Masyarakat diharapkan tidak terprovokasi oleh ajakan pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masyarakat diharapkan tidak terprovokasi oleh ajakan pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Semua ini dilakukan demi menjaga Ibu Kota tetap dalam keadaan nyaman dan damai, terutama menjelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih Joko Widodo-Ma’ruf Amin, 20 Oktober 2019.
Pangdam Jaya Mayjen Eko Margiyono mengatakan, berkaca pada dinamika perpolitikan di Jakarta belakangan ini, ternyata masih ada pihak-pihak yang ingin membuat Ibu Kota tidak nyaman dan tidak aman. Oleh karena itu, dia mengajak kepada semua elemen masyarakat agar tidak mudah terprovokasi oleh ajakan yang dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa.
”Jadikan bangsa ini, bangsa yang rukun. Jaga persatuan dan kesatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kompetisi sudah selesai dengan ditandai keputusan Mahkamah Konstitusi. Itu adalah negara beradab dengan cara-cara ikuti aturan hukum. Bukan lagi kita bicara siapa yang paling kuat seperti hukum rimba,” ujar Eko Margiyono dalam kegiatan Doa Bersama untuk Indonesia Damai, di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (11/10/2019).
Doa bersama tersebut juga dihadiri Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Gatot Eddy Pramono dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Ada sekitar 8.000 orang yang terdiri dari TNI-Polri, perwakilan mahasiswa, dan organisasi masyarakat ikut dalam kegiatan itu.
Eko Margiyono menyampaikan, beberapa kepala negara dan utusan akan menghadiri pelantikan presiden dan wapres. Hingga hari ini, setidaknya ada 18 kepala dan utusan negara yang berencana hadir.
Melihat banyaknya tamu negara itu, Eko Margiyono meminta kepada masyarakat agar tidak melakukan kegiatan anarkistis di depan Gedung DPR/MPR. Bahkan, dia secara tegas meminta kepada para auktor intelektualis yang tidak sependapat dengan pelantikan tersebut untuk mengurungkan niatnya.
”Bagaimana bangsa ini mau menempatkan mukanya jika saat pelantikan presiden ada yang membuat kekacauan di sekitar Gedung DPR, sementara dilihat tamu-tamu negara. Seharusnya acara yang sakral, tetapi menjadi tidak baik,” tutur Eko Margiyono.
Menyejukkan situasi
Gatot Eddy Pramono menambahkan, kegiatan doa bersama yang melibatkan berbagai komponen masyarakat dan mahasiswa sore hingga malam ini bertujuan untuk menyejukkan situasi bangsa, terutama di Jakarta. Selain itu, TNI-Polri juga dikumpulkan untuk menunjukkan soliditas dan sinergitas dalam menjaga keamanan Ibu Kota.
”Mari kita jaga bersama untuk Indonesia yang damai. Kalau ada riak-riak itu merupakan dinamika, hal wajar, dan normal dalam negara demokrasi. Tetapi, kita harus mampu melewati semua ini secara profesional, damai, dan sejuk,” kata Gatot.
Namun, apabila nanti ada pihak-pihak yang berkeinginan mengganggu keutuhan NKRI, ujar Gatot, mereka akan berhadapan dengan TNI-Polri. ”Tentunya TNI-Polri berada di garis terdepan untuk melakukan tindakan tegas sesuai dengan peraturan perundang-undangan,” ucapnya.
Jakarta aman
Sementara itu, Anies Baswedan juga menyampaikan, selama satu tahun lebih, Jakarta telah menjadi tuan rumah berbagai agenda nasional dan internasional. Semua agenda tersebut disebutnya berjalan dengan baik, aman, dan nyaman.
Pada 20 Oktober nanti, Anies menyampaikan, adalah pelaksanaan akhir dari proses demokrasi. Semua komponen masyarakat harus ikut bertanggung jawab dalam menjaga keamanan dan stabilitas Ibu Kota.
”Kita harus ikut memastikan Jakarta suasananya tertib dan nyaman,” kata Anies.