Pengenalan pada kondisi lapangan menuntut kecepatan pemain untuk mengambil keputusan.
Oleh
Prayogi Dwi Sulistyo
·4 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Kiper SSB Intan Soccer Cipta Cendikia Syamil Bahu Irawan (kanan) berhadapan dengan striker SSB Matador Mekarsari Malik Kaldi (kiri) dalam Liga Kompas Kacang Garuda U-14 di Lapangan Universitas Muhammadiyah Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan, Minggu (29/9/2019). Matador Mekarsari mengalahkan Intan Soccer Cipta Cendikia dengan skor 2-1.
JAKARTA, KOMPAS - Belajar dari laga dua pekan pertama, sejumlah sekolah sepak bola peserta Liga Kompas Kacang Garuda U-14 terus berbenah agar dapat beradaptasi dengan lapangan Universitas Muhammadiyah Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan. Jelang laga pekan ketiga, Minggu (6/10/2019), pemain dilatih berani mengambil keputusan dalam segala situasi.
Pada Rabu (2/10), Pelatih SSB Bina Taruna Dody Sahetapy melatih pemainnya bermain umpan pendek, bergerak membantu rekan, menguasai bola, dan berpikir cepat.
”Sebelum menerima bola, kalian harus tahu apa yang akan dilakukan. Jangan baru berpikir setelah mendapat bola,” teriak Dody pada anak didiknya di Lapangan Bea Cukai Rawamangun, Jakarta.
Ia mengungkapkan, di era sepak bola modern, kemampuan berpikir cepat sangat dibutuhkan pemain. Mereka harus berpikir saat berlatih dan bertanding sehingga kemampuan untuk mengambil keputusan terus terasah. Karakter itu akan terus terbangun ketika anak mengikuti kompetisi panjang seperti LKG U-14.
Sepak bola modern tidak hanya membutuhkan kecepatan berlari, tetapi juga kecepatan berpikir dan mengambil keputusan. Sebagai contoh, pada laga pekan kedua saat Bina Taruna melawan Tajimalela FA, gelandang Dony Tri Pamungkas melakukan tendangan jarak jauh yang berujung gol.
Menurut Dody, tendangan itu terlihat seperti spekulasi. Namun, sesungguhnya keputusan itu berani diambil Dony karena ia telah belajar saat latihan dan laga sebelumnya.
“Ia tahu dirinya memiliki kemampuan tendangan jarak jauh dengan kaki kiri, sehingga ia berani mengambil keputusan tersebut,” kata Dody.
Jelang melawan Villa 2000, Dody mempersiapkan strategi khusus karena SSB asal Pamulang, Tangerang Selatan, itu mampu menjalankan filosofi permainan sepak bola Indonesia (filanesia) dengan baik. Untuk mengatasi kekuatan Villa 2000, Dody tetap menggunakan gaya bermain Bina Taruna yang mengandalkan umpan pendek.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Striker SSB Benteng Muda Ifa Anang Aditya Triatmaja (kiri) berebut bola dengan pemain bek SSB BTC Akhmad Fauzan Zani Nali (kanan) dalam Liga Kompas Kacang Garuda U-14 di Lapangan Universitas Muhammadiyah Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan, Minggu (29/9/2019). Benteng Muda Ifa mengalahkan BTC dengan skor 2-1.
Berdasarkan data yang dihimpun Tim 11 dalam dua pekan, akurasi umpan Bina Taruna lebih baik daripada Villa 2000. Mereka melakukan umpan 177 kali dan hanya gagal 37 kali. Adapun Villa 2000 membuat 123 umpan dan gagal 52 kali.
Pelatih Villa 2000 Aven Kristian mengaku telah mengetahui kekuatan Bina Taruna. Menurut Aven, calon lawannya memiliki pemain yang mampu mencetak gol dari luar kotak penalti.
Sejauh ini, Bina Taruna mampu melepaskan 22 kali tembakan tepat sasaran dan hanya 12 kali gagal menemui sasaran. Aven pun menginstruksikan pemainnya agar tidak memberikan kesempatan pemain Bina Taruna melewpaskan tendangan ke gawang.
Aven juga terus mengingatkan pemainnya bahwa bermain di lapangan kecil di UMJ tidak mudah, sebab ruang dan waktu untuk berpikir sangat sempit. “Pada saat latihan, saya mengajarkan para pemain untuk mengeksekusi bola dengan cepat. Mereka latihan bertanding dengan lawan yang terus menekan,” kata Aven.
Menurut Aven, dengan latihan tekanan yang tinggi tersebut maka anak asuhnya akan terbiasa ditekan pada saat pertandingan liga. Selain pola latihan tersebut, ia juga memperkecil luas lapangan sesuai dengan luas lapangan pertandingan.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Gelandang SSB Intan Soccer Cipta Cendikia Mokhammad Hanif Ramadhan (kiri) berebut bola dengan pemain striker SSB Matador Mekarsari Muhammad Rifky Syaputra (kanan) dalam Liga Kompas Kacang Garuda U-14 di Lapangan Universitas Muhammadiyah Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan, Minggu (29/9/2019). Matador Mekarsari mengalahkan Intan Soccer Cipta Cendikia dengan skor 2-1.
Pertarungan sengit antara Bina Taruna melawan Villa 2000 menjadi keuntungan bagi Big Stars Babek FA yang akan bertemu tim debutan Tajimalela FA. Meski diunggulkan, pelatih Big Stars Babek Boni Safrudin Wijaya tetap mewaspadai kedisiplinan dari pemain Tajimalela.
Ia bertekad mengalahkan Tajimalela yang memiliki pertahanan rapat dengan pengusaan bola yang tinggi. Pada Kamis (3/10/2019), Boni melatih anak asuhnya dengan permainan lima lawan lima di Lapangan Babek TNI, Cilincing, Jakarta Utara. Pemain tidak boleh kehilangan bola. Jika kehilangan bola, pemain harus segera menekan lawan.
Boni juga meminta pemain belakang membantu penyerangan. Namun, ketika ada serangan balik, pemain belakang harus cepat kembali menjaga pertahanan.
Dengan kondisi lapangan kecil, umpan pendek menjadi kunci keberhasilan Big Stars Babek memperoleh poin penuh dari dua laga. Mereka berhasil melakukan 112 umpan tepat sasaran dan hanya 45 kali gagal. Adapun umpan jauh mereka hanya berhasil sebanyak 7 kali dan gagal 33 kali.
Direktur Tim 11 Asep Padian mengatakan, kondisi lapangan sangat berpengaruh pada permainan tim, termasuk pengambilan keputusan. Jika pemain terlalu terburu-buru dengan asal menendang ke depan ketika ditekan lawan, maka mereka bisa melakukan salah umpan.
Karena itu, pelatih harus bisa membuat pemain lebih tenang dan sabar dalam bermain. Pelatih dapat mengejarkannya dengan berlatih di lapangan yang ukurannya sama dengan saat bertanding.