Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan proposal Brexit ”final” yang merupakan kompromi realistis bagi kedua pihak di Manchester, Rabu (2/10/2019).
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
MANCHESTER, KAMIS — Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan proposal Brexit ”final” yang merupakan kompromi realistis bagi kedua pihak di Manchester, Rabu (2/10/2019). Johson memperingatkan Uni Eropa bahwa Inggris akan keluar tanpa kesepakatan pada 31 Oktober 2019 jika mereka tidak menerima proposal ini.
Proposal baru tersebut fokus pada mempertahankan perbatasan Irlandia Utara di Inggris dan Irlandia sebagai anggota Uni Eropa tetap terbuka. Isu yang dikenal dengan sebutan backstop itu merupakan salah satu kunci utama kesepakatan Brexit selama ini. Inggris mengajukan hal itu dengan tetap membiarkan Irlandia Utara sejalan dengan aturan perdagangan barang Uni Eropa untuk periode waktu tertentu.
Tawaran itu merupakan ”tawaran terakhir” pemerintahan Johnson kepada Uni Eropa. Ia memanfaatkan pidatonya di hadapan anggota Partai Konservatif untuk memohon Uni Eropa dan warga Inggris mengakhiri pertengkaran sengit soal Brexit selama tiga tahun.
”Mari kita selesaikan Brexit,” ujar Johnson berulang kali dalam pidatonya.
Inggris dan Uni Eropa memiliki waktu sampai 11 Oktober untuk menentukan garis besar kompromi sehingga bisa dimasukkan ke dalam agenda pertemuan puncak para pemimpin Uni Eropa di Brussels, 17-18 Oktober 2019.
”Mari kita tidak perlu ragu... apa alternatifnya, alternatifnya adalah tidak ada kesepakatan,” kata Johnson dalam konferensi Partai Konservatif di Manchester. ”Bukan hasil yang kita cari. Namun, izinkan saya memberi tahu Anda teman-teman saya, itulah hasil yang kita siapkan.”
Para pejabat di Brussels dan penentang Brexit di Inggris khawatir terjadi kekacauan ekonomi apabila Inggris mengakhiri keanggotaannya di Uni Eropa setelah 46 tahun tanpa kesepakatan perpisahan formal.
Sebelumnya, Johnson memperingatkan bahwa proposalnya merupakan tawaran ”final” darinya. Namun, Brussels merespons tawaran ini dengan dingin. Reaksi awal Parlemen Eropa terhadap proposal Johnson ”tidak positif sama sekali”.
Rencana terbaru Johnson adalah mencakup beberapa ketentuan dasar, termasuk tenggat empat tahun, yang telah ditolak para pemimpin Uni Eropa beberapa tahun lalu.
Setelah berbicara dengan Johnson via telepon, Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker menunjuk ada ”beberapa hal bermasalah yang butuh diselesesaikan dalam beberapa hari ke depan”.
Perdana Menteri Irlandia Leo Varadkar menyatakan, proposal Johnson ”tidak sepenuhnya sesuai dengan tujuan yang disepakati” meski ia berjanji untuk ”mempelajarinya lebih detail”.
Sementara Pimpinan Grup Pengarah Brexit di Parlemen Eropa (BSG) Guy Verhofstadt menyatakan, proposal Inggris bukan merupakan upaya serius untuk mencapai kesepakatan, tetapi lebih merupakan upaya menyalahkan Brussels atas kegagalan yang terjadi. ”Penilaian hampir seluruh anggota BSG tidak positif sama sekali,” katanya.
Johnson yang menggantikan Theresa May pada Juli 2019 berjanji membawa Inggris keluar dari Uni Eropa apa pun yang terjadi. Ia berjanji menghilangkan bagian yang paling kontroversial dari kesepakatan May dengan Uni Eropa tahun 2017, yaitu yang disebut backstop, solusi bagi Irlandia Utara.
Pengaturan sementara dimaksudkan untuk tetap menjaga perbatasan antara Irlandia yang anggota Uni Eropa dan Irlandia Utara di Inggris setelah Brexit tetap terbuka.
Johnson mengatakan kepada Juncker bahwa backstop yang didukung Uni Eropa merupakan ”jembatan yang tidak tersambung”. Ia mengusulkan pengaturan bea cukai sementara di mana barang melintasi perbatasan cukup menggunakan ”surat pernyataan”, tidak perlu pemeriksaan. (AFP/AP)