Buku-buku Indonesia Diminati di Frankfurt Book Fair
Hingga hari ketiga Frankfurt Book Fair 2019, Jumat (18/10/2019), hak cipta 24 judul buku Indonesia terjual dan segera diterjemahkan ke dalam sejumlah bahasa. asing.
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan dari Frankfurt, Jerman
·5 menit baca
FRANKFURT, KOMPAS — Hingga hari ketiga pameran akbar buku Frankfurt Book Fair 2019, sejumlah penerbit luar negeri mulai berdatangan membeli hak cipta buku-buku Indonesia. Ada 24 judul buku Indonesia yang berhasil terjual dan segera diterjemahkan ke berbagai bahasa asing.
Pameran dagang industri buku yang digelar rutin setiap tahun di Frankfurt ini efektif menjaring peminat-peminat hak cipta buku dari berbagai penjuru dunia. Setiap penerbit berusaha mendapatkan hak cipta dari buku-buku laris dunia untuk diterjemahkan ke dalam bahasa mereka. Selain itu, seluruh penerbit juga proaktif menawarkan buku-buku mereka agar bisa diterjemahkan ke berbagai macam bahasa.
Sebanyak 24 judul buku Indonesia yang berhasil terjual meliputi 6 judul buku terbitan kelompok penerbitan Gramedia, 1 judul buku terbitan Marjin Kiri, 12 judul buku terbitan Mizan, dan 5 judul terbitan Kesaint Blanc. Hak cipta buku-buku tersebut berhasil terjual ke penerbit dari Vietnam, Malaysia, Mesir, Pakistan, dan Thailand. Buku-buku tersebut rata-rata bertema tentang motivasi Islami, sastra, anak-anak, dan buku-buku dengan ilustrasi unik.
Keenam judul buku kelompok penerbitan Gramedia yang terjual hak ciptanya meliputi The Book of Invisible Questions karya Lala Bohang (PT Gramedia Pustaka Utama), Journal of Gratitude karya Sarah Amijo (Kepustakaan Populer Gramedia), My Coffee Affairs and The Other Snacks karya Zulie (Kepustakaan Populer Gramedia), Things & Thoughts I Drew When I Was Bored karya Naela Ali (Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia), Kamus Bergambar Mandarin-Indonesia-Inggris karya PT Tritunggal Anugerah Abadi (PT Gramedia Pustaka Utama), dan Ubah Patah Hati Jadi Prestasi karya Dwi Suwiknyo (Elex Media Komputindo).
Manajer Penjualan Hak Cipta Gramedia International, Wedha Stratesti Yudha, mengatakan, buku The Book of Invisible Questions, Journal of Gratitude, My Coffee Affairs and the Other Snacks, dan Things & Thoughts I Drew When I Was Bored akan segera diterjemahkan ke dalam bahasa Vietnam oleh A-Z Vietnam. Buku-buku ini akan dicetak sejumlah 2.000 eksemplar tiap judul untuk dipasarkan di Vietnam.
Adapun buku Kamus Bergambar Mandarin-Indonesia-Inggris akan diterjemahkan ke dalam bahasa Vietnam oleh Nhan Tri Viet dan akan dicetak sejumlah 2.000 eksemplar untuk dipasarkan di Vietnam. Adapun buku Ubah Patah Hati Jadi Prestasi akan diterjemahkan ke bahasa Malaysia oleh PTS Malaysia dengan oplah mencapai 3.000 eksemplar.
”Malaysia telah lama menjalin kerja sama dengan Indonesia dalam dunia penerbitan buku. Tahun ini, Malaysia telah menerbitkan 25 judul buku dari kelompok penerbit Gramedia. Buku-buku tersebut telah diterbitkan oleh penerbit Malaysia yang berbeda-beda. Rata-rata, buku-buku Indonesia yang digemari di Malaysia adalah buku-buku bergenre motivasi Islami, buku anak, dan buku non fiksi,” kata Wedha, Jumat (18/10/2019), di sela-sela kegiatan Frankfurt Book Fair 2019 di Frankfurt, Jerman.
Tahun ini, Malaysia telah menerbitkan 25 judul buku dari kelompok penerbit Gramedia.
Kedekatan budaya antara negara-negara di kawasan ASEAN membuka peluang yang besar bagi pertukaran budaya antarnegara salah satunya melalui buku. Negara-negara ASEAN sekarang sedang gencar membangun sehingga transfer ilmu pengetahuan mengalir sangat deras dan buku-buku bacaan menjadi kebutuhan utama untuk memenuhi proses itu.
”Celah inilah yang membuka peluang kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara ASEAN lainnya,” ujar General Manager PT Gramedia Pustaka Utama Siti Gretiani.
Novel sastra Indonesia
Selain buku-buku bertema motivasi Islam dan buku-buku berilustrasi unik, sejumlah penerbit luar negeri juga menyasar buku-buku sastra Indonesia seperti yang dilakukan penerbit Mesir Sefsafa. Setelah melakukan pendekatan sejak perhelatan Jakarta International Literary Festival 2019 pada 20-24 Agustus 2019 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, penerbit Selsafa akhirnya membeli hak cipta novel sastra Dawuk, Kisah Kelabu dari Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan terbitan Marjin Kiri. Novel tersebut akan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Pemimpin Redaksi Marjin Kiri Ronny Agustinus mengatakan, novel Dawuk akan dicetak sekitar 1.000 eksemplar oleh penerbit Selsafa dari Mesir. ”Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Annie Tucker yang juga menerjemahkan novel Vengeance Is Mine, All Others Pay Cash karya Eka Kurniawan. Sebelumnya, novel Mahfud Ikhwan ini juga sudah pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh penerbit Gerakbudaya Malaysia,” katanya.
Dawuk secara universal mencoba berbicara tentang cinta dan halangannya dengan latar belakang setting di sebuah kota kecil Jawa yang hutan-hutan jatinya dijarah. Penjarahan hutan secara ilegal dan kemiskinan memaksa warga setempat pergi ke luar negeri sebagai buruh migran. Dengan caranya yang unik dan dibungkus dengan teknik narasi yang bagus secara sastrawi, Dawuk mampu menarik gairah penerbit Mesir.
Dengan caranya yang unik dan dibungkus dengan teknik narasi yang bagus secara sastrawi, Dawuk mampu menarik gairah penerbit Mesir.
Pada genre buku anak-anak, penerbit Mizan berhasil menjual hak cipta Seri Character Building for Kids sebanyak 12 judul ke penerbit Ferozsons Ltd, Pakistan dan akan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Sementara itu, Kesaint Blanc mampu mengegolkan lima judul bukunya ke Praphansarn Publishing co.ltd, Thailand, untuk diterjemahkan ke bahasa Thailand.
Penandatanganan kontrak penjualan hak cipta terhadap enam judul buku terbitan kelompok penerbit Gramedia dan satu judul buku terbitan Marjin Kiri berlangsung, Kamis (17/10/2019). Sehari kemudian, pada Jumat (18/10/2019), Mizan dan Kesaint Blanc juga menandatangani kontrak penjualan.
Proses penjajakan antarpenerbit di ajang Frankfurt Book Fair 2019 masih terus berjalan hingga 20 Oktober 2019 mendatang. Selain penandatanganan komitmen jual beli hak cipta saat pameran, para penerbit dari seluruh dunia biasanya juga menindaklanjuti hubungan kerjasama setelah berakhirnya pameran.
Direktur Borobudur Agency sekaligus anggota Promosi Literasi dan Lisensi Hak Cipta Internasional Komite Buku Nasional (KBN), Thomas Nung Atasana, menambahkan, beberapa tahun terkahir, penjualan hak cipta buku-buku Indonesia terbanyak masih didominasi pada genre buku-buku anak dan buku fiksi sastra. Rata-rata, penerbit-penerbit luar negeri lebih tertarik pada buku-buku yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.