Sampel Makanan yang Diduga Racuni 26 Warga, Masih Diperiksa
Oleh
JOHANES GALUH BIMANTARA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Sebanyak 21 anak berusia di bawah lima tahun atau balita muntah dan sebagian di antaranya diare, Rabu (9/10/2019), usai mengonsumsi makanan dari kegiatan pos pelayanan terpadu di RW 10 Kelurahan Pademangan Timur, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara.
Makanan tersebut diduga menimbulkan keracunan, tetapi pihak kelurahan masih menunggu hasil laboratorium untuk memastikan. Pengujian dilaksanakan Laboratorium Kesehatan Daerah Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
“Menurut informasi dari puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) Kecamatan Pademangan, hasil laboratorium bisa didapatkan setelah lebih kurang 5-7 hari,” tutur Lurah Pademangan Timur Bambang Mulyanto, Kamis (10/10/2019), di Jakarta Utara.
Bambang mendapat laporan bahwa warga yang mengalami gejala muntah dan/atau diare adalah 26 orang. Sejumlah 21 orang di antaranya merupakan anak balita dan lima orang dewasa. Enam orang masih menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pademangan.
Staf Humas RSUD Pademangan Ahmad Aulia Kharisma Alam menyebutkan, pihaknya memberi pertolongan bagi 17 orang dengan gejala-gejala tadi pada Rabu. Sebanyak 14 orang merupakan anak balita.
“Dari enam pasien yang dirawat inap, empat di antaranya adalah anak dan dua orang dewasa,” tutur Alam. Menurut dia, kondisi pasien rawat inap terus membaik tetapi mereka menunggu hasil penilaian dari dokter spesialis untuk menentukan waktu mereka dibolehkan pulang.
Kepala Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta Utara Komisaris Besar Budhi Herdi Susianto menjelaskan, awal mulanya terdapat kegiatan pengukuran bobot dan tinggi badan bagi 47 anak balita di posyandu RW 10 Pademangan Timur, Rabu pukul 10.00-12.00. Setelah setiap anak selesai pengukuran, masing-masing orangtua mengambil paket makanan berisi nasi, sayur sop, dan pisang ambon.
“Keterangan korban, setelah makan sop yang dibagikan, muncul gejala pusing, mual, muntah-muntah, dan diare,” ujar Budhi. Karena banyak korban yang mengalami gejala rata-rata sama, makanan sop dari kegiatan posyandu tadi diduga jadi pemicu. Sebanyak dua orang diperiksa sebagai saksi.
Seorang ibu beserta dua anak balitanya, yaitu Nur Hasanah (29), A (3), dan H (2) menjadi korban dari kejadian tadi dan mendapat pertolongan di RSUD Pademangan. Untungnya, mereka tidak perlu menjalani rawat inap dan bisa pulang sekitar pukul 24.00.
Mereka datang ke posyandu hari Rabu pukul 09.00, kemudian sekitar setengah jam kemudian ketiganya mengonsumsi nasi dan sayur sop yang dibagikan di posyandu. Anak-anak Nur muntah 30 menit pasca makan. “Saya pikir masuk angin. Saya kan juga ikut makan, terus saya juga ikut muntah, mual, dan pusing,” kata Nur yang tinggal di RT 04 RW 10.
Mereka lantas pergi ke Puskesmas Pademangan untuk mendapatkan pertolongan pertama. Nur sampai menggigil saat masih pemeriksaan di puskesmas. Setelah dirujuk ke RSUD Pademangan, infus diberikan padanya.
Mengantisipasi kejadian ini terulang, Bambang mengimbau seluruh kader posyandu meningkatkan kehati-hatian, termasuk saat menyajikan makanan bagi anak balita.
Hampir sebulan sebelumnya, kasus diduga keracunan makanan juga terjadi di Kecamatan Koja, Jakarta Utara, bahkan sampai merenggut nyawa. Seorang anak balita bernama Lutfi Zakhi Haidan (3,5) meninggal usai ikut mengonsumsi nasi goreng dari sekolah kakaknya, SDN Tugu Utara 19. Nasi goreng itu bagian dari menu program pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMTAS) di sekolah tersebut.