Akhir Oktober, Uji Coba Pengganti Rekayasa Buka-Tutup Kawasan Puncak
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek akan menguji coba rekayasa lalu lintas pengganti sistem buka-tutup yang biasa diterapkan di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, akhir Oktober nanti.
Oleh
Aditya Diveranta
·2 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek akan menguji coba rekayasa lalu lintas pengganti sistem buka-tutup yang biasa diterapkan di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, pada 27 Oktober mendatang. Rekayasa yang dimaksud ini akan memanfaatkan tiga lajur, yakni dua lajur untuk naik dan satu lajur untuk turun, serta berlaku sebaliknya.
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono menjelaskan, uji coba jalur yang disebut sistem 2-1 ini bertujuan mengganti sistem buka-tutup yang telah berlaku selama bertahun-tahun. Sistem buka-tutup dianggap merugikan warga setempat karena menghalangi akses pengendara di jam-jam tertentu, terutama saat akhir pekan.
”Selama ini, jalur buka-tutup merugikan sebagian warga yang tidak bisa turun menuju ke arah Gadog jika jalur ke bawah sedang ditutup, begitu pula sebaliknya. Jadi, dengan lajur 2-1 ini, kendaraan dapat bergerak dari dua arah dalam waktu bersamaan, hanya lajurnya dibatasi berdasarkan waktu,” ujarnya saat dihubungi di Jakarta.
Sistem 2-1 diterapkan mulai Pos Polisi Simpang Gadog hingga Taman Safari dengan menggunakan tiga lajur yang tersedia. Pada pukul 03.00 hingga pukul 13.00, dua lajur akan dibuka bagi warga yang mengarah ke Puncak Pass dan satu lajur menuju ke arah Gadog.
Pada pukul 12.30 hingga pukul 14.00, diberlakukan pengalihan arus lalu lintas untuk pengendara yang menuju Simpang Gadog. Selanjutnya pada pukul 14.00 hingga pukul 20.00, arus lalu lintas diprioritaskan dua lajur bagi pengendara dari arah Puncak Pass menuju Simpang Gadog.
Uji coba jalur yang disebut sistem 2-1 ini bertujuan mengganti sistem buka-tutup yang telah berlaku selama bertahun-tahun. Sistem buka-tutup dianggap merugikan warga setempat karena menghalangi akses pengendara di jam-jam tertentu, terutama saat akhir pekan.
Bambang mengatakan, BPTJ akan memantau kelancaran lalu lintas saat sistem 2-1 diberlakukan, lalu membandingkan dengan sistem buka-tutup. Jika nanti terjadi kemacetan di luar perkiraan, diskresi kepolisian untuk mengatur lalu lintas akan berlaku.
”Setelah uji coba, akan dilakukan analisis dan evaluasi bersama untuk mengambil kesimpulan sejauh mana sistem ini efektif untuk mengatur lalu lintas di kawasan Puncak. Tentu sistem ini tidak akan sepenuhnya menghilangkan kemacetan, tetapi saya harap kemacetan dapat berkurang,” ujar Bambang.
Kepala Bagian Humas BPTJ Budi Rahardjo, dalam keterangan tertulis, mengatakan, BPTJ berusaha menangani kemacetan jalur Puncak dengan menyediakan angkutan umum massal dari Jakarta ke berbagai kawasan Puncak. Salah satu moda yang dimaksud adalah bus paket perjalanan dari Pasaraya Blok M menuju Taman Safari pergi-pulang seharga Rp 400.000.
Penataan lalu lintas Gadog-Puncak diharapkan dapat mengurangi kemacetan. Lilis (36), warga Bogor, mengatakan, dirinya butuh waktu paling cepat dua jam untuk mengarah ke kawasan Puncak saat liburan.
”Ya, apa pun rekayasa lalu lintas yang diterapkan, mudah-mudahan bisa mengurai kemacetan ke arah Puncak,” tuturnya.