Pemerintah tengah mempersiapkan program kebijakan yang berfokus pada ketenagakerjaan untuk menarik investasi asing. Secara jangka pendek, program ini diharapkan dapat menangkap peluang investasi
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·2 menit baca
TANGERANG, KOMPAS —Pemerintah tengah mempersiapkan program kebijakan yang berfokus pada ketenagakerjaan untuk menarik investasi asing. Secara jangka pendek, program ini diharapkan dapat menangkap peluang investasi dalam fenomena tumpahan relokasi pabrik dari China ke Vietnam.
Akibat perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS), sejumlah pelaku industri memindahkan pabriknya dari negara ”Tirai Bambu” ke Vietnam. ”Ada indikasi relokasi pabrik dari China ke Vietnam akan mengalami spillover (tumpahan). Indonesia berpotensi menangkap peluang spillover ini,” kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong dalam forum di Trade Expo Indonesia di ICE BSD, Tangerang, Kamis (17/10/2019).
Mengutip Viet Nam News, Foreign Investment Agency Vietnam merilis pada Juni 2019, proporsi investasi China di Vietnam mencapai 42,5 persen sepanjang Januari-Mei 2019. Secara keseluruhan, investasi asing di Vietnam tumbuh 69 persen dibandingkan dengan Januari-Mei 2018.
Selain itu, Bank Dunia juga menyebutkan, sepanjang 2014-2018, rata-rata bergerak (moving average) arus investasi asing secara lima tahunan di Vietnam 5,9 persen. Sementara angka Indonesia sekitar 1,9 persen.
Untuk menangkap peluang tumpahan relokasi pabrik tersebut, Indonesia membutuhkan investasi manufaktur. ”Sebagai daya tarik investasi, pemerintah telah menyusun program yang fokus pada ketenagakerjaan. Program ini akan dijalankan pada kabinet baru,” kata Thomas.
Program tersebut berorientasi pada peningkatan keterampilan dan produktivitas, salah satunya melalui kebijakan vokasi. Hal ini juga disinergikan dengan pendidikan tinggi dan sekolah menengah kejuruan (SMK).
Selain vokasi, Thomas mengatakan, terdapat sejumlah reformasi dalam hal ketenagakerjaan untuk menjadi daya tarik investasi asing. Misalnya, bantuan sosial, jaminan sosial, dan subsidi untuk pelatihan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mendata, 40,51 persen penduduk bekerja merupakan lulusan sekolah dasar ke bawah. Adapun proporsi lulusan SMK dan diploma I/II/III masing-masing 11,31 persen dan 2,82 persen.
Strategi lain dalam rangka peningkatan kapasitas ketenagakerjaan untuk menggaet investasi asing ialah mengundang universitas internasional. Thomas berpendapat, kehadiran universitas internasional di Indonesia dapat meningkatkan kualitas riset, peneliti, insinyur, dan teknisi.
Dari sisi industri, pemerintah menilai, sejumlah sektor siap menangkap peluang tumpahan relokasi pabrik karena kejenuhan di Vietnam. Sebagai contoh, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan, industri elektronik, tekstil, dan otomotif.
Strategi lain dalam rangka peningkatan kapasitas ketenagakerjaan untuk menggaet investasi asing ialah mengundang universitas internasional.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengharapkan, Indonesia dapat menikmati investasi 10 persen dari relokasi manufaktur dari China ke Vietnam tersebut. ”Spillover ini tidak hanya berpotensi meningkatkan ekspor. Daripada (Indonesia) mengimpor produk yang sudah jadi, lebih baik investor membuka pabrik di Indonesia sehingga nilai tambahnya dinikmati di sini,” katanya.