Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak umat Islam untuk mampu memaknai agama pada esensi dan substansi sesungguhnya yakni memanusiakan manusia.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak umat Islam untuk mampu memaknai agama pada esensi dan substansi sesungguhnya yakni memanusiakan manusia. Hal itu sangat penting agar cara berislam atau beragama, senantiasa moderat dan mencegah potensi timbulnya pemahaman yang berlebih-lebihan atau ekstrem.
Lukman menyampaikan hal itu usai acara Peluncuran Awal (Soft Launching) Sembilan Gedung Baru Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Nusa Tenggara Barat, Selasa (15/10/2019). Ia menanggapi pertanyaan terkait penyerangan terhadap Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto di Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019) lalu yang diduga dilakukan anggota kelompok teroris Jamaah Ansharut Daula (JAD) yang berafiliasi pada Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).
Menurut Lukman, sulitnya mengantisipasi pemahanan ekstrem tidak terlepas dari kehidupan yang semakin kompleks terutama perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat. “Itu membuat kompleksitas persoalan semakin besar. Cara kita beragama pun, baik langsung maupun tidak langsung, terpengaruh oleh hal-hal seperti itu,” kata Lukman.
Menurut Lukman, sudah menjadi kewajiban setiap umat beragama, termasuk umat Islam untuk betul-betul mampu memaknai agama pada esensi dan substansi sesungguhnya yaitu agama yang memanusiakan manusia. “Jangan justru malah sebaliknya. Kita beragama, tetapi justru malah merendahkan harkat martabat kemanusiaan kita. Apalagi menghilangkannya,” kata Lukman.
Lukman mengatakan, beragama seharusnya membuat kita semakin inklusif dan semakin mengayomi. “Termasuk semakin bisa hidup bersama di tengah keberagaman, di tengah kemajemukan. Bukan justru semakin beragama semakin eksklusif. Tidak ada agama yang mengajarkan ekskulifisme yang sangat mementingkan berorientasi pada dirinya sendiri, atau kelompoknya sendiri,” kata Lukman.
Beragama seharusnya membuat kita semakin inklusif dan semakin mengayomi. (Lukman Hakim Saifuddin)
Terkait penyerangan terhadap Wiranto, menurut Lukman, semua pihak harus bisa menarik pelajaran atau hikmah di balik peristiwa itu. “Selain meningkatkan kewaspadaan, semua pihak mulai dari kaum cerdik cendikia, para ulama, akademisi, tokoh-tokoh, dan masyarakat untuk lebih gencar menggaungkan moderasi beragama yakni beragama yang moderat yaitu beragama yang tidak berlebih-lebihan, atau ekstrem,” kata Lukman.
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) NTB Masnun Thahir menambahkan, radikalisme bukan ekspresi yang diajarkan oleh agama apapun. Hal itu karena akan merugikan tidak hanya diri sendiri, tetapi juga bangsa Indonesia.
“Islam atau apapun agama yang dibawa ke Nusantara adalah penuh kedamaian. Tidak mengajarkan radikalisme. Selain itu, tradisi kita juga terkenal memiliki budaya yang santun, budaya timur yang ramah dan menghindari radikalisme, juga terorisme. Kalau ada masalah, kita bisa duduk bersama untuk musyawarah,” kata Masnun.
Ambil peran
Dalam kesempatan itu, Lukman juga mengajak pergurun tinggi keagamaan Islam termasuk UIN Mataram, untuk mengambil peran dalam menjaga nilai-nilai keberagamaan yang diwariskan para pendahulu.
“Pergurun tinggi keagamaan Islam tidak hanya semata sebagai wadah melanjutkan jenjang bagi kaum santri yang mengenyam pendidikan di pondok pesantren atau madrasah-madrasah, tetapi juga memiliki fungsi dan tanggung jawab mengawal, menjaga, memelihara, dan merawat kehidupan beragama yang senantiasa demokrat,” kata Lukman.
Perguruan tinggi keagamaan Islam, kata Lukman, diperlukan untuk memastikan bagaimana nilai-nilai Islam yang diyakini sempurna, bisa dipahamai sebaik-baiknya.
“Lalu diimplementasikan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan situasi dan kondisi kekinian dan antisipasi masa yang akan datang. Dengan begitu, kita bisa menyikapi keragaman, kemajemukan, berbagai pandangan, dengan bijak sehingga tidak terperosok atau terjerumus pada bentuk pangalaman yang berlebih-lebihan,” kata Lukman.
Gubernur Nusa Tenggaara Barat Zulkieflimansyah yang turut hadir dalam acara tersebut juga menyampaikan hal serupa. Menurut Zulkieflimansyah, institusi keagamaan, termasuk UIN Mataram, bisa menjadi mercusuar yang akan membimbing manusia di abad modern yang menurutnya tengah gelisah. Mahasiswa UIN Mataram, lanjut gubernur, harus bisa menjawab dan menghadirkan petunjuk agar masyarakat tidak salah arah karena perkembangan teknologi informasi.