BKPM menggolongkan investasi sektor ekonomi digital ke dalam kelompok transportasi, gudang, dan telekomunikasi. Sepanjang Semester-I 2019, arus modal asing yang masuk kelompok ini berkisar 949,8 juta dollar AS.
Oleh
MARIA PASCHALIA JUDITH JUSTIARI
·2 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Investasi asing dalam sektor ekonomi digital dinilai lebih stabil. Pemerintah berharap, penanaman modal ini berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas T Lembong memperkirakan, arus modal asing yang masuk ke sektor ekonomi digital saat ini berkisar 10-20 persen dari total investasi dari luar negeri.
”Sektor ini tergolong siap dari sisi penanaman modal dan berdampak pada pemberdayaan sumber daya manusia di Indonesia,” kata Thomas dalam acara Trade Expo Indonesia 2019 yang digelar di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (17/10/2019).
BKPM menggolongkan investasi sektor ekonomi digital ke dalam kelompok transportasi, gudang, dan telekomunikasi. Sepanjang Semester-I 2019, arus modal asing yang masuk kelompok ini berkisar 949,8 juta dollar Amerika Serikat.
Thomas mengatakan, investasi berdampak pada peningkatan kesejahteraan tenaga kerja di sektor informal. Dia mencontohkan, Go-Jek Indonesia dan Grab Indonesia yang memberdayakan mitra jasa transportasi dalam jaringan (daring).
Berdasarkan riset Center for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics, proyeksi kontribusi nilai tambah ekosistem Grab terhadap perekonomian sektor informal pada 2018 sebesar Rp 48,89 triliun.
Adapun penelitian Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia memproyeksikan, nilai tambah pendapatan mitra Go-Jek pada 2018 sebesar Rp 44,2 triliun
Thomas menyebutkan, investasi asing sektor ekonomi digital didominasi dari AS, China, dan Jepang. Sejumlah investor asing yang masuk antara lain SoftBank, Alibaba, dan Tencent.
Daya saing domestik
Agar investasi asing di sektor ekonomi digital tersebut berdampak optimal di dalam negeri, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengharapkan produk domestik berdaya saing.
”Ekonomi digital merupakan media yang paling mudah, utamanya bagi pelaku UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah), dalam mempromosikan barangnya dan memperluas pasar,” katanya.
Sebelumnya, ekonomi digital Indonesia juga menarik perhatian sejumlah negara sehingga berminat membangun kerja sama perekonomian.
Komisaris Perdagangan Inggris untuk Asia Pasifik Natalie Black menyatakan, pihaknya tertarik mengembangkan kerja sama di bidang perekonoman digital dengan Indonesia, salah satunya teknologi finansial.
Kehadiran usaha rintisan teknologi skala unicorn juga menjadi magnet. Hal itu dinyatakan Menteri Perdagangan Industri dan Energi Korea Selatan Yoo Myung Hee dalam sesi penandatanganan pernyataan bersama Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
Di sisi lain, ekonom Institute for Development of Economics and Finance, Bhima Yudhistira, mengingatkan, Indonesia mesti berhati-hati dengan investasi di sektor ekonomi digital.
”Di tengah resesi global, investor cenderung ingin menarik profit. Padahal, secara valuasi, perusahaan rintisan di bidang teknologi digital belum mencatatkan untung. Akibatnya, keuangan perusahaan belum tergolong berkelanjutan. Hal ini berpotensi berdampak pada pengurangan tenaga kerja,” tuturnya saat dihubungi pada Kamis malam.