Penataan trotoar di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, digadang-gadang akan menjadikan wilayah itu sebagai ikon baru di wilayah selatan. Tak hanya penataan trotoar, kabel udara di kawasan tersebut pun akan ditata ulang.
Oleh
Dian Dewi Purnamasari
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penataan trotoar di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, digadang-gadang akan menjadikan wilayah itu sebagai ikon baru di wilayah selatan. Tak hanya penataan trotoar, kabel udara di kawasan tersebut pun akan ditata ulang masuk ke dalam tanah sehingga terlihat lebih rapi.
Penataan trotoar Kemang dimulai sejak akhir Mei 2019. Hingga Selasa (8/10/2019), trotoar di sepanjang Jalan Kemang Raya itu masih dibangun. Penutup seng setinggi sekitar 2 meter dipasang untuk melindungi area pembangunan trotoar itu.
Pekan lalu, Wali Kota Jakarta Selatan Marullah Matali dan Dinas Bina Marga secara simbolis memotong kabel udara di kawasan Kemang. Jika sudah ditata, Kepala Dinas Bina Marga Hari Nugroho mengklaim kawasan Kemang akan menjadi serapi kawasan Thamrin.
Sayangnya, penataan trotoar di kawasan Kemang pada tahap pertama ini baru mencakup sepanjang 2,2 kilometer di sisi kiri dan 2,2 kilometer di sisi kanan. Panjang tersebut masih terlalu kecil dibandingkan dengan luas kawasan Kemang yang mencakup Jalan Kemang Raya, Jalan Madrasah, hingga Jalan Pangeran Antasari. Trotoar lain di jalan tersebut baru akan direvitalisasi setelah tahap pertama selesai.
Wali Kota Marullah, Senin (7/10), mengatakan, Kemang akan menjadi kawasan destinasi perkotaan yang mengutamakan para pejalan kaki. Oleh karena itu, diperlukan penataan yang komprehensif, tidak hanya trotoar, tetapi juga pepohonan di sekitarnya. Hal itu dilakukan supaya pejalan kaki ataupun pesepeda nyaman menjelajahi kawasan tersebut.
”Pekan kemarin, saya dan Pak Gubernur berkeliling menggunakan sepeda di kawasan Kemang. Dari hasil pengamatan ternyata ada beberapa pohon yang akarnya merusak trotoar dan jalan. Itu, menurut rencana, akan kami relokasi,” ujar Marullah.
Di sepanjang Jalan Kemang Raya-Jalan Kemang I yang sedang dibangun trotoar, di beberapa titik sudah ada pohon peneduh bagi pejalan kaki. Namun, di beberapa titik juga tidak terdapat pohon sehingga pejalan kaki harus berlindung dari panas terik saat pagi hari. Misalnya, di depan pertokoan di Jalan Kemang I, suasana panas terik terasa karena tidak ada pepohonan di sekitarnya.
Menanggapi hal tersebut, Marullah mengatakan usulan penataan trotoar Kemang sudah dibuat terpadu dan komprehensif oleh Dinas Bina Marga. Termasuk soal pohon peneduhnya pun sudah masuk dalam program Kegiatan Strategis Daerah (KSD) tersebut.
Saat ini, pihak Dinas Bina Marga masih berfokus pada pembenahan fisik trotoar dan perjanjian kerja sama dengan Perkumpulan Keluarga Kemang (PKK). Setelah trotoar selesai, satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait akan masuk dengan program penghijauan.
Camat Mampang Prapatan Nasrudin Abubakar menambahkan, dalam proposal kegiatan strategis daerah, penataan kawasan Kemang juga termasuk penyediaan parkir on the street bagi warga Kemang. Selain dikelilingi oleh restoran, pertokoan, dan tempat hiburan, di kawasan Kemang juga banyak terdapat permukiman warga dan apartemen. Warga meminta supaya lahan parkir bagi kendaraan mereka tetap disediakan.
”Jadi, ada beberapa masukan dari warga Kemang. Usulannya supaya tetap disediakan parkir on the street, seperti jalan menjorok yang kerap digunakan untuk parkir bus Transjakarta,” ujar Nasrudin.
Penataan kawasan Kemang ditargetkan selesai pada akhir 2019. Warga Kemang Timur, Marini (26), berharap Kemang dapat berubah menjadi ikon Jakarta Selatan yang aman dan rapi. Oleh karena itu, ia berharap selain trotoar, saluran drainase dan sungai yang kerap meluap di sekitar Kemang juga diperhatikan. Sebab, ia tidak mau kawasan tersebut sudah rapi, tetapi tetap dibayangi banjir yang mengintai setiap musim hujan.
”Bagus, sih, konsep penataannya. Tapi, jangan sampai kejadian seperti beberapa tahun lalu. Kawasan Kemang banjir besar lagi,” kata Marini.