Polisi Bersenjata Lengkap Masih Jaga Rumah Pelaku Penusukan
Sehari pasca peristiwa penusukan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto, rumah kontrakan pelaku masih dijaga polisi. Pemilik kontrakan itu tidak pernah bertatap muka. Pelaku orangnya tertutup.
Oleh
FAJAR RAMADHAN/BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
PANDEGLANG, KOMPAS — Sehari pasca-peristiwa penusukan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto, rumah kontrakan pelaku masih dijaga polisi. Perangkat desa di seluruh Kecamatan Menes juga diminta meningkatkan kewaspadaan.
Jumat (11/10/2019) pagi, rumah pelaku Syahril Alamsyah yang terletak di Gang Kenari Kampung Sawah RT 004 RW 001 Desa Menes, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten, dijaga empat polisi. Dua di antaranya mengenakan rompi antipeluru, sedangkan salah satunya membawa senjata laras panjang.
Pada saat bersamaan, Camat Menes Ubaedillah dan Kepala Desa Menes Basit meninjau lokasi tersebut. Basit mengatakan, sejak tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri dan tim Gegana menggeledah pada Kamis sore, rumah itu dipagari garis polisi. ”Masih dijaga,” ujar Basit.
Beberapa warga juga terlihat berkumpul di samping rumah Syahril yang dipasangi garis polisi sejak Kamis (10/10/2019). Syahril tinggal di salah satu dari sembilan rumah kontrakan milik Yusep (48). Rumahnya berada di urutan ketiga dari pintu masuk kontrakan.
Kontrakan tersebut berada di permukiman padat penduduk. Gang antar-rumah kontrakan hanya selebar 1 meter.
Luas setiap rumah lebih kurang 5 meter x 5,5 meter. Di dalamnya terdapat satu ruang keluarga, satu kamar tidur, dapur, dan satu kamar mandi. Pada Jumat pagi, kontrakan tersebut telah kosong tanpa ada barang-barang seperti perabotan ataupun barang elektronik.
Lampu depan dan lampu dalam ruangan kontrakan itu masih menyala. Di bagian luar rumah, terdapat mesin alat pengukur listrik dengan sisa saldo sebesar 34,84 kilowatt per jam.
Di pelataran luar kontrakan tergantung enam helai pakaian yang sedang dijemur. Pada bagian jendela luar terpasang poster dari kertas karton bertuliskan, ”Ada jual. Pulsa. Kuota net. Token PLN. Tiket: kereta api, pesawat, Pelni.”
Mendata pengontrak
Ubaedillah mengaku telah meminta seluruh perangkat desa hingga pengurus RT/RW mendata lebih detail para pengontrak di wilayah itu untuk memperketat pengamanan. Sebelumnya pendataan pengontrak lebih bersifat lisan dan kurang mendetail.
”Nanti perangkat desa, RT/RW, hingga pemilik rumah kontrakan wajib mengetahui identitas dan mengetahui betul keseharian pengontrak," ujar Ubaedillah.
Yusep, pemilik kontrakan pelaku, mengatakan, dia tak pernah bertatap muka bahkan mengetahui nama pelaku.
"Orangnya tertutup. Dia bisa mengontrak karena dibawa temannya yang bernama Syamsudin yang juga mengontrak di salah satu kamar punya saya," ujar Yusep.
Orangnya tertutup. Dia bisa mengontrak karena dibawa temannya yang bernama Syamsudin yang juga mengontrak di salah satu kamar punya saya.
Sekretaris RW 001 Desa Menes Yadi mengatakan, sejak 8 bulan yang lalu, Syahril tinggal dengan anaknya, Ratu Ayu Lestari (12). Baru pada dua bulan terakhir ia memboyong istrinya, Fitri Andriana, ke rumah tersebut. Meski begitu, identitas Syahril maupun surat nikah keduanya belum sempat diminta oleh RT setempat.
”Setiap orang yang mengontrak sebenarnya perlu kita mintai identitasnya. Tapi saat akan diminta identitasnya oleh Ketua RT, ia selalu bilang kalau masa kontraknya akan habis,” ujarnya.
Tetangga Syahril, Ella Raubatul Jannah (30), mengenal Syahril sebagai pribadi yang tertutup. Begitu juga dengan istrinya yang jarang bergaul dengan tetangga. Rumah mereka juga sering tertutup. Meski begitu, Ratu sering kali bermain di rumah-rumah tetangga.
Sesekali, Ella melihat mereka bertiga keluar rumah bersama. Saat ditanya, mereka menjawab ingin membeli makan. Selebihnya, mereka hanya tersenyum saat disapa oleh kebanyakan warga.
”Beberapa hari yang lalu saat ada kerja bakti pembangunan masjid, ia juga tidak mau terlibat,” ujarnya.