Penyerangan terhadap Wiranto diduga direncanakan pelaku. Lokasi penyerangan pun diduga sudah dipetakan. Dugaan ini muncul dari sejumlah fakta yang ada sebelum aksi brutal iltu terjadi.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagian kalangan menduga penyerangan terhadap Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto sudah direncanakan. Lokasi aksi pun diduga sudah dipetakan pelaku. Dugaan ini muncul dari sejumlah bukti yang memperkuat ke arah sana.
Pengamat terorisme dari Universitas Padjajaran, Muradi, menjelaskan, semua rekrutan Abu Zee sudah disiapkan untuk melakukan teror. Perpindahan SA alias Abu Rara ke Banten tak lepas dari hasil pemetaan kelompok JAD atas Universitas Mathla’ul Anwar, Pandeglang, Banten.
Menurut Muradi, universitas itu memang dekat dengan petinggi-petinggi militer. ”Jadi, dia tinggal menunggu saja. Seandainya yang datang ke Menes, Pandeglang, Banten, itu bukan Pak Wiranto, tetapi petinggi militer lain, pasti akan kena juga,” katanya, Jumat (11/10/2019).
Muradi tidak menampik keterangan Polri yang menyatakan aksi Abu Rara untuk merespons penangkapan Abu Zee. Namun, keterangan itu, menurut dia, terlalu sederhana. Empat pasangan yang dinikahkan Abu Zee memang sudah siap untuk beraksi. ”Jika hanya sekadar respons atas ditangkapnya Abu Zee, mengapa harus pindah ke Menes? Mengapa tidak beraksi di Jakarta saja? Kan, lebih besar peluangnya,” katanya.
Secara terpisah, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Dedi Prasetyo mengatakan, penyerangan Abu Rara terhadap Wiranto dilakukan secara spontan. Abu Rara tertekan mendengar kabar Abu Zee—orang yang mengoordinasi calon anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi, Jawa Barat—tertangkap pada September lalu. Ia khawatir penangkapan atas dirinya tinggal menunggu waktu.
Menurut Dedi, Abu Zee merupakan orang yang menikahkan Abu Rara dengan istrinya, FA. Abu Zee juga pernah berkomunikasi dengan Abu Rara melalui media sosial. Khawatir akan ditangkap, kata Dedi, Abu Rara memutuskan untuk segera melakukan teror (amaliyah). Ia mengajak FA turut serta.
Kesempatan itu datang pada Kamis (10/10/2019). Tak jauh dari rumah kontrakan miliknya, Kecamatan Menes, Pandeglang, Banten, suara helikopter menderu-deru. Abu Rara menyimpulkan bakal ada pejabat publik yang datang. ”Yang menjadi sasaran teroris itu selalu pemerintah dan Polri yang dianggap tagut (setan),” kata Dedi.
Menurut Dedi, Abu Rara tidak mengetahui bahwa yang diangkut menggunakan helikopter itu adalah Wiranto. Patokannya hanya pada doktrin tagut. Wiranto datang ke Menes untuk menghadiri peresmian gedung kuliah dan penandatanganan prasasti di Universitas Mathla’ul Anwar, Menes.
Saat Wiranto tiba di Alun-alun Menes, Abu Rara, istri, dan seorang anaknya menyusul. Menurut Dedi, jarak rumah kontrakan Abu Rara dan alun-alun hanya sekitar 300 meter. Abu Rara pun berbagi tugas. Dia menusuk Wiranto, sedangkan istrinya menusuk polisi yang berada di samping Wiranto.
”Beberapa kali dihalau oleh aparat kepolisian setempat, tidak boleh mendekat, tetapi tetap memaksa untuk masuk ke kelompok masyarakat yang sedang bersalaman dan minta foto selfie. Kemudian secara mendadak langsung melakukan serangan kepada Pak Wiranto,” katanya.
Dalam serangan itu, yang pertama kali terluka adalah warga setempat, Haji Fuad, disusul Wiranto, kemudian Kepala Kepolisian Sektor Menes Komisaris Dariyanto. FA juga berusaha menyerang Kepala Kepolisian Daerah Banten Inspektur Jenderal Tomsi Tohir. Namun, Tomsi menangkis serangan itu dengan tongkat komando.