Asap Pekat Masih Terasa, Armada ”Waterbombing” Ditambah
Asap masih terasa pekat di Kota Palembang, Selasa (15/10/2019) pagi. Jarak pandang menyentuh 400 meter. Asap terjadi karena kebakaran lahan masih melanda beberapa tempat di sekitar Kota Palembang dan Ogan Komering Ilir.
Oleh
RHAMA PURNA DJATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Asap masih terasa pekat di Kota Palembang, Selasa (15/10/2019) pagi. Jarak pandang menyentuh 400 meter. Asap terjadi karena kebakaran lahan masih melanda beberapa tempat di sekitar Kota Palembang dan Ogan Komering Ilir.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Ansori mengatakan, saat ini titik panas di Sumsel terpantau 571 titik, lebih rendah dari satu hari sebelumnya yang mencapai 741 titik panas. ”Titik panas terbanyak masih di Kabupaten Ogan Komering Ilir,” kata Ansori.
Kebakaran lahan di Palembang terjadi di beberapa wilayah, seperti Jakabaring, Sukarami, Plaju, dan Kertapati. Adapun untuk Kabupaten Ogan Komering Ilir, kebakaran terjadi di Kecamatan Pangkalan Lampam, Cengal, Tulung Selapan, dan Pedamaran.
Untuk menanggulangi kebakaran lahan, armada pemadaman darat ditambah dari 7 menjadi 9 helikopter waterbombing. Helikopter tersebut didatangkan dari Riau yang kebakaran lahannya sudah mereda. ”Helikopter waterbombing dipusatkan di Ogan Komering Ilir,” ujar Ansori.
Upaya untuk melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca juga terus dilakukan, tetapi belum optimal karena keterbatasan awan hujan. ”Kami juga terus melakukan TMC karena berdasarkan prediksi BMKG, potensi hujan akan terjadi pada 17 Oktober mendatang,” ujar Ansori.
Dalam proses pemadaman, ungkap Ansori, petugas mengalami sejumlah kesulitan, terutama keterbatasan debit air dan sulitnya akses menuju titik api. ”Terkadang tim darat kesulitan untuk mencapai titik panas karena selang yang kurang panjang. Belum lagi debit air di kanal dan sungai alami juga berkurang karena musim kemarau,” katanya.
Belum lagi lahan yang terbakar merupakan lahan gambut dalam dengan kedalaman mencapai 20 meter. ”Seperti diketahui, jika lahan gambut terbakar, sulit untuk dipadamkan,” ujar Ansori.
Kategori berbahaya
Kualitas udara di Palembang pada pukul 00.00-10.00 masuk dalam kategori berbahaya. Alat pengukur konsentrasi partikulat (PM10) milik BMKG menunjukan angka 585.322 mikrogram/meter kubik-394.65 mikrogram/meter kubik. Adapun pada pukul 11.00, nilai PM 10 berada pada posisi 299.73 dengan kategori udara tidak sehat.
Ansori berharap agar masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah agar tidak terpapar asap. ”Kalaupun harus keluar harus menggunakan masker,” ujar Ansori.
General Manager Airnav Indonesia Cabang Palembang Ari Subandrio menerangkan, kondisi jarak pandang di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang sejak pukul 05.30 hingga pukul 08.00 tidak berubah, yakni sekitar 500 meter. Padahal, jarak pandang yang direkomendasikan untuk lepas landas dan mendarat sekitar 800 meter.
Akibat kondisi ini, ada satu penerbangan yang menunda keberangkatan dari Pangkal Pinang ke Palembang untuk menunggu jarak padang membaik. Namun, pada kisaran waktu tersebut, ada tiga penerbangan yang masih tetap berangkat dari Palembang menuju ke tempat tujuan masing-masing dan satu penerbangan yang tetap mendarat ke Palembang. ”Kami hanya memberikan rekomendasi, keputusan tetap ada di tangan penerbang,” kata Ari.
Meski demikian, kondisi ini jauh lebih baik daripada Senin (14/10) karena saat itu jarak pandang di lintasan hanya 50 meter. Saat itu ada 10 penerbangan yang terganggu jadwal penerbangannya karena kabut asap. ”Operasional kembali membaik pada pukul 09.41 WIB,” katanya.
Dirinya berharap agar penumpang memaklumi hal ini karena jarak pandang menjadi hal yang paling penting untuk keselamatan penumpang. ”Kami akan terus memantau perkembangan udara dan menyampaikan kepada semua pihak berwenang agar penerbangan berjalan baik,” ujar Ari.