Tim dayung Indonesia mengoreksi target medali emas SEA Games 2019 dari sembilan menjadi lima karena tidak ada pemusatan latihan di luar negeri. Namun, PB PODSI tetap berkomitmen meloloskan atletnya ke Olimpiade 2020.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keterbatasan anggaran membuat tim dayung Indonesia batal menjalani pemusatan latihan di Amsterdam, Belanda. Hal ini berdampak pada turunnya target perolehan medali tim ”Merah Putih” pada SEA Games 2019 dari sembilan menjadi lima medali emas. Tahun ini, PB PODSI mendapat anggaran Rp 12 miliar dari usulan Rp 36 miliar.
Wakil Ketua Umum PB PODSI Budiman Setiawan mengatakan, pemusatan latihan di luar negeri sangat memengaruhi pencapaian atlet. ”Dengan tidak adanya latihan di Belanda, target prestasi kami tidak bisa maksimal seperti pada Asian Games lalu. Kami tidak berani memasang target muluk-muluk,” katanya di Jakarta, Kamis (17/10/2019).
Budiman menjelaskan, pemusatan latihan di luar negeri penting karena membangun fokus atlet dan atmosfer latihan performa tinggi. ”Di Belanda, atlet-atlet Indonesia berlatih bersama pedayung-pedayung yang disiapkan untuk tampil di Olimpiade dan Kejuaraan Dunia. Mempunyai sparring partner mengangkat prestasi mereka sehingga bisa memperoleh emas Asian Games,” kata Budiman.
Selain itu, selama berlatih di luar negeri, fokus, konsentrasi, dan kedisiplinan atlet terjaga karena setiap hari waktu mereka dihabiskan di asrama dan tempat latihan. Sementara, apabila berlatih di Indonesia, atlet harus membagi fokus antara latihan dan kegiatan lainnya. Saat akhir pekan, misalnya, beberapa atlet pulang ke rumah masing-masing sehingga memengaruhi tingkat kelelahan dan konsentrasi.
Tahun lalu, Memo dan kawan-kawan menjalani pemusatan latihan di Belanda selama tiga bulan. Latihan intensif itu mengantar tim rowing meraih 1 emas, 2 perak, dan 1 perunggu pada Asian Games 2018.
Meski demikian, tahun ini pemusatan latihan di luar negeri dibatalkan karena keterbatasan anggaran. Minimnya anggaran, menurut Budiman, juga memengaruhi uang saku atlet dan rencana uji coba kejuaraan di luar negeri.
”Anggaran dari pemerintah hanya cukup dipakai untuk membayar uang saku atlet selama tujuh bulan, dari Januari hingga Juli 2019. Kami masih berharap agar ada tambahan anggaran untuk membayar uang saku hingga akhir tahun,” tuturnya.
Target lebih besar
Meski target SEA Games 2019 turun, menurut Budiman, tim dayung tetap memasang target meloloskan atlet ke Olimpiade Tokyo 2020 dan mempertahankan perolehan emas di Asian Games 2022. ”Kami berharap setelah SEA Games ada perhatian serius dari pemerintah karena menyiapkan atlet tak bisa dilakukan secara instan,” ujarnya.
Meski rencana pemusatan latihan di Amsterdam tidak terlaksana, pedayung-pedayung Indonesia tetap semangat mempersiapkan diri menyambut SEA Games 2019 di Filipina. Kemampuan mereka akan diuji dalam Kejuaraan Asia Rowing yang bergulir di Chungju, Korsel, 23-27 Oktober 2019.
Dalam ajang ini, tim dayung Merah Putih akan mengirimkan sepuluh atlet. Mereka akan tampil pada enam nomor lomba, yaitu kelas ringan dua pedayung skulls putra (LM2X), kelas ringan satu pedayung skulls putra (LM1X), dua pedayung putra (M2-), dua pedayung putri (W2-), kelas ringan dua pedayung putri (LW2X), dan kelas ringan satu pedayung skulls putri (LW1X).
Pelatih kepala tim rowing Indonesia M Hadris mengatakan, pihaknya tidak memasang target muluk-muluk. ”Harapan kami bisa mendapatkan medali. Namun, sebenarnya kami hanya ingin lihat kemampuan atlet menjelang SEA Games,” kata Hadris.
Berdasarkan latihan, penampilan atlet sudah hampir mendekati target. Pasangan Mahendra/Ihram, yang bermain pada nomor LM2X, misalnya, mampu mengukir waktu rata-rata 1 menit 35,9 detik dalam jarak latihan 500 meter.
”Kemampuan Mahendra/Ihram sudah 99,07 persen dari target. Mereka diharapkan menembus waktu rata-rata 1 menit 35 detik dalam jarak 500 meter,” ujarnya.