Pipa Palyja Bocor Berulang Kali, Jakarta Segera Hentikan Swastanisasi Air
Permasalahan pipa bocor yang dikelola PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) berulang kali terjadi. Pemerintah DKI Jakarta meminta perusahaan swasta tersebut agar lebih serius merawat dan mengawasi perpipaannya
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO / STEFANUS ATO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Permasalahan pipa bocor yang dikelola PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) berulang kali terjadi. Pemerintah DKI Jakarta meminta perusahaan swasta tersebut agar lebih serius merawat dan mengawasi perpipaannya. Atas segala permasalaaan yang timbul dan berujung pada keluhan warga, penghentian swastanisasi air menguat kembali.
Warga Kampung Baru Koja, Penjaringan, Jakarta Utara, mempertanyakan kualitas air pipa Palyja. Sebab, air yang dialirkan ke warga sering kali berwarna keruh dan berbau busuk.
Ketua RT 005 RW 015 Kelurahan Penjaringan, Napsiah, Senin (7/10/2019), mengatakan, selama satu bulan terakhir, air pipa yang mengalir ke perumahan warga berwarna keruh. Air yang keluar sering berwarna biru, ungu, dan putih.
"Kami benar-benar butuh air bersih untuk mandi dan konsumsi tetapi setelah lihat warna air seperti ini, kami tidak berani pakai. Jadi, air yang keluar itu kami buang," ujar Napsiah.
Adapun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, warga terpaksa membeli air bersih dari tukang pikul seharga Rp 6.000 setiap hari. Air itu digunakan untuk mandi, memasak, dan mencuci.
Sementara untuk keperluan minum, warga membeli air isi ulang atau air galon. "Saya satu kali isi galon itu Rp 18.000. Itu dipakai untuk minum selama tiga hari," ujar Napsiah.
Situasi ini memberatkan warga lantaran mereka tetap diwajibkan membayar iuran setiap bulan meski air pipa tak lagi digunakan. Rata-rata tagihan yang dibayar warga kepada Palyja mulai dari Rp 50.000 sampai Rp 90.000 per bulan.
Kami benar-benar butuh air bersih untuk mandi dan konsumsi tetapi setelah lihat warna air seperti ini, kami tidak berani pakai. Jadi, air yang keluar itu kami buang
Ketua RT 006, Saiman, menuturkan, air pipa yang berwarna keruh hampir dirasakan sebagain besar warga di RW 015. Hingga saat ini, warga yang sudah melapor akan buruknya kualitas air pipa berasal dari RT 004, RT 005, 006, dan 007.
"Yang mulai ada perhatian dari Palyja itu di RT 004 dan RT 005. Di sana, sekarang setiap hari ada tanki air bersih yang disuplai ke rumah warga. Kami harap Palyja tidak hanya merespons kalau ada laporan," katanya.
Secara terpisah, Direktur Utama Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya Priyatno Bambang Hernowo menyampaikan, permasalahan air keruh di Kampung Baru Koja, Penjaringan, karena kebocoran pipa di lima titik. Pipa tersebut di bawah kendali Palyja.
"Saat ini sedang diperbaiki dan dalam proses perbaikan secara keseluruhan dan berangsur normal. Kami juga tetap monitoring terhadap perbaikan itu, apakah kualitas air masih sesuai Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan) untuk melihat, apakah kualitas air mengalami perbaikan setelah dilakukan perbaikan pipa yang bocor," ujar Priyatno.
Berulang
Kebocoran pipa, lanjut Priyatno, memang menjadi masalah serius. Apalagi, itu terus terjadi berulang kali.
Pada pertengahan Mei 2019, warga di area Jalan Gotong Royong, Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat, mengeluhkan air perpipaan yang kotor dan bau hampir setahun terakhir. Padahal, tagihan air terus naik. Saat itu, Palyja menyebut, kualitas air memburuk karena adanya kebocoran pada pipa jaringan di daerah Koramil, Pendongkelan, dan di daerah Kayu Besar.
Priyatno menjelaskan, untuk mengatasi kebocoran pipa, itu membutuh investasi besar. "Dari situ, kan kami tahu ada inisiatif dari mitra tidak untuk melakukan perbaikan secara keseluruhan di perpipaan itu. Sebab, pengelolaan (pipa) masih tanggung jawab mitra," tuturnya.
Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, Juaini Yusuf pun menambahkan, Palyja harus lebih serius merawat dan mengawasi perpipaannya. "Sebab, kalau alatnya tak bersih, kalau tak dirawat, ya tentunya yang ingin dicapai buat masyarakat, air itu jadi tak bagus," kata Junaidi.
Melihat sejumlah permasalahan itu, Priyatno menegaskan, penghentian swastanisasi air harus segera dilakukan. Ini demi akses pelayanan air bersih yang seluas-luasnya dan secepat-cepatnya kepada masyarakat Jakarta.
"Pasti (penghentian swastanisasi air) jalan terus," katanya.