Gajah Betina Kecil Berhasil Diselamatkan dari Jeratan Babi di Riau
Seekor anak gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) terjerat tali perangkap babi di areal hutan tanaman industri PT Arara Abadi di wilayah administrasi Desa Lubuk Umbut, Kecamatan Sungai Mandau, Siak, Riau.
Oleh
SYAHNAN RANGKUTI
·3 menit baca
KOMPAS, PEKANBARU — Seekor anak gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) terjerat tali perangkap babi di areal hutan tanaman industri PT Arara Abadi di wilayah administrasi Desa Lubuk Umbut, Kecamatan Sungai Mandau, Siak, Riau, Selasa (15/10/2019). Anak gajah berjenis kelamin betina yang diperkirakan berusia satu tahun itu sudah ditinggalkan kelompoknya.
”Lokasi penemuannya di dekat sumber air. Tanah di lokasi itu jenis mineral, bukan gambut. Jeratan perangkap babi itu berupa tali nilon yang menjerat kaki kiri depan. Sewaktu diselamatkan, posisi gajah kecil itu berada di dalam air yang dangkal. Kelompoknya sudah meninggalkan anak gajah itu beberapa hari. Untungnya gajah itu masih hidup,” tutur Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau Suharyono, di Pekanbaru, Rabu (16/10/2019).
Lokasi penemuannya di dekat sumber air. Tanah di lokasi itu jenis mineral, bukan gambut. Jeratan perangkap babi itu berupa tali nilon yang menjerat kaki kiri depan.
Menurut Suharyono, gajah kecil itu ditemukan petugas keamanan PT Arara Abadi yang kemudian memberi informasi kepada BBKSDA. Tim BBKSDA dan polisi kehutanan segera berangkat ke lokasi pada Selasa sore. Tim segera mengamankan lokasi sembari menunggu kedatangan tim kesehatan hewan.
Untuk memudahkan proses evakuasi, dikirimkan dua gajah jinak dari Pusat Latihan Gajah Minas. Gajah dewasa yang dinamakan Indah dan Bangkin sampai di lokasi yang berjarak sekitar 50 kilometer pada Selasa malam.
”Indah itu gajah latih yang berusia sekitar 50 tahun, sementara Bangkin usianya sekitar 40 tahun. Dua gajah ini sering dipakai untuk evakuasi atau penyelamatan gajah di Riau atau Jambi,” kata Syaiful Daulay, Kepala PLG Minas.
Suharyono menambahkan, gajah kecil yang terjerat perangkap babi itu mengalami luka cukup serius di bagian kaki. Kaki kiri itu membengkak dan terdapat bekas jeratan melingkari kaki.
”Tim sudah mengobati kaki gajah yang luka itu di lapangan. Namun, kami masih mengkhawatirkan infeksi yang sudah berkembang sehingga harus dilakukan pemeriksaan medis intensif. Hari ini kami akan mengevakuasinya ke PLG Minas,” tutur Suharyono.
Menurut Suharyono, gajah itu tidak dapat dibawa kembali ke habitatnya. Biasanya, setelah terpisah dari rombongan besarnya, gajah akan mendapatkan penolakan dari kelompok. ”Gajah itu pun tidak akan mampu mengejar kelompoknya,” kata Suharyono.
Gajah kecil yang terjerat itu diperkirakan berasal dari kantong gajah Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu. Jumlahnya dalam satu rombongan mencapai belasan ekor. Kelompok gajah ini lebih sering beredar di wilayah Kecamatan Sungai Mandau.
Persinggungan gajah dengan manusia di lokasi habitat Sungai Mandau cukup sering terjadi. Biasanya gajah masuk ke kebun kelapa sawit warga yang berada di pinggiran hutan HTI PT Arara Abadi. Konflik gajah dengan manusia paling tinggi terjadi saat mendekati hari raya Idul Fitri, di saat penjaga kebun meninggalkan lokasi untuk mudik Lebaran.
Selain di Sungai Mandau, di kantong cagar biosfer, terdapat satu kelompok gajah lain yang lebih besar di wilayah Balai Raja, Bengkalis, yang berjumlah sekitar 25 ekor. Gajah cagar biosfer merupakan kelompok kedua terbesar di Riau, setelah kantong Taman Nasional Tesso Nilo. Jumlah gajah Riau saat ini diperkirakan lebih dari 200 ekor.