Hendra/Ahsan Bermain Cerdas
Pemain hebat tidak akan cepat meredup. Itulah yang ditunjukkan ganda putra Indonesia Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan. Mereka menyiasati usia dengan ketajaman akal.
ODENSE, KAMIS — Ketika kecepatan dan kekuatan menurun karena usia, ada faktor lain yang membuat Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan masih bisa berkompetisi dengan yang lebih muda pada persaingan papan atas ganda putra bulu tangkis dunia. ”The Daddies” mengatasi kekurangan dalam faktor fisik dengan kecerdasan.
Melalui kecerdasan itulah, Hendra/Ahsan bisa efektif menggunakan tenaga mereka dalam setiap pertandingan. Meski menjadi bagian dari nomor yang memiliki ciri khas bermain cepat dan dengan pukulan (smes) sekeras mungkin, Hendra/Ahsan justru bisa memenangi pertandingan dengan bermain ”pelan”.
Intinya, Hendra/Ahsan mengandalkan kecerdasan dibandingkan tenaga.
Hendra bahkan bergurau bahwa tempo permainan dia dan Ahsan yang lebih pelan dibandingkan pemain lain bisa jadi membingungkan lawan. ”Mungkin mereka kaget karena sekarang kami mainnya sangat pelan, ha-ha-ha,” kata Hendra, yang dihubungi sebelum bertanding melawan Aaron Chia/Soh Wooi Yik (Malaysia) pada babak kedua Denmark Terbuka, Kamis (17/10/2019).
Gaya bermain pelan itu akhirnya mengantarkan Hendra/Ahsan ke perempat final. Pada pertandingan di Odense Sports Park, unggulan kedua tersebut mengalahkan Chia/Yik, 22-20, 21-16.
Pada gim pertama, Hendra/Ahsan hanya melancarkan 11 smes, lebih sedikit dari lawan yang membuat 17 smes. Jumlah smes ”The Daddies”, julukan Hendra/Ahsan, lebih banyak pada gim kedua (14) dibandingkan Chia/Yik (6).
Situasi itu terjadi karena pasangan Malaysia tersebut jarang mendapat kesempatan melancarkan smes. Perebutan setiap gim, umumnya, berlangsung kurang dari 10 pukulan. Chia/Yik kebingungan ketika Hendra/Ahsan bisa menghentikan adu pukulan dengan cepat.
Ada faktor yang lebih penting dari pengalaman dan kecerdasan Hendra/Ahsan, yaitu motivasi yang kuat untuk berprestasi pada usia lebih dari 30 tahun.
Ganda Indonesia itu banyak meraih poin melalui penempatan bola ke area kosong dengan pukulan pelan, pengembalian smes dengan arah menyilang, pengembalian servis yang bolanya menyusuri net dengan tipis, atau melalui flick service (servis tinggi ke belakang lapangan) yang mengecoh.
Saat Hendra menyebut gaya dia dan Ahsan dengan ”permainan pelan”, asisten pelatih ganda putra pelatnas bulu tangkis Aryono Miranat menyebutnya sebagai ”permainan cerdas”.
”Tetap ada kecepatan dan kekuatan dalam permainan mereka meski jarang terlihat. Saat ini, mereka harus pintar mengatur tempo permainan. Penempatan bola dan akurasi harus lebih bagus, begitu pula dalam menebak arah pukulan lawan. Intinya, Hendra/Ahsan mengandalkan kecerdasan dibandingkan tenaga,” tutur Aryono.
Aryono mengatakan, seiring bertambahnya usia, pola latihan pun berbeda dibandingkan dengan ketika Hendra/Ahsan berusia 20 tahunan. ”Dulu lebih kepada pembentukan karakter permainan, yaitu kecepatan dan kekuatan pukulan karena masih muda. Sekarang, karena sudah matang, mereka tinggal mengasah pola yang sudah dimiliki,” ujarnya.
Namun, Aryono menilai ada faktor yang lebih penting dari pengalaman dan kecerdasan Hendra/Ahsan, yaitu motivasi yang kuat untuk berprestasi pada usia lebih dari 30 tahun. Hendra yang berusia 35 tahun dan Ahsan 32 tahun menjuarai dua ajang besar pada 2019, yaitu All England dan Kejuaraan Dunia. Mereka berperingkat kedua dunia di bawah Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon yang juga melaju ke perempat final.
Dalam babak delapan besar, Jumat, Kevin/Marcus, yang menang tanpa bertanding karena lawan mereka, Ben Lane/Sean Vendy (Inggris), mengundurkan diri akan berhadapan dengan Han Cheng Kai/Zhou Hao Dong (China). Adapun Hendra/Ahsan melawan pasangan Jepang, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe.
Wakil lainnya, Wahyu Nayaka/Ade Yusuf SAntoso dihentikan Lu Ching Yao/Yang Po Han (Taiwan), 22-20, 12-21, 19-21, sementara Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto menjalani babak kedua pada Jumat dini hari waktu Indonesia.
Vito tersingkir
Pada tunggal putra, Shesar Hiren Rushtavito belum bisa melangkah lebih jauh pada turnamen level tinggi. Bertahan hingga babak kedua tetap menjadi hasil terbaiknya pada turnamen kategori BWF Super 750 dan 1000.
Peluang Vito, panggilannya, untuk meraih hasil lebih baik dibandingkan babak kedua China Terbuka Super 1000, September, terhenti pada babak yang sama di Denmark Terbuka.
Vito dihentikan unggulan kedua, Chou Tien Chen (Taiwan), 17-21, 14-21. Vito gagal mengulang kemenangan atas pemain yang telah dua kali mengalahkannya, seperti ketika menang atas Ng Ka Long Angus (Hong Kong) di babak pertama.
Tunggal putra Indonesia peringkat ke-26 dunia itu mengatakan, dia kurang sabar saat melawan Chou. ”Sebetulnya, saya sudah tahu pola untuk menghadapi dia, tetapi saya sering terburu-buru ingin segera mematikan lawan. Harusnya saya bisa lebih sabar. Chou seperti tinggal menunggu kesalahan saya dan menyerang saat dapat kesempatan,” tutur Vito dalam laman PP PBSI.
”Tentunya saya penasaran banget lawan Chou ini. Tiga kali ketemu saya selalu kalah. Saya sudah mempelajari permainan lawan, tetapi dia juga mungkin sudah hapal dengan pukulan saya. Harapannya semoga di pertemuan berikutnya saya bisa menang dari Chou,” ujar Shesar.
Tunggal putra Jonatan Christie juga terhenti di babak kedua. Dia kalah 17-21, 21-23 dari tunggal Denmark Rasmus Gemke. Ini kekalahan pertama Jonatan dari Gemke. Dalam dua pertemuan sebelumnya, di Daihatsu Indonesia Masters 2019 dan Blibli Indonesia Terbuka 2019, Jonatan selalu menang.
”Hasil ini cukup disayangkan. Bisa dibilang kecewa juga. Namun, ini jadi pelajaran buat saya untuk lebih matang lagi, lebih konsisten dalam penerapan strategi, dan lebih siap ketika lawan mengubah pola,” ujar Jonatan dikutip dari PP PBSI.
Hasil berbeda didapat Tommy Sugiarto yang melaju ke perempat final setelah mengalahkan Brice Leverdez, 21-19, 21-12. Leverdez, asal Perancis, mengalahkan wakil Indonesia lainnya, Anthony Sinisuka Ginting, pada babak pertama. Di perempat final, Tommy akan berhadapan dengan Sitthikom Thammasin (Thailand).
Kejutan An Se-young
Kejutan dibuat tunggal putri berusia 17 tahun, An Se-young (Korea Selatan), dengan menyingkirkan unggulan kelima, Pusarla V Sindhu (India), pada babak kedua. An, yang akan melawan Carolina Marin (Spanyol) pada perempat final, mengalahkan Sindhu, 21-14, 21-17.
Berperingkat ke-19 dunia, An menjadi pemain termuda dalam 20 besar daftar peringkat BWF. Juara Asia Yunior 2017 itu telah menjuarai tiga turnamen BWF World Tour, semuanya pada 2019, meski masih pada level rendah, yaitu Super 100 dan 300. Apa pun hasil melawan Marin pada Jumat menjadi hasil terbaik An dalam turnamen BWF level tinggi.
Juara Olimpiade pensiun
Peraih medali emas tunggal putri Olimpiade London 2012, Li Xuerui (China), menyatakan pensiun dari persaingan bulu tangkis internasional. Pensiunnya Li, seperti yang diumumkan dalam laman Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), Kamis, merupakan bagian dari perjalanan kariernya yang terganggu cedera lutut pada Olimpiade Rio de Janiero 2016.
Cedera itu dialami ketika Li berhadapan dengan Carolina Marin (Spanyol), yang akhirnya juara, pada semifinal. Dia, kemudian, batal tampil dalam perebutan medali perunggu melawan Nozomi Okuhara (Jepang).
Setelah membuat kejutan dengan menjadi Juara Asia 2010 pada usia 19 tahun, dia mencapai puncak penampilan dua tahun kemudian. Pada 2012, dia menjuarai All England sebelum meraih prestasi tertinggi dengan meraih emas Olimpiade setelah mengalahkan rekan senegara, Wang Yihan, di final.
Empat tahun kemudian, di Rio de Janeiro, Li masih menjadi favorit juara. Namun, cedera memupus peluangnya hingga dia pun absen dari turnamen sekitar 1,5 tahun.
Dia kembali pada April 2018 dan menjuarai tiga turnamen beruntun, yaitu China Masters Super 100, AS Terbuka Super 300, dan Kanada Terbuka Super 100. Namun, atlet yang saat ini berusia 28 tahun itu kesulitan bersaing di papan atas.
Li mengakhiri kariernya dengan mundur pada babak pertama Korea Terbuka, September, saat berhadapan dengan Sayaka Takahashi, 21-15, 11-3, dan berada pada peringkat ke-20 dunia.