Swasta Didorong Bangun Taman Kota Ramah Lingkungan di Pusat Bisnis
Jakarta dikenal sebagai salah satu kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Untuk mengatasi masalah tersebut, peran swasta sangat dibutuhkan salah satunya membuat taman kota yang dapat menjadi sarana edukasi.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jakarta dikenal sebagai salah satu kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Untuk mengatasi masalah tersebut, peran swasta sangat dibutuhkan salah satunya dengan membuat taman kota yang dapat menjadi sarana edukasi pentingnya menjaga lingkungan.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Air Visual, indeks kualitas udara Jakarta selama beberapa hari pada bulan Juli, Agustus, dan September berada dalam kondisi tidak sehat. Bahkan, menduduki peringkat terburuk di dunia. Konsentrasi partikulat PM2,5 Jakarta sudah di atas ambang batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 25 mikrogram per meter kubik (Kompas, 15/9/2019).
Salah satu usaha untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan membuat ruang terbuka hijau seluas 30 persen dari luas wilayah DKI Jakarta sesuai dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012. Namun, target tersebut dianggap tidak realistis oleh Dinas Kehutanan DKI Jakarta karena lahan yang ada sudah padat. Adapun 1 persen dari luas total wilayah DKI adalah sekitar 650 hektar atau setara delapan taman Monas yang seluas 80 hektar (Kompas, 13/6/2019)
Melihat situasi tersebut, peran serta dari swasta sangat dibutuhkan salah satunya dengan membuat taman kota yang ramah lingkungan. Menurut pengamat kebijakan publik Agus Pambagio, Jakarta telah memiliki banyak taman. Namun, taman tersebut masih sekadar tempat hiburan dan belum berpengaruh secara signifikan.
”Saya berharap, ada taman yang bisa menjadi tempat edukasi selain untuk kuliner atau bermain. Semoga ada taman dengan pohon yang tumbuh lebat dan dapat menjadi habitat burung,” kata Agus dalam konferensi pers Hutan Kota by Plataran, di Jakarta, Rabu (9/10/2019).
Menurut Agus, taman kota akan menjadi sumber oksigen sehingga udara di Jakarta akan lebih baik. Karena itu, perlu dikembangkan taman kota dengan konsep alam terbuka yang ramah lingkungan.
Keresahan Agus dijawab oleh CEO Plataran Indonesia Yozua Makes. Ia membangun sebuah taman kota dengan restoran sebagai bangunan utama di kawasan Gelora Bung Karno Senayan dengan nama Hutan Kota by Plataran yang diharapkan dapat diluncurkan pada 19 Desember 2019.
Ia akan mengelola lahan seluas 4,5 hektar yang sebagian dikelola Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPKGBK). Yozua akan menanam 300 hingga 500 pohon di sekitar restoran. ”Kami mengusung konsep budaya, alam, dan kejayaan Indonesia,” ujar Yozua.
Menurut Yozua, taman kota yang akan dibangunnya akan menjadi tempat yang sejuk meski berada di tengah pusat bisnis. Pengunjung dapat menikmati kesejukan udara karena berada di sekitar pohon yang rindang sambil melihat pemandangan gedung pencakar langit.
Selain menanam pohon, ia juga menyediakan fasilitas untuk pencinta hewan. Yozua berencana akan memelihara burung dara yang bisa menjadi daya tarik pengunjung. Pencinta hewan juga dapat membawa binatang kesayangannya. Yozua telah menyediakan tempat untuk membuang kotoran hewan agar tidak mengganggu.
Pengunjung dapat menikmati kesejukan udara karena berada di sekitar pohon yang rindang sambil melihat pemandangan gedung pencakar langit.
Konsep budaya ditunjukkan dengan dibangunnya ruang pertunjukan budaya dan lapangan olahraga basket yang dapat dinikmati pengunjung. Selain itu, akan ada ruang ekspresi yang dapat digunakan pengunjung untuk mencurahkan hasrat seninya dengan membuat coretan-coretan di dinding yang sudah disediakan.
Kejayaan Indonesia diperlihatkan dengan dibangunnya ciri khas sejarah Indonesia seperti lima pilar yang melambangkan Pancasila. Di sebuah pohon beringin besar akan diletakkan batu besar sehingga pengunjung dapat merasakan seperti Bung Karno memikirkan konsep Pancasila di bawah pohon.
Lambang hari kemerdekaan Republik Indonesia juga dibangun dengan mendirikan 17 totem penghargaan yang didedikasikan untuk pemimpin dan orang-orang yang berjasa membangun Indonesia. Sebanyak 8 pohon pulai dan 45 pohon ketapang ditanam di sekitar kawasan tersebut.
Aktivis dan sutradara Nia Dinata mengatakan, kawasan ini akan menjadi daya tarik baru di Jakarta karena pengunjung dapat melakukan aktivitas fisik dan menikmati taman sambil membuat konsep kreatif. ”Tempat ini akan menjadi ikon baru di Jakarta,” ujar Nia.