Selidiki Keterkaitan Terduga Teroris di Malang dengan Jamaah Ansharut Daulah
Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap seorang lelaki terduga teroris di Kota Malang, Jawa Timur. Penangkapan ini terkait dengan sangkaan keterlibatannya dengan organisasi terorisme Jamaah Ansharut Daulah.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Polri menyelidiki keterkaitan terduga teroris berinisial R yang ditangkap di Malang, Jawa Timur, Selasa (15/10/2019), dengan Jamaah Ansharut Daulah.
Sebanyak enam anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri menangkap R (27) di Jalan Kedawung, Kota Malang, Selasa menjelang pukul 16.00 WIB. Penangkapan terkait dengan sangkaan bahwa lelaki itu terkait dengan aktivitas terorisme yang akan dijalankan oleh Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Selain itu, tim juga menangkap istri R yang berinisial PM (32) di kediaman di Jalan Papa Biru, Kota Malang.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Frans Barung Mangera yang dikonfirmasi di Surabaya, Rabu (16/10/2019) siang, membenarkan adanya penangkapan terhadap pasangan suami istri di Kota Malang oleh Densus 88 itu.
”Diselidiki keterkaitannya dengan JAD,” ujar Frans Barung seusai Silaturahmi Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dengan Ketua OSIS SLTA se-Jatim di Kantor Polda Jatim, Surabaya.
Berdasarkan catatan Kompas, Kamis (17/5/2018), tim Densus 88 juga menangkap terduga teroris di Kota Malang. Saat itu, yang ditangkap ialah kakak beradik berinisial ARH dan INM. Mereka ditangkap di Klojen. Penangkapan juga terkait dengan sangkaan keterlibatan kakak beradik ini dalam JAD.
Tolak kekerasan
Sementara itu, lebih kurang 1.200 anggota OSIS SMA/SMK se-Jatim menghadiri Silaturahmi Forkopimda Jatim di Kantor Polda Jatim. Di acara ini, Forkopimda mengajak pelajar SLTA untuk menolak anarkisme.
”Saya mengapresiasi para pelajar karena buktinya tidak ada yang ditahan akibat tindakan anarkistis dalam beberapa aksi unjuk rasa,” kata Kepala Polda Jatim Inspektur Jenderal Luki Hermawan.
Keterlibatan pelajar SLTA dalam unjuk rasa akhir-akhir ini, menurut Luki, sebenarnya disesalkan. Pelajar bukanlah kelompok orang dewasa seperti mahasiswa atau organisasi massa yang dianggap memenuhi berbagai aspek untuk menyampaikan aspirasi melalui gerakan massal di jalan.
”Meski kehadiran pelajar tidak bisa kami cegah, tetapi untunglah saat Surabaya Menggugat tidak ada aksi kekerasan, apalagi yang melibatkan mereka,” ujarnya.
Luki meminta guru SLTA untuk terus membimbing pelajar dengan baik. Belum saatnya pelajar SLTA menyampaikan aspirasi melalui gerakan massal di jalan atau demonstrasi. Cermati betul berbagai informasi agar tidak termakan kabar bohong atau hoaks. Salurkan aspirasi melalui berbagai karya, antara lain tulisan, gambar, foto, dan video yang kreatif ke media dalam jaringan internet.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menambahkan, kehadiran dan kesediaan pengurus OSIS SLTA berkomitmen menolak anarkisme merupakan modal penting untuk mewujudkan Jogo Jatim. Diharapkan pelajar saat dewasa juga terpelihara komitmen menolak anarkisme dalam berbagai bentuk.
Deklarasi juga dihadiri oleh Panglima Komando Daerah Militer V/Brawijaya Mayor Jenderal Wisnu Prasetya Budi dan Kepala Kejaksaan Tinggi Jatim Muhammad Dofir.