Pentingnya Pertolongan Pertama pada Serangan Jantung
Sambil menunggu bantuan medis, pertolongan pertama dapat dilakukan dengan memastikan tidak ada sumbatan napas dari mulut korban. Sebelum melakukan CPR, perlu mengecek nadi 5-10 detik, lihat pergerakan dada.
Oleh
Prayogi Dwi Sulistyo
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Serangan jantung menjadi salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, termasuk mereka yang rajin berolahraga sehingga pertolongan pertama sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko kematian.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 17,5 juta orang meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah atau 31 persen dari 56,5 juta kematian di seluruh dunia. Di Indonesia, diperkirakan prevalensi penyakit jantung bawaan 8-9 per 1.000 kelahiran hidup. Adapun prevalensi penyakit jantung untuk semua kelompok umur adalah 1,5 persen (Kompas, 2/10/2019).
Pendiri Siaga, Ivan Muliadi, di Jakarta, Sabtu (5/10/2019), mengatakan, olahraga bisa mengurangi faktor risiko, tetapi orang yang berolahraga secara berlebihan bisa terkena jantung.
”Orang harus tahu batas kemampuan dirinya. Jika sudah terserang penyakit jantung, orang terdekat sebaiknya melakukan pertolongan pertama,” kata Ivan dalam peluncuran aplikasi Siaga Wellness di Jakarta, Sabtu.
Sebelum memberikan pertolongan pertama, perlu disadari terlebih dahulu aspek keselamatan diri, lingkungan, dan korban. Jika tidak memungkinkan untuk memberikan pertolongan, tidak perlu dipaksakan.
Pertolongan pertama CPR atau resusitasi jantung paru dapat dimulai dengan mengecek kesadaran korban. Jika korban tidak segera sadar ketika dibangunkan, perlu segera memanggil ambulans dan meminta AED atau alat pacu jantung dengan menelepon 112.
Saat ini, ada 33 kota Indonesia yang tersambung layanan 112 milik Kementerian Komunikasi dan Informatika. Dari nomor tersebut, akan disambungkan ke unit lain yang terkait.
Sambil menunggu bantuan medis, pertolongan pertama dapat dilakukan dengan memastikan tidak ada sumbatan napas dari mulut korban. Sebelum melakukan CPR, perlu mengecek nadi selama 5 detik hingga 10 detik, lihat pergerakan dada, dan dengar embusan napas korban.
Pertolongan pertama ini sangat membantu bagi pegiat olahraga sehingga mereka tidak akan kebingungan ketika ada orang lain yang secara mendadak terserang jantung.
Proses CPR dapat dilakukan dengan meluruskan kedua tangan dan diletakkan di bagian tulang dada korban. Tangan terkuat berada di bawah dan gunakan kekuatan pundak untuk menekan dengan kuat. Jika di sekitar korban ada alat AED, dapat dipasangkan ke badan korban sesuai petunjuk penggunaan alat. CPR harus dilakukan di tempat rata yang keras.
Selanjutnya, tubuh korban dimiringkan ke arah penolong. Jika korban belum sadar, segera lakukan tahapan CPR lagi.
Pertolongan pertama ini sangat membantu bagi pegiat olahraga sehingga mereka tidak akan kebingungan ketika ada orang lain yang secara mendadak terserang jantung.
Bagi Orry Hardiansyah, yang sering berolahraga kardio, pengetahuan tentang pertolongan pertama sangat membantu untuk menangani rekan yang tiba-tiba terserang penyakit jantung.
”Gerakan kardio sangat memacu kerja jantung sehingga jika ada masalah, kita tahu penanganannya,” kata pendiri Komunitas Caiden Indonesia tersebut.
Bagi pencinta olahraga lari seperti Franky Oey dari Siaga Sport Buddies, pengetahuan pertolongan pertama sangat membantu karena berlari akan memacu jantung. Selain tahu cara membantu orang lain, pelari juga harus rutin mengecek kesehatan agar tidak mengalami masalah saat berlari. Apabila akan mengikuti maraton, perlu berlatih tiga sampai empat bulan.
Pola latihan yang rutin tersebut juga perlu diiringi dengan gaya hidup sehat dan nutrisi yang cukup. ”Istirahat yang cukup dan harus lihat kemampuan diri sendiri. Jangan dipaksakan jika tidak kuat,” ujar Franky.
Dokter umum dan praktisi penyakit gawat darurat Adrian Purwadihardja mengatakan, penanganan pada penderita serangan jantung harus dilakukan secara cepat dan tepat.
”Kalau salah melakukan penanganan, akan percuma. Sebaliknya, kalau dilakukan secara tepat tetapi terlambat, juga sama saja,” lanjut Adrian.
Sebagai pegiat lari, Adrian menyarankan pelari waspada terhadap serangan jantung karena penyakit ini bisa terjadi saat berolahraga. Pengetahuan tentang pertolongan pertama akan sangat membantu untuk mencegah kematian akibat serangan jantung.
Editor:
hamzirwan
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.