Setelah Ganti Nama, BCA Multi Finance Akan Manfaatkan Jaringan Induk
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Anak usaha PT Bank Central Asia Tbk di bidang pembiayaan, Central Sentosa Finance, secara resmi berganti nama menjadi BCA Multi Finance, Jumat (11/10/2019). Dengan menggunakan nama dan jaringan induk, kinerja penyaluran kredit diharapkan semakin berkualitas.
Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, menyampaikan, sebagai entitas anak usaha, BCA Multi Finance akan didorong lebih adaptif terhadap tantangan keberagaman solusi pembiayaan masyarakat. Jaringan yang dimiliki BCA akan membuat jangkauan BCA Multi Finance semakin luas, sehingga penawaran pembiayaan menjadi semakin bervariasi.
Fokus usaha BCA Multi Finance akan makin luas, mulai dari kendaraan roda dua, kendaraan roda empat, multiguna, hingga kredit properti. "Masyarakat diharapkan semakin mudah sekali mendapatkan kredit, kita harus bisa turut serta, tapi tetap harus berhati-hati,” katanya.
Sebagai induk perusahaan, BCA akan mencarikan BCA Multi Finance sumber pendanaan baru untuk rencana bisnis di 2019. “Kami siap dengan core sistem untuk pembiayaan multiguna dan kredit properti dengan menyiapkan sentral kredit yang sudah berjalan selama 4 bulan ini,” ujarnya.
Sebelumnya, pada 22 November 2017, BCA resmi mengambil alih kepemilikan saham perseroan Central Sentosa Finance, dari 70 persen menjadi 100 persen. Perusahaan pembiayaan ini sepenuhnya menjadi milik BCA setelah membeli 30 persen saham milik PT Multikem Suplindo.
Usai pengambilalihan saham sepenuhnya, komposisi kepemilikan Central Sentosa Finance menjadi 75 persen untuk BCA dan 25 persen untuk PT BCA Finance.
Presiden Direktur BCA Multi Finance, Herwandi Kuswanto, mengatakan perubahan nama tidak akan mengubah skema bisnis yang sudah berjalan. Namun beberapa ekspansi yang dilakukan, mulai dari perbaikan sistem sentralisasi kredit yang sudah dilakukan sejak awal semester II-2019.
“Ini akan membuat kinerja kedepannya lebih baik lagi, karena kami akan mencoba ekspansi ke beberapa sektor. Misalnya refinancing untuk KPR (kredit pemilikan rumah), kendaraan berat, alat kesehatan, dan lain sebagainya,” ujarnya.
Herwandi melanjutkan, perbaikan sistem sentralisasi pembiayaan membuat proses aplikasi kredit bisa lebih cepat dan mudah. Hal ini dipercaya bisa meningkatkan performa lebih agresif. Pihaknya pun menargetkan pencapaian laba bersih pada 2019 mencapai Rp 30 miliar.
Meski berencana akan lebih agresif, rasio kredit bermasalah tetap dijaga di level 3 persen. Herwandi menuturkan rasio pembiayaan bermasalah (NPF) perusahaan hingga September 2019 tercatat berada di level 3,2 persen.
Direktur Keuangan BCA Multi Finance, Senjaya Komala menyampaikan optimis bisa mencapai target. Tahun depan, dia menargetkan laba bersih perusahaan akan mencapai Rp 60 miliar hingga Rp 70 miliar. Adapun total nilai aset per September 2019 mencapai Rp 1,2 triliun.
“Kontribusi terbesar masih berasal dari kredit kendaraan roda dua dengan pembiayaan mencapai Rp 1 triliun pada September 2019,” ujarnya.
Sementara itu, untuk kendaraan roda empat bekas, Direktur Used Car BCA Multi Finance, Suiman Agung, mengatakan volume pembiayaan sekitar Rp 180 miliar karena baru dimulai awal tahun ini. Pada 2020 depan diharapkan volume kredit akan menjadi Rp 800 miliar.
“Memang jumlah ini masih kecil, tapi kami optimis karena biasanya pertumbuhan permintaan mobil bekas bisa sampai tiga kali dari mobil baru,” kata dia.
Porsi kredit mobil bekas masih sekitar 15 persen dan 85 persen didominasi kredit motor. Pangsa pasar BCA Multi Finance di industri terbilang masih kecil yakni sekitar satu persen. Namun dengan dukungan induk, diharapkan bisa tumbuh 50 persen.