Wakil Presiden sekaligus Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla mengingatkan agar masjid tidak sekadar menjadi tempat ibadah yang dibangun megah dan indah, tetapi juga punya fungsi memajukan kehidupan masyarakat.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Wakil Presiden yang juga Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla menyatakan, sebagian besar dari hampir 1 juta masjid di Nusantara dibangun oleh masyarakat. Untuk itu, masjid punya banyak peran selain sebagai tempat ibadah umat Islam. Salah satu peran yang cukup menonjol adalah menanggulangi kemiskinan.
”Di sekitar masjid-masjid sehabis shalat Jumat penuh aktivitas perdagangan. Sebaiknya hal ini jangan dilarang,” kata Jusuf Kalla saat pidato pelantikan Pimpinan Wilayah DMI Jawa Timur, Kamis (3/10/2019), di Islamic Center, Surabaya. Aktivitas perekonomian juga menjadi salah satu ciri khas surau-surau di Indonesia. Masyarakat yang tidak mampu dan berdagang akan terbantu meraih perbaikan taraf hidup ketika barang dagangan laku.
Selain itu, masjid bisa menjadi tempat mengoordinasikan program perekonomian bagi masyarakat sekitar, khususnya yang belum sejahtera. Di masjid bisa diadakan berbagai pelatihan bisnis skala mikro, kecil, dan menengah. Masjid juga perlu terbuka untuk lembaga keuangan syariah yang ingin memajukan usaha rakyat.
”Jangan sampai masjidnya indah dan megah, tetapi sekelilingnya tidak,” ujar Jusuf Kalla. Maksudnya, tempat ibadah ini boleh dibangun secara mewah dan wah untuk kenyamanan umat. Namun, tidak patut jika sekelilingnya masih banyak rakyat yang hidup dalam kesengsaraan atau belum sejahtera.
Jusuf Kalla mengingatkan, masjid di Indonesia berbeda dibandingkan dengan negara-negara lain, kecuali Pakistan. Di sini, masjid-masjid lebih banyak yang dibangun dan dikelola oleh masyarakat. Di Timur Tengah dan Malaysia misalnya, pembangunan masjid lebih banyak oleh pemerintah, sedangkan takmir dan marbot juga berstatus aparatur pemerintahan.
”Untuk itu, masjid perlu mengembangkan fungsi sebagai lembaga yang dapat menaungi seluruh kehidupan masyarakat,” kata Jusuf Kalla.
Sebelumnya, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa sejak dilantik pada 13 Februari 2019 menginisiasi program pemberian tunjangan bagi imam masjid dan penghafal Al Quran atau hafidz. Nilainya Rp 150.000 per bulan atau Rp 1,8 juta per tahun. Jumlah penerima sebanyak 11.000 imam masjid dan 4.000 hafidz. Tunjangan didanai dari APBD Jatim.
”Ini merupakan salah satu wujud program Jatim Berkah,” kata Khofifah.
Jatim merupakan provinsi di Indonesia yang memiliki masjid terbanyak dengan jumlah lebih dari 42.000 unit. Untuk itu, menurut DMI, keberadaan masjid amat penting dalam mendorong kehidupan masyarakat Jatim yang berpenduduk hampir 40 juta jiwa dan mayoritas beragama Islam.
Menurut Jusuf Kalla, pemanfaatan masjid secara baik menjadi salah satu perhatian khusus DMI, terutama perbaikan tata suara. Sebab, 80 persen waktu umat di masjid untuk mendengarkan khotbah, ceramah, dan berbagai laporan dari pengurus masjid. Untuk itu, tata suara yang baik akan mendukung umat menerima informasi secara utuh dan baik pula.