Tim estafet 4x100 meter putra Amerika Serikat berjuang kembali ke puncak dunia yang terakhir kali diraih 12 tahun lalu. Justin Gatlin dan tiga rekan mudanya berjuang mewujudkan itu di Doha.
Oleh
Yulia Sapthiani
·3 menit baca
Bermaterikan para pelari cepat yang telah menyumbangkan 2 emas dan 2 perak, Amerika Serikat menjadi favorit juara adu gengsi setiap negara dalam lari cepat, estafet 4x100 meter, dalam Kejuaraan Dunia Atletik di Doha, Qatar. Namun, drama yang terjadi dalam beberapa ajang besar membuat hasil nomor ini seringkali tak sesuai prediksi.
Nomor tersebut diawali babak penyisihan yang berlangsung Jumat (4/10/2019) malam waktu setempat (Sabtu dinihari waktu Indonesia). Perebutan gelar juara, masing-masing diikuti delapan tim putra dan putri, digelar keesokan harinya.
Sejak persaingan di Stadion Internasional Khalifa berlangsung, Jumat pekan lalu, AS memperlihatkan keunggulan mereka dalam nomor yang satu timnya terdiri atas empat pelari ini, terutama di putra. Emas didapat dari pelari putra, Christian Coleman (100 m) dan Noah Lyles (200 m). Juara dunia 100 m 2017, Justin Gatlin, menambah perak bagi timnya.
Mereka pun berpeluang mengukuhkan menjadi tim tercepat seperti yang terakir kali didapat pada Kejuaraan Dunia Atletik Osaka 2007, sebelum dikuasai Jamaika pada empat kejuaraan berikutnya dan Inggris di London 2017. Apalagi, Jamaika sebagai pemegang rekor dunia (36,84 detik) dan pemegang rekor Kejuaraan Dunia (37,04 detik) terpuruk seiring dengan berakhirnya era Usain Bolt.
Akan tetapi, tim putra AS memiliki mimpi buruk sejak pelari-pelari cepat putra Jamaika berjaya pada Olimpiade Beijing 2008. Di ajang Kejuaraan Dunia, rentang terdepat AS dengan Jamaika terjadi di Moskwa 2013. Gatlin dan kawan-kawan finis kedua di belakang Bolt dan rekan-rekannya.
Di London 2017, saat Jamaika tak bisa menyelesaikan lomba karena Bolt (pelari terakhir) jatuh, AS juga gagal juara. Meski mencatat waktu terbaik musim itu (37,52 detik), AS kalah dari tuan rumah yang finis tercepat (37,47 detik).
Selain kalah cepat dengan lawan, empat kali kegagalan AS disebabkan penyerahan tongkat yang tak mulus! Mereka mengalami ini di Berlin 2009, Daegu 2011, Beijing 2015, dan Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Di Berlin, kegagalan itu, bahkan, terjadi pada babak penyisihan.
Status diskualifikasi (DSQ) atau gagal finis (DNF) diberikan karena pelari ketiga jatuh saat menyerahkan tongkat pada pelari keempat atau penyerahan tongkat di luar area yang seharusnya. Ini akan menjadi bayang-bayang Gatlin dan rekan-rekan mudanya di Stadion Internasional Khalifa.
Jika drama tim putra AS kembali terjadi, tim-tim dengan catatan waktu lebih baik dari AS pada musim ini, bisa mengambil kesempatan itu. Lima tim membuat catatan waktu lebih cepat dari 38,07 detik milik AS. Mereka adalah Inggris Raya (37,60 detik), Jepang (37,78), Belanda (37,99), dan Brasil (38,07). Brasil meraih emas setelah mengalahkan AS (perak) dalam final Kejuaraan Dunia Estafet 2019 di Yokohama, Jepang, 11-12 Mei.
Dominasi tim putri
Dominasi tim putri AS dan Jamaika sejak Kejuaraan Dunia Helsinki 2005 juga terancam digantikan tim lain. Juara bertahan, AS, hanya membawa dua dari empat pelari yang mendapat emas di London 2017, yaitu Tori Bowie dan Morolake Akinosun. Keduanya gagal dalam semifinal 100 meter meski masih ada Teahna Daniels yang lolos ke final dan finis ketujuh (terakhir).
Jamaika akan mengandalkan juara dunia, Shelly-Ann Fraser-Pryce, dan pelari muda Jonielle Smith dengan cederanya Elaine Thompson di tengah kejuaraan.
Timpangnya dua kekuatan tersebut membuka peluang tim lain untuk menggantikan AS atau Jamaika yang selalu membawa pulang gelar juara dalam tujuh Kejuaraan Dunia terakhir. Salah satunya adalah Jerman sebagai tim dengan waktu tercepat musim ini, dengan 41,67 detik.
Pelari-pelari putri Inggris Raya juga memiliki kesempatan itu setelah dua kali naik podium dari tiga Kejuaraan Dunia Terakhir. Dina Asher-Smith dan kawan-kawan meraih perunggu di Moskwa 2013 dan perak di London 2017. Perak Asher-Smith dari 100 m dan emas 200 m bisa membawa Inggris Raya ke podium tertinggi 4x100 m putri untuk pertama kalinya.