Walter Rothschild bukan satu-satunya orang yang mendekati sekutu kala melihat tanda kekalahan Kesultanan Utsmaniah di Perang Dunia I. Tokoh-tokoh lain juga berharap sukunya punya negara sendiri di wilayah yang kala itu dikuasai Kesultanan Utsmaniah. Di antara mereka termasuk orang-orang Kurdi.
Seperti dipaparkan Wadie Jwaideh dalam The Kurdish National Movement: Its Origins and Development, Perjanjian Sevres pada 1920 membungahkan orang Kurdi. Perjanjian itu memekarkan harapan suku dan kabilah di Timur Tengah—yang sebagian besar dikuasai Kesultanan Utsmaniah—untuk memiliki negara sendiri.
Secara resmi, perjanjian itu untuk menutup PD I. Dalam perjanjian itu antara lain dibahas bagi-bagi wilayah Kesultanan Utsmaniah di Timur Tengah dalam kendali Inggris, Uni Soviet, dan Perancis. Kini, wilayah-wilayah itu menjadi negara merdeka.
Lord Rothschild mendapatkan Israel. Abdulaziz Al Saud mendapatkan Arab Saudi. Sayangnya, tidak semua bangsa bisa punya negara sendiri hingga sekarang. Palestina dan Kurdi sampai sekarang masih harus berusaha mewujudkan mimpinya mempunyai negara sendiri.
Selama lebih dari seabad terakhir, mereka melakukan berbagai cara untuk mendapatkan negara. Selama itu pula, Palestina dan Kurdi bolak-balik dipunggungi. Paling terakhir dialami Kurdi kala Presiden Amerika Serikat Donald Trump memutuskan menarik pasukan AS dari Suriah utara. Keputusan itu membuat Turki, negara utama pewaris Kesultanan Utsmaniah, berani menggempur Suriah utara yang secara faktual dikontrol milisi Kurdi.
Trump bukan Presiden AS pertama yang membalikkan punggung terhadap Kurdi. Woodrow Wilson dan Richard Nixon lebih dulu melakukannya. Wilson pernah menjanjikan negara sendiri untuk Kurdi pada akhir Perang Dunia I. Sampai sekarang, janji itu tak kunjung terwujud. Nixon juga membantu mereka dalam pemberontakan di Irak di dekade 1970-an.
Senjata dan dana dialirkan Washington untuk Kurdi pimpinan Mustafa Barzani. Nixon mau membantu Barzani atas dorongan Shah Iran, Mohammed Reza Pahlevi, yang akrab dengan AS. Sayangnya, Baghdad dan Teheran akhirnya membuat kesepakatan. Hal itu mendorong Nixon mengakhiri dukungan kepada Kurdi. Warga Kurdi tak mendapat negara, hanya wilayah dengan otonomi luas di Irak.
Berselang puluhan tahun, Kurdi lagi-lagi berkongsi dengan AS. Bahkan, milisi Kurdi menjadi andalan AS dalam perang melawan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Namun, lagi-lagi, Kurdi mesti menelan pil pahit, ditinggal kongsi mereka.