didorong kinerja Jokowi pada periode pertama pemerintahannya. Salah satunya, lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. ”Kami sudah menunggu sangat lama untuk undang-undang itu. Kehadiran undang-undang itu memberikan perhatian lebih besar dan akses bagi penyandang disabilitas,” ujarnya.
Saksi sejarah
Sidiq Abdurahman (50), warga Desa Semedo, Kecamatan Kedung Banteng, Tegal, Jawa Tengah, yang juga hadir saat perayaan pelantikan, punya cerita lain. Meski uangnya pas-pasan, dia tetap nekat ke Jakarta dari Tegal. Bahkan, kini dia mengaku tak punya uang untuk kembali sehingga masih mencari pinjaman teman atau kerabatnya yang berada di Jakarta.
”Yang saya lihat, sosok presiden kita adalah pribadi yang merakyat dan benar-benar bekerja. Hal yang paling nyata saya lihat adalah penggelontoran dana desa untuk wilayah saya, sampai jembatan jeblok kini bisa dibangun lagi,” ujar Sidiq menceritakan alasannya rela meluangkan waktu, tenaga, dan biaya untuk berangkat ke Jakarta.
Tak sekadar hadir, tebersit harapan pula dari Sidiq kepada Jokowi-Amin. ”Pembangunan harus terus berlanjut. Saya harap manfaat dari pembangunan ini dapat dirasakan oleh generasi anak-anak saya nanti,” ujar Sidiq.
Selain itu, ada pula yang menyelipkan harapan agar pemerintah memperhatikan isu hak asasi manusia. Ini seperti diutarakan Benny Naraha Lefaan dari Papua. Dia berharap Presiden Joko Widodo dapat segera menuntaskan kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia di Papua. ”Kami berbicara tegas menagih janji ini karena kami sayang Presiden. Jangan sampai isu-isu seperti ini dibiarkan dan menimbulkan perpecahan,” katanya.
Sarana persatuan
Kesukarelawanan dalam merayakan pelantikan Jokowi-Amin juga dihadirkan kelompok-kelompok seni. Salah satunya Sanggar Daluk Papuan, Banten, pimpinan Atun Lesmana. Mereka rela hadir di Taman Pandang Istana mementaskan tarian reog ponorogo tanpa dibayar sepeser pun.
”Kami mencintai Pak Jokowi, kami mencintai Indonesia. Hari ini kami hadir di sini tanpa ada imbalan apa pun. Kami hanya ingin memberikan dukungan agar Pak Jokowi terus bekerja untuk Indonesia,” kata Atun.
Lebih dari itu, dengan mementaskan budaya, mereka ingin mempersatukan masyarakat yang terpolarisasi saat Pemilu 2019. ”Kami sengaja tampil dengan tarian karena negara ini bisa kembali bersatu dengan budaya,” tuturnya.
Kesukarelawanan itu juga dibungkus dengan harapan kepada Jokowi-Amin. Atun berharap, selama lima tahun ke depan, kebudayaan Indonesia diberi panggung agar terus berkembang. Sebab, kebudayaan berperan penting dalam membangun karakter bangsa.
Selain dari Banten, ada pula sukarelawan Jokowi-Amin asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mementaskan kebudayaan NTT, seperti tarian Ratangga dari Sumba, tarian Hegong dari Maumere, dan tarian Okomama dari Timor. Mereka juga sukarela mementaskan tarian-tarian tersebut.
Ketua Dewan Pembina Aliansi Relawan Jokowi (ARJ) Haidar Alwi menyampaikan, beragam budaya sengaja ditampilkan, juga perwakilan sejumlah suku sengaja dihadirkan saat perayaan pelantikan, untuk menunjukkan Indonesia bersatu mendukung Jokowi-Amin. Kedatangan mereka disebutnya sukarela dan tanpa pamrih.
”Tak ada tendensi atau pretensi apa-apa. Ini teman-teman dari Minahasa naik truk dari Rawasari, Jakarta, berpanas-panasan. Betul-betul karena kecintaan terhadap NKRI,” tutur Haidar.
Atas antusiasme sukarelawan dan publik itu, kini saatnya Jokowi-Amin untuk mulai membayarnya. Tidak dengan uang, tetapi dengan kerja nyata. Dengan demikian, seluruh harapan masyarakat bisa terpenuhi.