PURWOKERTO, KOMPAS Sebanyak 336 murid SD Mandirancan, Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menjalani pemeriksaan otitis media atau infeksi telinga bagian tengah yang lazim dikenal sebagai congek. Pemeriksaan sejak dini untuk mencegah agar penyakit tidak menjadi kronis sehingga mengganggu pendengaran.
”Otitis media akut biasanya berawal dari batuk atau pilek yang terjadi terus-menerus sehingga kuman masuk ke telinga bagian tengah,” kata dokter spesialis Telinga Hidung Tenggorokan Wahyu Dwi yang juga dosen Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto (Unsoed), Kamis (10/10/2019), di Kebasen.
Pemeriksaan digelar atas kerja sama Unsoed dengan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Menurut Wahyu, anak yang mengalami radang pada telinga tengah akan diberi resep dan diobati di puskesmas terdekat.
Ketua Tim Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Unsoed Siwi Wijayanti mengatakan, selama ini ada anggapan bahwa penyakit congek sudah tidak ada. Namun, dalam pemeriksaan masih ditemukan gejala awal penyakit ini. Jika tidak segera diobati, bisa menyebabkan gangguan pendengaran.
Siwi mengatakan, melalui pemeriksaan kesehatan, para guru dan orangtua murid mendapatkan sosialisasi serta edukasi untuk menjaga kebersihan lingkungan. ”Kebersihan dan pola hidup sehat harus diperhatikan. Jika di rumah ada yang merokok, juga bisa memicu seorang anak sakit pilek atau batuk terus-menerus,” ujarnya.
Sujiani, guru pendidikan olahraga di SDN Mandirancan, mengatakan, kebersihan jajanan di kantin sekolahnya terus dipantau. Namun, tidak sedikit siswa yang membeli jajan di luar sekolah. ”Sering, anak-anak membeli es di pedagang di tepi jalan,” ujarnya.
Menurut peneliti utama dari Fakultas Biologi Unsoed, Daniel Joko Wahyono, di Banyumas, tim akan memeriksa 3.581 anak dari sembilan SD, yaitu SDN 4 Kranji, SDN 1 Bobosan, SDN Ledug, SDN Karangkemiri, SDN Sumbang, SDN Ciberem, SDN Mandirancan, SDN Banjarsari, dan SDN Pageralang. ”Hingga kini, kami menemukan 113 anak yang menderita otitis media akut,” kata Daniel.
Seperti diberitakan sebelumnya (Kompas.id, 31/7/2019), Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio menyampaikan, tujuan dari kerja sama dengan Unsoed adalah meneliti resistensi antibiotik pada penderita otitis media dan saluran pernapasan atas.
Amin menyatakan, otitis media berpotensi menyebabkan tuli jika tidak diobati secara tuntas. Akibatnya, anak kurang bisa menangkap pelajaran dan tidak bisa berprestasi optimal. Hal itu memengaruhi produktivitasnya saat dewasa. (DKA)