Galangan Kapal Dalam Negeri Ada, tetapi Minim Teknisi Ahli
Galangan kapal Citra Shipyard di Batam, Kepulauan Riau, merampungkan tiga kapal patroli pesanan Badan Keamanan Laut.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
KOMPAS/PANDU WIYOGA
Kapal Negara (KN) Pulau Nipah-321, KN Pulau Marore-322, dan KN Pulau Dana-323 bersandar di dermaga galangan Citra Shipyard, Batam, Kepulauan Riau, Jumat (18/10/2019). Kapal kembar sepanjang 80 meter itu mampu melaju dengan kecepatan 80 knot dan berlayar 28 hari tanpa henti.
BATAM, KOMPAS – Galangan kapal Citra Shipyard di Batam, Kepulauan Riau, merampungkan tiga kapal patroli pesanan Badan Keamanan Laut. Alih teknologi dalam proses pembuatan kapal canggih itu diharapkan turut membentuk lebih banyak teknisi ahli yang jumlahnya masih sangat terbatas di Indonesia.
Direktur Utama PT Citra Shipyard Jovan, Jumat (18/10/2019), mengatakan, setidaknya sekitar 600 tenaga kerja lokal dilibatkan dalam pembuatan kapal yang dimulai sejak Oktober 2017 itu. Proyek pembuatan tiga kapal patroli lepas pantai itu merupakan yang kedua kali mereka dilibatkan membangun kapal untuk Bakamla.
”Sebelumnya, kami membuat dua kapal sepanjang 48 meter untuk Bakamla pada 2013. Kali ini, untuk yang pertama kali kami dipercaya membangun kapal patroli lepas pantai sepanjang 80 meter,” kata Jovan.
Jumlah teknisi ahli Indonesia yang dapat menciptakan atau bahkan sekadar merakit mesin serta peralatan navigasi masih sangat minim.
Tiga kapal patroli lepas pantai yang dipesan Bakamla itu adalah Kapal Negara (KN) Pulau Nipah, KN Pulau Marore, dan KN Pulau Dana. Panjang kapal kembar itu 80 meter, lebar 12,5 meter, serta kecepatan maksimum 22 knot. Di atas kertas, kapal buatan dalam negeri itu mampu berlayar 28 hari.
Dalam mengerjakan proyek tersebut, PT Citra Shipyard menggandeng PT Terafulk Megantara Design dari Surabaya, Jawa Timur, sebagai konsultan. Adapun bahan baku pelat baja dipesan dari PT Krakatau Posco, Cilegon, Banten.
”Kalau bukan kita yang mulai pakai jasa mereka, lalu kapan perusahaan dalam negeri bisa dapat kepercayaan untuk membuktikan diri mampu membangun kapal besar,” ujarnya.
KOMPAS/PANDU WIYOGA
Tiga kapal patroli lepas pantai pesanan Badan Keamanan Laut (Bakamla), yaitu KN Pulau Nipah-321, KN Pulau Marore-322, dan KN Pulau Dana-323 secara resmi diserahkan PT Citra Shipyard kepada Kepala Bakamla Laksamana Madya Achmad Taufiqoerrochman di Batam, Kepulauan Riau, Jumat (18/10/2019).
Konstruksi kapal dikerjakan di Batam, sedangkan peralatan navigasi dan mesin diimpor dari Jepang serta Jerman. Dalam hal ini, teknisi dari luar negeri didatangkan agar tenaga kerja lokal memperoleh alih teknologi dari proyek pembangunan kapal yang total menelan dana sekitar Rp 600 miliar tersebut.
Menurut Jovan, selain membutuhkan kepercayaan mengerjakan proyek besar dari pemerintah, industri galangan kapal dalam negeri juga membutuhkan tenaga ahli terdidik. Jumlah teknisi ahli Indonesia yang dapat menciptakan atau bahkan sekadar merakit mesin serta peralatan navigasi masih sangat minim.
Namun, kendala tidak menghalangi industri galangan kapal dalam negeri berhenti berinovasi. Saat ini, PT Citra Shipyard dan PT Terafulk Megantara Design tengah membangun dua kapal sepanjang 18 meter untuk TNI Angkatan Laut. Proyek senilai Rp 32 miliar itu diperkirakan rampung awal November.
Bakamla setidaknya membutuhkan 77 kapal patroli yang terdiri atas kapal dengan panjang 48 meter, 60 meter, 80 meter, dan 110 meter.
”Kemampuan industri dalam negeri membangun kapal dengan kualitas mumpuni membuktikan, kita tidak perlu lagi beli dari luar negeri. Indonesia bisa buat kapal sendiri,” ujarnya.
Diapresiasi
Kepala Bakamla Laksamana Madya Achmad Taufiqoerrochman mengapresiasi kualitas tiga kapal patroli yang dibangun galangan kapal Citra Shipyard. Ia menyebut kapal tersebut memiliki stabilitas dan kemampuan manuver yang sangat baik serta cocok digunakan di perairan Indonesia yang dangkal dan sempit.
”Ketika on board di kapal ini, saya merasa sangat puas dengan tampilan, kemampuan manuver, dan kecepatannya yang sangat bagus,” kata Taufiq.
Menurut dia, kekurangannya tinggal satu, tiga kapal patroli itu belum dilengkapi persenjataan. Secara bertahap nantinya senjata akan dipasang menyesuaikan anggaran yang ada. Menurut rencana, senjata pertama yang akan dipasang di tiga kapal itu adalah meriam kaliber 30 milimeter.
KOMPAS/PANDU WIYOGA
Sebuah kapal tengah dikerjakan di galangan Citra Shipyard, Batam, Kepulauan Riau, Jumat (18/10/2019). Perusahaan galangan kapal dalam negeri tersebut baru saja merampungkan tiga kapal patroli pesanan Badan Keamanan Laut, yakni Kapal Negara (KN) Pulau Nipah-321, KN Pulau Marore-322, dan KN Pulau Dana-323.
Bakamla setidaknya membutuhkan 77 kapal patroli yang terdiri atas kapal dengan panjang 48 meter, 60 meter, 80 meter, dan 110 meter. Namun, baru 10 kapal yang siap dioperasikan. Untuk menyiasatinya, kapal yang tersedia dioperasikan dengan dinamis sesuai perintah Kepala Bakamla.
”Saat ini, kita lebih sering gerakan (kapal) ke zona barat, zona tengah, atau zona timur, tergantung situasi. Misalnya, jika di Selat Malaka sedang ada aktivitas yang perlu diawasi, kapal-kapal ini akan lebih sering berada di zona barat,” ujar Taufiq.
Ia menambahkan, setelah jumlah kapal memenuhi kebutuhan, Bakamla berencana menempatkan kapal secara merata di Batam (zona barat), Manado (zona tengah), dan Ambon (zona timur). Kapal berukuran besar akan ditempatkan di zona timur yang lautnya dalam dan lebar. Adapun kapal yang berukuran kecil lebih cocok dioperasikan di zona barat yang didominasi laut dangkal serta selat sempit.