WAMENA, KOMPAS Kondisi umum di Wamena, Jayawijaya, Papua, hingga akhir pekan ini masih lengang karena warga masih takut beraktivitas di luar rumah, khususnya pada malam hari. Namun, geliat pemulihan mulai muncul di tengah patroli rutin tentara dan polisi.
Wamena menjadi pusat distribusi berbagai barang bagi sejumlah kabupaten di pegunungan Papua, seperti Lanny Jaya, Mamberamo Tengah, Yalimo, Tolikara, Nduga, dan Yahukimo. Kebutuhan pokok, seperti beras, minyak goreng, telur, hingga material bangunan, disuplai dari kota di kaki Lembah Baliem yang sejuk itu.
Di antara ribuan warga yang masih menunggu diterbangkan dengan pesawat Hercules TNI AU keluar dari Wamena, pasca-kerusuhan 23 September 2019, tak sedikit yang bertahan. Mereka masih optimistis. Hendrik Sanjaya (27), pedagang nasi dan ayam goreng, bersama dua teman perantauannya memilih tetap berjualan di Jalan Yos Sudarso. Ia yakin kerusuhan tak terulang.
”Di tempat ini saya dapat penghasilan lima tahun terakhir. Saya baru akan meninggalkan Wamena jika keamanan tak kondusif lagi,” kata laki-laki asal Jawa Timur itu, Rabu (2/10/2019). Agu Hubi juga tampak tegar meskipun puluhan rumah tokonya di Pasar Hom-hom dibakar massa. Warga Wamena ini yakin, sebagai kota terbesar di pegunungan tengah Papua, Wamena akan segera bangkit.
Total 101 ruko miliknya hangus dibakar dalam kerusuhan tempo hari. ”Saya harap pemerintah dan Pemerintah Kabupaten Jayawijaya membantu wiraswasta yang kehilangan tempat usaha. Kami ingin membangun kembali perekonomian di tanah ini,” katanya.
Geliat perekonomian warga di antaranya terlihat di sejumlah ruas jalan, misalnya di Jalan Irian, Jalan Trikora, Jalan Sulawesi, dan Jalan Yos Sudarso. Jalan-jalan itu merupakan pusat niaga dengan toko yang buka kurang dari 50 unit. Di Jalan Hom-hom, Jalan Pikhe, Jalan Pasar Baru, dan Wouma, aktivitas belum normal. Jejeran ruko hangus. Suasana lengang.
Pemulihan
Bupati Jayawijaya John Richard Banua berjanji, pemkab bersama TNI/Polri menjamin keamanan warga. Pemkab Jayawijaya bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat siap merehabilitasi kembali tempat usaha dan rumah warga.
John juga akan bertemu pengelola seluruh sekolah di Wamena. Upaya itu demi meyakinkan para guru bahwa situasi kondusif dan kegiatan belajar-mengajar kembali lancar. ”Situasi di Wamena terus berangsur pulih. Pekan ini, para siswa akan bersekolah seperti biasa. Kami meminta warga tetap berada di sini untuk membangun kembali Wamena,” katanya. Berdasarkan data Pemkab Jayawijaya, jumlah pengungsi pasca-kerusuhan Wamena ada 19.664 jiwa yang tersebar di 207 titik di Wamena. Di luar Wamena ada 1.442 jiwa di 26 titik.
Lokasi pengungsian terbesar ada di Markas Polres Jayawijaya dan Kodim 1702 Jayawijaya. Ada sekitar 6.000 pengungsi di sana. Setiap hari, pengungsi mendapat jatah makanan tiga kali sehari. Namun, mayoritas pengungsi, baik dewasa maupun anak-anak, tidur beralaskan tikar. Udara di Wamena pada ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut bisa mencapai 10 derajat celsius.
Hingga Rabu, sekitar 8.000 orang ke luar Wamena. Yang antre mendaftar lebih dari 17.900 jiwa, termasuk dari daerah luar Wamena. Asri (34), pengungsi di Detasemen Lanud Wamena, mengungkapkan, ia bersama istri dan dua anaknya mengungsi ke Jayapura karena trauma. ”Suatu saat kami akan kembali ke Wamena untuk membangun daerah ini,” kata pria asal Makassar, Sulawesi Selatan, itu.
Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayor Jenderal Herman Asaribab dan Komandan Pangkalan TNI AU Silas Papare Jayapura Marsekal Pertama Tri Bowo Budi meminta prioritas evakuasi bagi wanita, anak- anak, warga lansia, dan warga sakit.
Laki-laki sehat diharapkan tetap tinggal di Wamena agar bersama pemerintah membangun kembali perekonomian. Rata-rata warga yang pulang mengelola jasa transportasi, penyedia kebutuhan pokok, material bangunan, dan elektronik.(Fabio Maria Lopes Costa)