Tunisia sebagai satu-satunya negara demokrasi yang lahir dari rahim gerakan Musim Semi Arab tahun 2011 kembali membuat kejutan. Setelah kejutan pemilu presiden pada 15 September lalu dengan kandidat independen meraih suara terbanyak, kini kejutan kembali terjadi, yaitu partai-partai politik gagal meraih suara besar dalam pemilu parlemen yang digelar pada Minggu (6/10/2019). Situasi itu seperti pemilu parlemen pada 2014.
Berdasarkan hasil hitung cepat oleh dua lembaga survei, yaitu Sigma Conseil dan Emhrod Consulting, Partai Ennahda yang berideologi Islam moderat meraih suara terbanyak, tetapi hanya mendapat 40 kursi dari 217 kursi parlemen yang diperebutkan.
Kemudian disusul Partai Qalb Tounes yang beraliran liberal dengan meraih 33-35 kursi, koalisi Karama 18 kursi, Tahya Tounes 16 kursi , Gerakan Rakyat 15 kursi, Free Constitutional 14 kursi, Democratic Current 14 kursi, Long Live Tounes 5 kursi, Partai Badel Tounes 3 kursi, dan Nidaa Tounes 1 kursi.
Meskipun Partai Ennahda mendapat kursi terbanyak, perolehan suaranya merosot tajam dibandingkan pada pemilu parlemen 2014. Saat itu, Ennahda berhasil meraih 69 kursi parlemen Lebih ironi lagi, partai liberal Nidaa Tounes, sang juara pertama pada pemilu 2014 dengan meraih 86 kursi, kini hanya mendapat satu kursi.
Hasil final pemilu parlemen dijadwalkan disampaikan komisi tinggi pemilu Tunisia pada Rabu besok atau Kamis besok lusa. Menurut undang-undang pemilu Tunisia, partai politik peraih suara terbanyak berhak membentuk pemerintahan, dan minimal bisa menghimpun 109 atau 50 persen + 1 dari 217 kursi untuk bisa membentuk pemerintahan.
Partai Ennahda yang hanya meraih 40 kursi diprediksi tidak akan mudah membangun koalisi dengan partai lain untuk menghimpun minimal 109 kursi, sebagai persyaratan minimal dapat membentuk pemerintahan.
Pemilu
Komisi tinggi pemilu Tunisia menyampaikan, partisipasi pemilih di dalam negeri pada pemilu parlemen mencapai 41,32 persen, dan sebanyak 16,4 persen untuk pemilih di luar negeri. Rakyat Tunisia memiliki hak suara sekitar tujuh juta dari 11 juta penduduk negara tersebut.
Pemerintah Tunisia menurunkan 70.000 personel aparat keamanan untuk mengamankan pemilu parlemen itu. Pemilu parlemen pada Minggu lalu merupakan pemilu parlemen kedua setelah revolusi rakyat Tunisia pada 2010-2011 yang menumbangkan rezim diktator Presiden Zein Abidine bin Ali.
Pemilu parlemen pertama digelar pada 2014 yang saat itu dimenangi Partai Nidaa Tounes yang beraliran liberal pimpinan mendiang Presiden Tunisia, Beji Caid Essebsi.
Perpecahan
Partai Nidaa Tounes pada pemilu parlemen tahun 2014 meraih 86 kursi, disusul Partai Ennahda, meraih 69 kursi. Namun, hasil hitung cepat pemilu parlemen pada Minggu lalu, perolehan kursi Nidaa Tounes terjun bebas dari 86 kursi pada 2014 menjadi hanya satu kursi pada 2019.
Merosotnya perolehan kursi Partai Nidaa Tounes yang sangat tajam itu akibat pecahnya Partai Nidaa Tounes ke dalam beberapa partai. Partai Qalb Tounes yang menempati urutan kedua adalah pecahan dari Partai Nidaa Tounes.
Ada pula Partai Tahya Tounes pimpinan Perdana Menteri (PM) Youssef Chahed dan Partai Afek Tounes yang merupakan pecahan dari Partai Nidaa Tounes.
Selain itu, melorotnya kekuatan Partai Nidaa Tounes diduga kuat juga disebabkan oleh meninggalnya Presiden Tunisia, Beji Caid Essebsi, yang sekaligus pendiri dan ketua Partai Nidaa Tounes pada 25 Juli lalu.
Partai Nidaa Tounes kini dipimpin Hafez Caid Essebsi, putra dari mendiang Presiden Beji Caid Essebsi. Namun, Hafez Caid Essebsi terlibat konflik dengan elite Partai Nidaa Tounes lainnya, seperti PM Youssef Chahed dan konglomerat Nabil Karoui.
PM Youssef Chahed kemudian keluar dari Nidaa Tounes dan mendirikan Partai Tahya Tounes. Nabil Karoui juga keluar dari Nidaa Tounes dan mendirikan Partai Qalb Tounes. Nabil Karoui berhasil mendapat suara terbanyak kedua pada pemilu presiden 15 September lalu setelah kandidat independen, Kais Saied.
Karoui dan Saied akan bertarung dalam pemilu presiden putaran kedua pada 13 Oktober nanti. Karoui sendiri sampai sekarang masih mendekam di penjara karena dakwaan korupsi dan pencucian uang. Dari hasil pemilu parlemen Minggu lalu, suara Partai Nidaa Tounes pada 2014 kini berpindah ke partai Tahya Tounes dan Qalb Tounes.
Musim semi telah membuat ”hawa politik” di Tunisia menjadi begitu dinamis....