Bursa Saham Jatuh, Tertekan Sentimen Bakal Alotnya Negosiasi Dagang AS-China
Bursa saham global jatuh, sedangkan mata uang safe haven, seperti yen dan franc Swiss, menguat pada awal perdagangan pasar Asia, Kamis (10/10/2019), akibat tekanan sentimen perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Oleh
BENNY DWI KOESTANTO
·3 menit baca
TOKYO, KAMIS — Bursa saham global jatuh, sedangkan mata uang safe haven, seperti yen dan franc Swiss, menguat pada awal perdagangan pasar Asia, Kamis (10/10/2019), akibat tekanan sentimen perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Washington dan Beijing masih bergeming dengan sikapnya masing-masing sehingga diperkirakan tidak ada kemajuan dalam perundingan tingkat pejabat level tinggi pada tengah pekan ini.
Media South China Morning Post (SCMP) melaporkan, delegasi China yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Liu He berencana untuk meninggalkan Washington setelah hanya satu hari perundingan tingkat menteri, bukan seperti yang direncanakan akan meninggalkan AS pada Jumat.
”Kecuali ada kejutan hari ini, sepertinya pembicaraan mereka akan macet. Tarifnya akan naik. Situasinya terlihat mengerikan,” kata Norihiro Fujito, kepala strategi investasi di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.
Kamis ini, indeks S&P500 mini futures merosot 1,3 persen. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,31 persen, sementara Nikkei Jepang tergelincir 0,11 persen. Laporan SCMP tentang perundingan dagang AS-China datang dari beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada wartawan bahwa ia berpikir, China ingin membuat kesepakatan perdagangan lebih dari yang ia lakukan.
Pejabat Pemerintah China mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa Beijing telah menurunkan ekspektasi untuk kemajuan yang signifikan dari perundingan perdagangan minggu ini dengan Amerika Serikat. Beijing mengaku kecewa dengan daftar hitam perusahaan China yang dikeluarkan Washington.
Para negosiator level pejabat tinggi dari kedua negara dijadwalkan bertemu di Washington pada hari Kamis dan Jumat untuk mencoba mengakhiri perang dagang yang telah berlangsung selama 15 bulan. Jika tidak ada kemajuan yang signifikan dalam perundingan pekan ini, Trump akan menaikkan tarif dari sebelummya 25 persen menjadi 30 persen pada barang-barang China senilai 250 miliar dollar AS. Rencana kenaikan tarif itu akan berlaku Selasa pekan depan.
Fujito menganalisis, China tidak mungkin bersedia melakukan kompromi yang mudah dengan Presiden AS yang tampaknya semakin rentan terhadap tekanan politik domestik. Kubu oposisi di AS gencar berupaya memakzulkan Trump dari kursi kepresidenan.
Politisi Partai Demokrat, Joe Biden, menyerukan pemakzulan Trump untuk pertama kalinya dalam pertarungan partisan yang mendalam menjelang pemilihan presiden tahun depan.
Sebelum muncul laporan tentang perundingan perdagangan yang macet, harga saham telah naik pada Rabu. Indeks S&P 500 naik 0,91 persen dengan harapan kemungkinan ada kompromi di antara dua ekonomi terbesar di dunia. Di pasar mata uang, yen naik hingga 0,4 persen menjadi 107,035 terhadap dollar AS.
Franc Swiss juga menguat 0,4 persen menjadi 0,9923 franc per dollar AS. Yuan China melemah 0,4 persen dalam perdagangan lepas pantai menjadi 7,1685 per dollar AS, menyentuh level terendah dalam lima pekan.
Lira Turki juga melemah ke posisi terendah enam pekan, menyusul aksi pasukan Turki dan mitra oposisi Suriah mereka menyerang milisi Kurdi di Suriah utara. Kondisi itu membuka babak baru dalam perang sipil Suriah yang telah berlangsung delapan tahun. Lira jatuh ke 5,8777 per dollar AS, level terendah sejak penurunan tajam pada 26 Agustus 2019.
Harga minyak juga tergelincir akibat sentimen lanjutan perang dagang AS-China. Minyak mentah berjangka Brent turun 0,55 persen pada level 58,00 dollar AS per barel. Adapun minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun harganya 0,48 persen menjadi pada level 52,34 dollar AS per barel. (REUTERS)