Unggahan Istri Tiga Prajurit TNI Diduga Dipicu Sejumlah Hal
Oleh
Ingki Rinaldi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Komentar tiga istri prajurit TNI di media sosial terkait penyerangan yang dialami Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, diduga disebabkan oleh sejumlah faktor. Kajian yang menyeluruh dibutuhkan agar hal serupa tidak terulang di masa depan.
"Mungkin ini bagian permasalahan personal yang sedang dialami individu-individu (tersebut) terhadap Pak Wiranto"
Ketua Departemen Politik dan Perubahan Sosial, Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Vidhyandika Djati Perkasa, Sabtu (12/10/2019) mengatakan sepak terjang Wiranto yang panjang dapat dilihat sebagai dasar analisis. “(Jika) Ditelusuri, mungkin ini bagian permasalahan personal yang sedang dialami individu-individu (tersebut) terhadap Pak Wiranto,” sebut Djati.
Pada Jumat lalu, Kepala Staf TNI AD Jenderal Andika Perkasa menyatakan, dua anggota TNI AD yaitu Komandan Distrik Militer 1417/Kendari, Sulawesi Tenggara Kolonel (Kav) Hendi Suhendi serta anggota Detasemen Kavaleri Berkuda, Sersan Dua Z, dicopot dari jabatannya dan mendapat sanksi. Pasalnya, istri mereka membuat status bernuansa penyebaran kebencian dan berita bohong di media sosial terkait peristiwa penyerangan terhadap Wiranto.
Belakangan, sanksi karena persoalan yang sama, juga dijatuhkan kepada anggota Polisi Militer Angkatan Udara Lanud Muljono, Surabaya, Jawa Timur, Pembantu Letnan Satu YNS.
Tidak relevan
Menurut Djati, kasus di atas cenderung tidak relevan jika ditelisik dari efek kontestasi Pilpres 2019 dan keterbelahan basis pendukung di tubuh keluarga besar TNI.
Djati melihat, kasus ini antara lain dipicu oleh adanya masalah terkait literasi digital. Ada dugaan, unggahan tersebut hanya akan dipersepsi lingkaran sosial terdekat dan bukan sebagai konten yang bakal menjadi diskursus di ruang publik.
Peristiwa tersebut juga mesti dilihat dari sudut pandang kebijakan
Ketua Pusat Studi Ketahanan Energi Universitas Pertahanan Donny Yoesgiantoro mengatakan bahwa peristiwa tersebut juga mesti dilihat dari sudut pandang kebijakan. Menurutnya hal itu tidak bisa dilepaskan dari ekses sejumlah kebijakan yang selama ini dilakukan pemerintah.
Akan tetapi Donny tidak bisa mengatakan ekses dari kebijakan tertentu yang dimaksudkan. Ia menyebutkan, guna memahaminya mesti dilakukan evaluasi menyeluruh.
Adapun faktor-faktor kebijakan tersebut bisa terkait dengan isu internal dan eksternal. Jika terkait dengan hal eksternal, imbuh Donny, mungkin ada faktor-faktor di luar yang mesti dilihat.
Terkait dengan faktor eksternal tersebut. Donny tidak menampik jika yang dimaksud adalah adanya dugaan paparan dari ideologi terlarang. Namun, dugaan itu masih butuh kajian mendalam untuk membuktikannya.
Perhatian Publik
Sementara itu pantauan di dunia virtual mengenai pembicaraan terkait topik tersebut diketahui relatif riuh. Pada pemantauan terhadap 1.667 akun Twitter yang dihasilkan otomatis aplikasi NodeXL di pukul 16.57 WIB, diketahui ada dua pengguna akun berpengaruh yang cenderung saling berseberangan. Pemantauan itu dilakukan terhadap frasa kunci “Istri TNI.”
Masing-masing adalah pengguna akun @puspen_tni dan @angrysipelebegu. Berdasarkan nilai “betweenness centrality" atau sentralitas antara, @puspen_tni beroleh 957849,351093 dan @angrysipelebegu memiliki 435474,876779.
Sentralitas antara merupakan hitungan mengenai peran sentral sebuah akun dalam menguhubungkan sebuah akun dengan akun lainnya. Ukuran ini tentang seberapa besar peran akun tersebut dalam menjalankan peran sebagai jembatan dalam persebaran informasi.
Sementara itu pemantauan dengan aplikasi RStudio di pukul 17.24 WIB, diketahui terdapat sejumlah sejumlah kata yang banyak dipergunakan pengguna Twitter terkait frasa kunci “Istri TNI.” Masing-masing adalah “prajurit,” “perwira,” “karir,” “aman,” dan “anak.”
Adapun pencarian web lewat mesin pencari Google dengan frasa kunci “Istri TNI,” juga diketahui melonjak pada Sabtu malam. Berdasarkan pantauan dengan Google Trends pada pukul 20.11 WIB, terdapat pula sejumlah pertanyaan terkait yang mengalami lonjakan minat pencarian.
Masing-masing adalah “istri nyindir suami dipecat,” “peltu yns,” “postingan nyinyir istri kodim,” “pencopotan dandim kendari,” dan “isi cuitan dandim kendari.” Kenaikan pencarian atas hal-hal itu seluruhnya mengalami “breakout,” atau kenaikan jumlah pencarian hingga lebih dari 5.000 persen pada saat itu jika dibandungkan dengan periode sebelumnya.