Polisi Irak Gantikan Tentara
Pemerintah Irak menarik tentara dari kota-kota yang diguncang aksi unjuk rasa. Tentara Irak mengakui telah menggunakan kekuatan berlebihan dalam menghadapi aksi unjuk rasa.
Aksi unjuk rasa yang berlangsung sejak Selasa pekan lalu ditangani dengan keras oleh aparat Irak. Enam ribu orang terluka dan lebih dari 100 orang tewas akibat penanganan keras itu.
BAGHDAD, SENIN - Pemerintah Irak menarik tentara dari kota-kota yang diguncang aksi unjuk rasa. Tentara Irak mengakui telah menggunakan kekuatan berlebihan dalam menghadapi aksi unjuk rasa.
Surat perintah penarikan dari Perdana Menteri Irak Adel Abdel Mahdi itu beredar pada Senin (7/10/2019). Polisi akan menggantikan tugas tentara untuk menjaga keamanan di daerah yang diguncang aksi unjuk rasa.
Penarikan tentara dilakukan setelah lebih dari 100 orang tewas dan sedikitnya 6.000 orang terluka dalam rangkaian kericuhan yang mengikuti aksi unjuk rasa sejak pekan lalu. Jumlah pasti korban tewas masih simpang siur.
Pada Minggu pagi, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Mayor Jenderal Saad Maan menyebut korban tewas 104 orang, termasuk delapan aparat. Pada Senin pagi, aparat menyebut ada 14 orang tewas dan 64 lain cidera karena kerusuhan pada Minggu kemarin. Tidak diketahui apakah 14 orang itu bagian dari 104 yang disebut Maan atau tidak.
Hal yang jelas, sebagian korban berasal dari kota Sadr, tempat tinggal ulama Syiah sekaligus politisi penting Irak, Moqtada Sadr. Ia dikenal amat nasionalis dan antiasing, termasuk terhadap Iran yang didominasi Syiah. Pekan lalu, ia mendesak Mahdi mengundurkan diri dan Irak menggelar pemilu ulang.
Permintaan itu memicu reaksi keras dari kelompok Syiah yang dekat dengan Iran dan kini menyokong Pemerintah Irak karena sudah resmi bergabung dengan tentara, brigade Hashed al-Shaabi. Komandan Hashed al-Shaabi, Faleh al-Fayyadh, menyatakan siap melawan siapa pun yang akan menggulingkan pemerintah. Ia menyatakan setuju pada perang melawan korupsi. Akan tetapi, ia dan pasukannya menolak penggulingan pemerintah.
Rangkaian aksi unjuk rasa sejak Selasa lalu itu memang dipicu protes atas maraknya korupsi dan pengangguran tinggi. Belakangan, sebagian pengunjuk rasa menuntut Mahdi mundur. Irak menghadapi rangkaian aksi unjuk rasa itu dengan keras. Dalam pernyataan resminya, militer Irak mengakui menggunakan kekuatan berlebihan dan tidak sesuai aturan.
Maan menyebut akan ada yang bertanggung jawab atas kekerasan itu. Kini, aparat tengah menyelidiki cara penanganan aksi unjuk rasa.
Bela aparat
Meski ada pengakuan soal kekerasan, Mahdi tetap membela aparat. Mereka dinyatakan hanya menjalankan tugas untuk menjaga ketertiban serta terpaksa menggunakan kekuatan untuk membela diri. Aparat juga dinyatakan mematuhi prosedur penanganan massa dan sesuai standar internasional.
Sebagian pengunjuk rasa disebut terlibat kericuhan dan merusak banyak hal. Maan menyebut, 51 bangunan umum dan kantor delapan partai dibakar. Ia menyebut ada penyusup yang sengaja berulah untuk menimbulkan korban di antara aparat dan pengunjuk rasa.
Mereka dinyatakan hanya menjalankan tugas untuk menjaga ketertiban serta terpaksa menggunakan kekuatan untuk membela diri.
Sementara para pengunjuk rasa baru menyajikan rekaman yang menunjukkan aparat menembaki pengunjuk rasa. Suara tembakan semakin kerap terdengar selepas tembakan pertama dilepaskan. Para pengunjuk rasa langsung tiarap dan sebagian lagi meringkuk untuk menghindari tembakan yang dilepaskan dari senapan yang mengarah ke mereka. Sebagian lagi membakar ban di jalan.
Ada pula pengunjuk rasa yang membawa gerobak yang dipakai untuk mengangkut para korban. Sejumlah korban terlihat berdarah. Sebagian pengunjuk rasa mengaku melihat sejumlah penembak runduk. Keberadaan penembak runduk diakui Maan. Ia menyebut sebagian korban tewas karena luka tembak di dada dan kepala.
Aparat sedang menyelidiki siapa penembak itu. Aparat menyebut ada informasi para penembak runduk yang mencoba memprovokasi massa dengan cara menembaki pengunjuk rasa dan aparat. Penyelidikan juga digelar untuk mengetahui siapa di balik serangkaian kericuhan beberapa hari terakhir.
Dialog
Selain memerintahkan penarikan tentara, Mahdi juga mencoba meredakan aksi unjuk rasa dengan menyatakan siap berdialog dengan pengunjuk rasa. ”Saya siap ke mana pun untuk menemui saudara-saudara pengunjuk rasa, perwakilan mereka, tanpa (didampingi) aparat. Saya siap menemui mereka tanpa (pengawal) bersenjata dan mendengarkan tuntutan mereka selama berjam- jam,” ujarnya.
Ia juga sudah mengumumkan sejumlah kebijakan untuk menenangkan pengunjuk rasa. Kebijakan itu termasuk tunjangan untuk para penganggur dan subsidi sewa rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Selain itu, ia menyatakan berduka untuk para korban. Keluarga mereka akan mendapat santunan dari negara dan mereka dianggap sebagai martir.
Saat ini, kondisi Baghdad dan wilayah di sekitarnya relatif tenang. Sebagian pelajar dan pekerja beraktivitas di sekolah dan kantor masing-masing. Memang, jalan-jalan masih dipenuhi sisa aneka benda terbakar. Selain itu, sejumlah aparat disiagakan di berbagai penjuru Baghdad. Penjagaan ketat terlihat di kota itu.
Seorang pedagang piza di Baghdad, Atheer Assem, menyebut sudah bisa lagi berbelanja aneka kebutuhan untuk restorannya. Walakin, pelanggannya belum kembali datang. ”Unjuk rasa membuat orang takut keluar,” ujarnya.
Ia menyebut, omzetnya berkurang hingga 70 persen gara-gara aksi unjuk rasa. Situasi yang sudah tenang diharapkan bisa membuat para pelanggannya kembali datang. (AP/AFP/REUTERS)