Bantuan untuk Penyintas Palu Jadi Stimulan Ekonomi Berkelanjutan
Berbagai lembaga atau yayasan sosial turut terlibat dalam pemulihan sosial dan ekonomi penyintas bencana di Sulawesi Tengah dalam setahun terakhir.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·3 menit baca
PALU, KOMPAS — Berbagai lembaga atau yayasan sosial turut terlibat dalam pemulihan sosial dan ekonomi penyintas bencana di Sulawesi Tengah dalam setahun terakhir. Bantuan yang diberikan kepada penyintas diharapkan menjadi stimulan untuk mengembangkan ekonomi keluarga secara berkelanjutan.
Islamic Relief Worldwide, lembaga kemanusiaan dunia, Jumat (18/10/2019), memberikan bantuan nontunai kepada 3.613 keluarga penyintas di Kota Palu dan Kabupaten Sigi di Shelter Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu. Bantuan itu berupa kartu atau uang elektronik yang diterbitkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) senilai Rp 4,5 juta untuk masing-masing keluarga. Kartu itu dipakai untuk membeli kebutuhan pokok di sejumlah toko atau warung yang telah ditunjuk. Kebutuhan pokok itu antara lain beras, telur, dan minyak goreng. Bantuan total senilai Rp 10 miliar.
Chief Officer Executive Islamic Relief Worldwide Naser Haghamed hadir dalam penyaluran bantuan tersebut bersama Gubernur Sulteng Longki Djanggola. Longki menyatakan, pemerintah mendukung semua bentuk kegiatan dan bantuan yang diprakarsai oleh lembaga atau yayasan sosial.
”Islamic Relief ini mau menggulirkan dana pinjaman melalui koperasi. Ini kami dukung agar ekonomi penyintas berkelanjutan,” katanya seusai penyaluran bantuan tersebut.
Dalam sambutannya, Naser menyatakan mendukung kesinambungan roda ekonomi penyintas. Lembaga sosial itu akan menggelontorkan dana bergulir yang dikelola koperasi dengan jumlah total Rp 1 miliar. Penyintas bisa memanfaatkan dana tersebut untuk mengembangkan usaha. Selain koperasi, penyintas juga akan dilatih berwirausaha.
Pinjaman itu bisa menjadi stimulan bagi penyintas untuk mengembangkan ekonomi keluarganya. ”Kita berkumpul di sini untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kita siap membangun kembali masa depan yang gemilang,” ujarnya.
Terkait bantuan nontunai dalam bentuk uang elektronik, Naser menyampaikan, bantuan tersebut untuk pemulihan mata pencarian penyintas. Banyak penyintas yang kehilangan mata pencarian dan memulai dari awal membangun ekonomi keluarganya.
Islamic Relief ini mau menggulirkan dana pinjaman melalui koperasi. Ini kami dukung agar ekonomi penyintas berkelanjutan.
Longki menyatakan bantuan nontunai sebaiknya menjadi pilihan utama bagi lembaga sosial dalam membantu penyintas. Ini agar bantuan itu tak disalahgunakan. Kalau bantuan tunai, kemungkinan untuk dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan tinggi.
Dalam kurun setahun pascagempa, bantuan uang tunai digelontorkan banyak lembaga atau yayasan untuk membantu penyintas.
Pati (56), penyintas shelter Balaroa yang menerima bantuan nontunai, menyatakan, dirinya menyambut baik hal itu. Pati ingin pinjaman tersebut berbunga ringan.
Terkait bantuan nontunai, ia senang dengan bantuan yang diterimanya. Bantuan tersebut bisa membantunya memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Untuk membiayai kebutuhan keluarga, selama ini Pati membuka warung kecil dengan menjual tomat, bawang, dan cabai. Ia membuka warung itu di depan tenda pengungsiannya di Shelter Balaroa.
Gempa disertai tsunami dan likuefaksi melanda Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Donggala, 28 September 2019. Gempa menewaskan tak kurang 4.000 orang dan merusak 110.000 rumah. Penanganan pascabencana saat ini memasuki tahap rehabilitasi dan rekonstruksi.