Konser “Legenda” Berklee Indonesian Ensemble di Boston
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·3 menit baca
Bertepatan dengan Hari Batik Nasional, Rabu (2/10/2019), sekitar 30 mahasiswa Indonesia yang belajar di sekolah musik Berklee College of Music di Boston, Massachusetts menggelar konser semi-teatrikal bertajuk “Legenda”. Sekitar 800 penonton menikmati konser semi-teatrikal yang dibawakan oleh Berklee Indonesian Ensemble (BIE) tersebut.
Legenda mengambil konsep semi-teatrikal yang menampilkan enam cerita rakyat dari seluruh penjuru Indonesia. Beberapa cerita rakyat itu meliputi: Telaga Biru dari Maluku Utara (komposisi Ruth Felicia Christina), Ramayana dari Jawa (komposisi Timotius Simanjuntak), Bawang Merah Bawang Putih (komposisi Eunike Tanzil), Cendrawasih dari Papua Barat (komposisi Peter Jonatan), Telaga Tiga Warna dari Nusa Tenggara Timur (komposisi Aubrey Situmorang), dan Malin Kundang dari Sumatera Barat (komposisi Bernard Jonathan).
Sebelum setiap komposisi dimulai, BIE juga memutar sebuah cuplikan pendek dalam bahasa Inggris yang menceritakan latar belakang setiap dongeng tersebut. Konsep semi-teatrikal ini juga dilengkapi dengan unsur visual dalam bentuk tari-tarian oleh Nusantara Kreasindo.
James F Sundah, musisi legendaris Indonesia yang sengaja hadir dari New York mengatakan, “Pargelaran yang luar biasa. Saya yakin berharap pentas kebudayaan seperti ini mampu menginspirasi kita semua agar bisa lebih menghargai perbedaan dan menjadi kekuatan dalam Persatuan Indonesia,” ujarnya.
Presiden Berklee Indonesian Community (BIC) Bernard Jonathan menambahkan, ia percaya bahwa seni musik bisa menjadi roda penggerak persatuan yang mendukung perdamaian. “Yang unik, setiap musisi yang tampil pada acara ini menggunakan busana khas Indonesia,”ujarnya.
Batik di Lapangan Merah
Semarak Hari Batik Nasional juga terjadi di Moskwa, Rusia. Staf KBRI Moskwa dan siswa-siswi Sekolah Indonesia Moskwa turut berpakaian batik di Hari Batik Nasional pada tanggal 2 Oktober 2019.
Untuk menyemarakkan Hari Batik Nasional, para staf KBRI Moskwa, termasuk Duta Besar RI untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus, M Wahid Supriyadi, mengunjungi Lapangan Merah untuk berjalan berkeliling sejenak dan berfoto-foto. Aksi ini juga sebagai bagian dari upaya memperkenalkan batik kepada masyarakat setempat.
Aksi yang dilakukan para staf KBRI Moskwa dengan mengenakan batik bermacam corak dan warna bagaikan sedang “peragaan busana batik” dan menjadi perhatian, tidak hanya warga Rusia, tetapi wisatawan asing lainnya di sekitar Lapangan Merah. Di antara pengunjung ada yang turut mengabadikan aksi ini dengan telepon pintar dan bahkan berfoto bersama.
Suhu udara yang agak dingin sekitar 12 derajat celsius menjelang musim dingin tidak menyurutkan niat dan semangat staf KBRI Moskwa untuk berpakaian batik di Hari Batik Nasional. Sementara itu, para pengunjung Lapangan Merah tampak mengenakan jaket atau pakaian hangat lainnya.
Dubes Wahid mengajak masyarakat Indonesia termasuk yang tinggal di Moskwa perlu menjaga dan melestarikan batik. Selain itu, batik juga perlu dipomosikan ke dunia internasional, tidak terkecuali di Rusia.
Menurut Dubes Wahid, batik semakin dikenal di Rusia terlebih setelah empat kali penyelenggaraan Festival Indonesia di Moskwa dan batik menjadi tema sentral setiap segmen fashion pada festival tersebut. Dubes menggandeng salah satu designer terkenal Indonesia, Ferry Sunarto, untuk selalu menampilkan motif batik yang dapat dipadu dengan motif kain tradisioal dari berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, sejumlah UKM Indonesia juga memamerkan produk-produk batik.
Dua tahun lalu telah ada sebuah sekolah kejuruan "Batik College" di Moskwa yang khusus mempelajari batik dan bahkan ada beberapa sekolah desain di Moskwa yang memperkenalkan beragam motif batik kepada anak-anak usia muda. Salah satu sekolah desain tersebut bahkan sempat berkolaborasi dengan KBRI Moskow dalam pelaksanaan acara peragaan busana batik hasil karya siswanya dengan diiringi alunan gamelan langsung oleh sanggar kesenian "Gamelan Dadali", binaan KBRI Moskwa. (YOVITA ARIKA)