Pelaku Blokir Nomor Telepon Seluruh Kerabat Tiga Bulan Terakhir
Fitria Diana (20), salah satu pelaku penyerangan terhadap Menko Polhukam Wiranto, dikenal keluarga sebagai pribadi yang periang dan ramah. Namun, tiga bulan terakhir, Fitria memutus komunikasi dengan seluruh kerabat.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
BREBES, KOMPAS — Fitria Diana (20), salah satu pelaku penyerangan terhadap Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, dikenal keluarga sebagai pribadi yang periang dan ramah. Namun, dalam tiga bulan terakhir, Fitria memutus komunikasi dengan pihak keluarga dengan cara memblokir nomor ponsel semua keluarga dan kerabat.
Hal tersebut dikatakan Rahayu (32), salah satu bibi Fitri saat ditemui di depan rumah Fitria, Kamis (10/10/2019), di Desa Sitanggal, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Rahayu mengaku cukup dekat dengan Fitria karena rumah mereka berhadapan.
”Sejak kecil, Fitria itu ke mana-mana sama saya. Orangnya periang dan ramah. Tidak pernah macam-macam,” kata Rahayu.
Menurut Rahayu, Fitria sudah dua tahun merantau ke Jakarta. Di Jakarta, Fitria bekerja sebagai asisten rumah tangga. Kepada Rahayu, Fitria mengaku betah bekerja sebagai asisten rumah tangga di tempat tersebut. Namun, sejak Juni lalu, Fitria memutuskan keluar dari tempat ia bekerja.
Selama bekerja di Jakarta, Fitria sering berkomunikasi dengan Rahayu melalui telepon dan panggilan video. Mereka berkomunikasi setidaknya sekali dalam seminggu.
Rahayu mengatakan, dirinya terakhir kali berkomunikasi dengan Fitria pada Juli. Kala itu, Fitria meminta izin kepada keluarganya untuk menikah. Sejak saat itu, Rahayu tidak bisa menghubungi Fitria karena nomor ponsel Rahayu diblokir.
”Saya curiga, nomor saya dan keluarganya di Brebes tiba-tiba diblokir semua. Padahal, tidak ada masalah apa-apa sama keluarga. Saya coba telepon berkali-kali tidak bisa,” ujar Rahayu.
Salah satu tetangga Fitria, Kumayah (34), mengatakan, pekan lalu, ibu Fitria bercerita bahwa Fitria tiba-tiba menghubungi orangtuanya sambil marah-marah. Fitria mengungkapkan bahwa dirinya tidak suka dengan penampilan ayahnya. Fitria kemudian berpesan agar ayahnya berpenampilan tertutup.
”Orangtua Fitria kerjanya sebagai buruh tani, sehari-hari pakaiannya lengan pendek dan celana pendek. Kata ibunya, Fitria tiba-tiba menelepon dan marah lalu menyuruh ayahnya berpenampilan tertutup,” kata Kumayah.
Kumayah menambahkan, sejak pulang dari Jakarta pada Juni lalu, penampilan Fitria berubah. Semula Fitria tidak bercadar. Namun, tiba-tiba Fitria bercadar.
Para tetangga mengatakan, Fitria tidak pernah bergabung dengan organisasi apa pun selama di Brebes. Mereka juga tidak menyangka jika benar dugaan bahwa dia terpapar paham radikal Negara Islam di Islam dan Suriah (NIIS).
Sejak kabar tersebut tersiar, masyarakat berbondong-bondong mendatangi rumah Fitria. Jalan masuk ke rumah Fitria dikerumuni warga. Untuk alasan keamanan, polisi memasang garis polisi di sekeliling rumahnya.
Kepala Desa Sitanggal Untung Adi Purwanto mengatakan, polisi dan sejumlah anggota Detasemen Khusus 88 tiba di rumah Fitria sekitar pukul 13.00. Menurut Untung, polisi juga menggeledah dan menyita sejumlah barang dari rumah Fitria.
”Tadi Densus 88 menyita beberapa buku, sebuah busur, dan enam mata panah dari rumah Fitria. Kedua orangtuanya juga dibawa ke Polres Brebes untuk dimintai keterangan,” kata Untung.