Seperti diberitakan harian ini, dalam pidato yang ditulis pemerintah, Ratu Inggris Elizabeth II berkata kepada parlemen, Senin silam, bahwa prioritas pemerintah adalah mengamankan keluarnya Inggris dari UE, 31 Oktober,
Oleh
·2 menit baca
Bagaimana Inggris akan meninggalkan Uni Eropa masih belum jelas. Menjelang pertemuan puncak Uni Eropa besok, kedua pihak terus bernegosiasi.
Pertemuan puncak para pemimpin Uni Eropa (UE) mulai berlangsung Kamis besok. Dalam hajatan itu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akan bertemu dengan 27 pemimpin lain. Diharapkan ada proposal konkret yang dibawa oleh Johnson dan bisa diterima oleh para mitranya.
Negosiasi terus berlangsung sejak akhir pekan lalu hingga sekarang di antara tim negosiasi UE dan Inggris. Mereka berupaya mencari titik temu sehingga dapat tercapai kesepakatan yang menjadi payung ketika Inggris hengkang dari UE pada 31 Oktober, atau lebih kurang dua minggu mendatang. Jika tak tercapai kesepakatan pada tenggat itu, Inggris berarti akan begitu saja meninggalkan UE.
Tidak ada perjanjian yang mengatur hubungan antara Inggris dan setiap anggota UE. Hal ini dinilai akan menyulitkan hubungan perdagangan Inggris dengan negara-negara Eropa lainnya karena diperlukan semacam perjanjian terpisah oleh Inggris untuk setiap mitra di Eropa.
Dikutip The Guardian pada 19 September 2019, Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menyebutkan bahwa Brexit tanpa kesepakatan (no-deal) akan memangkas hampir 3 persen pertumbuhan ekonomi Inggris selama tiga tahun mendatang. Pada saat yang sama, pertumbuhan ekonomi UE akan mengalami pemangkasan 0,6 persen. Dengan kata lain, Brexit tanpa kesepakatan dinilai bakal memberi dampak tidak menggembirakan.
Atas pertimbangan itulah sejumlah kalangan berharap hengkangnya Inggris dari UE disertai dengan kesepakatan. Namun, seperti sudah diketahui bersama, titik persoalan yang mengganjal tetap belum terselesaikan, yakni pengelolaan perbatasan Irlandia Utara (wilayah Inggris) dengan Irlandia.
Jika perbatasan kedua wilayah tanpa disertai pemeriksaan, PM Boris Johnson tak menginginkan Irlandia Utara berada di bawah kepabeanan UE. Di sisi lain, Eropa melihat kepabeanan UE mau tak mau harus berlaku di wilayah tersebut agar lalu lintas barang dan jasa berlangsung bebas di perbatasan Irlandia Utara-Irlandia.
Aspek ini masih terus dinegosiasikan. Meski pejabat UE mengaku masih ada kemungkinan tercapainya perjanjian di antara kedua belah pihak pasca-31 Oktober, peluang Inggris hengkang tanpa kesepakatan tetap terbuka lebar.
Apa pun yang terjadi, pada 31 Oktober, Inggris akan hengkang dari UE. Seperti diberitakan harian ini, dalam pidato yang ditulis oleh pemerintah, Ratu Inggris Elizabeth II berkata kepada parlemen, Senin silam, bahwa prioritas pemerintah adalah mengamankan keluarnya Inggris dari UE, 31 Oktober.