Konflik di sejumlah negara Islam menjadi pelajaran, khususnya bagi Muslim Indonesia. Untuk itu, penting bagi ormas-ormas Islam ikut mengedepankan kedamaian.
JAKARTA, KOMPAS - Konflik di sejumlah negara Islam semestinya menjadi pelajaran bagi seluruh masyarakat, khususnya umat Islam Indonesia. Mereka diharapkan tetap menjaga persatuan dan menghindari perpecahan bangsa. Oleh karena itu, para pemuka agama agar selalu mengedepankan kedamaian dan harapan saat berdakwah.
Pesan itu disampaikan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat meresmikan Gedung Pusat Dakwah Hidayatullah di Cipinang Cempedak, Jakarta, Jumat (11/10/2019).
”Dakwah kita (Indonesia) adalah dakwah yang menimbulkan harapan, dakwah yang memberikan keimanan dan persaudaraan. Jangan dakwah seperti yang dicapai di Timur Tengah, di Afghanistan, di Afrika,” kata Wapres Kalla di hadapan para pengurus serta kader Hidayatullah.
Di hadapan Pimpinan Umum Hidayatullah Abdurrahman Muhammad, Ketua Umum DPP Hidayatullah Nashirul Haq, Gubernur DKI Jakarta Anies R Baswedan, serta para ulama, Wapres Kalla kembali menceritakan kondisi negara-negara Islam di Timur Tengah dan Afrika. Sejumlah negara Islam saling serang satu sama lain, seperti Turki menyerang Suriah, Arab Saudi menyerang Yaman, dan lainnya.
Tak hanya itu, konflik berkepanjangan akibat perang saudara juga terus terjadi di sejumlah negara Islam, seperti Afghanistan. Konflik antarnegara dan antarsaudara itu membuat negara-negara Islam hancur dan kehilangan kesempatan untuk hidup layak, aman, dan damai.
”Kalau kita melihat hari ini situasi umat di dunia luar biasa sedihnya. Terakhir kita melihat Turki mengebom Suriah, sebelumnya Saudi mengebom Yaman. Irak diblokade, Libya sudah habis-habisan, Afghanistan hancur-hancuran. Itulah dunia Islam sekarang,” tutur Kalla.
Sementara kondisi Indonesia dinilai lebih baik dari negara-negara Islam di Timur Tengah ataupun Afrika. Muslim yang mayoritas di Indonesia justru hidup berdampingan dengan damai bersama kalangan non-Muslim. Hal itulah yang menurut Wapres Kalla harus selalu disyukuri sekaligus dijaga.
”Alhamdulillah, kita dapat berkumpul dengan gembira, dengan senang hati. Di negara-negara tadi (yang saya sebut) itu sekarang sulit ditemukan kegembiraan,” ujarnya.
Kondisi masyarakat yang damai tentu tak lepas dari peran para pemuka agama dari berbagai organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam. Tak hanya Hidayatullah, ormas lain seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Nahdlatul Wathan, dan Mathaúl Anwar juga melakukan dakwah kedamaian.
Untuk itu, Wapres Kalla mengharapkan, para ulama tetap menjaga dakwah yang mengedepankan kedamaian serta mengajarkan Islam jalan tengah (moderat) atau wasatiyyah. Para ulama juga diingatkan jangan hanya mengajarkan ibadah untuk mengejar akhirat, tetapi juga menyampaikan ajaran untuk memajukan umat di dunia.
Baru tahap awal
Saat tanya jawab dengan sebagian penulis muda yang menjadi pemenang lomba karya tulis esai untuk buku Celebrating Peacemaking, A Compilation of Essays on a Sincere Odyssey of Jusuf Kalla’s Peacemaking, di kantor Wapres, Jakarta, kemarin, Wapres Kalla menyatakan, perdamaian baru merupakan tahapan awal dari sebuah penyelesaian masalah yang panjang. Adanya perdamaian tidak berarti tidak ada masalah yang muncul dan tidak bisa diselesaikan.
”Jalan perdamaian itu panjang dan harus terus-menerus dijaga dan diselesaikan, termasuk setiap masalah yang muncul belakangan. Hampir 15tahun, sejak MoU antara Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka, Aceh tetap memiliki masalah. Masalah-masalah itulah yangharus terus diselesaikan untuk menuju perdamaian yangsesungguhnya,” ujar Wapres Kalla.
Adapun menurut Ketua Jenggala Centre Ibnu Muzir, keteguhan dan kesabaran hati Wapres Kalla menjadi kunci upaya penyelesaian setiap konflik selama ini, mulai dari Ambon, Poso, Aceh, Thailand Selatan, dan Afghanistan, termasuk konflik internal yang pernah ada di Partai Golkar.