Operator angkutan umum siap integrasi dengan kereta ringan Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi. Kereta ringan yang masih proses uji coba ini diharapkan memudahkan mobilitas warga.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI/AYU PRATIWI
·4 menit baca
Operator angkutan umum siap integrasi dengan kereta ringan Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi. Kereta ringan yang masih proses uji coba ini diharapkan memudahkan mobilitas warga.
JAKARTA, KOMPAS - Operator bus transjakarta dan KRL Commuterline siap berintegrasi dengan kereta ringan (LRT) Jabodebek. Beragam bentuk integrasi masih dalam persiapan.
PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) sudah membahas rencana integrasi antara bus transjakarta dengan LRT Jabodebek. Kepala Divisi Sekretaris Korporasi dan Humas PT Transjakarta Nadia Diposanjoyo, Senin (14/10/2019), mengatakan, bentuk integrasi yang sedang disiapkan adalah integrasi sistem pembayaran (cashless) dalam satu kartu.
Selain itu, PT Transjakarta juga menyiapkan rute baru untuk mengantar-jemput penumpang dari dan menuju stasiun LRT. Rute baru yang disiapkam itu di antaranya adalah ruas 1 Bekasi-Cawang BNN, ruas 2 Cibubur-Cawang BNN, dan ruas 3 Cawang BNN-Dukuh Atas.
Untuk integrasi juga disiapkan di Harjamukti, Cibubur, Ciracas (Kampung Rambutan), serta halte Cawang BNN, halte Departemen Kesehatan, halte GOR Sumantri, halte Setiabudi AINI. "Rute baru integrasi itu akan disiapkan mengikuti pola operasi LRT Jabodebek. Kami terus berkoordinasi terkait hal itu," ujar Nadia.
Selain itu, untuk mengikuti pola integrasi dengan LRT Jabodebek serta antisipasi selama proyek konstruksi, Transjakarta juga membuat halte bus pengganti di antaranya halte Patra Kuningan, halte Karet Kuningan, dan halte Kuningan Madya. Ada pula halte sementara yang nantinya akan diperbaiki dan menyesuaikan dengan lokasi stasiun LRT yaitu halte BNN, Kuningan Timur, Depkes, GOR Sumantri, dan Setiabudi Utara AINI.
Pihak PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) selaku operator kereta rel listrik Commuterline menyambut positif adanya kereta ringan Jabodebek.
Menurut Vice President Komunikasi Perusahaan KCI Anne Purba, integrasi antarmoda adalah keharusan mengingat target pemerintah adalah memindahkan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum.
Karena LRT Jabodebek masih tahapan konstruksi dan uji coba, belum ada pembicaraan lebih lanjut terkait bentuk integrasi yang akan dilaksanakan. PT KCI menunggu undangan formal dari LRT Jabodebek untuk membahas perihal integrasi. "Akan segera kami diskusikan dengan LRT Jakarta. Kami menunggu kesiapan dari pihak mereka," ujar Anne.
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Bambang Prihartono menyontohkan, Stasiun LRT Cawang akan diintegrasikan dengan stasiun kereta cepat Jakarta-Bandung atau halte bus Transjakarta.
Stasiun LRT Dukuh Atas diintegrasikan dengan MRT, KRL, dan KA Bandara.
Stasiun LRT Bekasi akan dihubungkan dengan angkutan massal yang melayani penumpang di kawasan industri di Bekasi. Adapun di Bogor, jalur LRT dari Cibubur akan memanjang hingga Terminal Bus Baranangsiang.
PT Adhi Karya selaku pelaksana konstruksi LRT Jabodebek menargetkan sejumlah titik integrasi dengan transportasi publik lainnya.
Menurut Direktur Operasi II PT Adhi Karya Pundjung Setya Brata, titik integrasi yang dirancang itu misalnya semua stasiun LRT akan terintegrasi dengan halte transjakarta. Di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, misalnya, ada halte transjakarta di bawah stasiun LRT.
Adapun integrasi dengan moda lain disiapkan di Stasiun Cawang dan Dukuh Atas. Integrasi dengan KRL disiapkan di Stasiun Cawang dan Dukuh Atas. Di Dukuh Atas integrasi tidak hanya dengan KRL commuter line tetapi juga MRT. Adapun di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, integrasi dirancang untuk berbagai moda termasuk bus kota.
Kurangi ongkos
Pengoperasian LRT Jabodebek diyakini mampu mereduksi ongkos transportasi hingga lebih dari separuh.
Adriana (28), warga Jatisampurna, Cibubur, mengatakan, saat ini ia mengeluarkan Rp 60.000 untuk pergi pulang ke kantornya di kawasan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Ongkos itu untuk membayar ojek daring serta bus. “Di Cibubur, tidak ada akses kereta api. Naik bus mahal dan kena macet sehingga waktu tempuhnya tidak pasti. Kalau naik kereta, enggak kena macet dan waktunya lebih pasti.”
Perjalanan ke kantor atau sebaliknya kini memakan waktu hingga lebih dari satu jam.
Chrisna (26), warga Cibubur, juga mengeluarkan Rp 60.000 per hari untuk pergi pulang ke kantor di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
“Harapannya kalau ada LRT, bisa mengakomodasi perjalanan ke kantor biar lebih gampang, dan lebih pasti durasinya,” tutur Chrisna.
Harapannya kalau ada LRT, bisa mengakomodasi perjalanan ke kantor biar lebih gampang, dan lebih pasti durasinya.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Minggu (13/10/2019), mengatakan, tarif LRT diperkirakan Rp 12.000 dari Stasiun Cibubur hingga Stasiun Dukuh Atas. Tarif ini subsidi dari tarif komersial Rp 25.000. LRT ditargetkan beroperasi mulai November 2021.
Jika benar Rp 12.000, Adriana, Chrisna dan banyak warga yang bekerja di Jakarta, bisa mengurangi lebih separuh ongkos transportasi.