Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan memastikan akan membantu perekonomian warganya yang mengungsi dari Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua.
Oleh
Videlis Jemali
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan memastikan akan membantu perekonomian warganya yang mengungsi dari Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Bantuan diberikan kepada mereka yang memutuskan tidak kembali lagi ke Wamena.
”Iya, dipikirkan. (Akan ada) Pemberdayaan di lapangan bagi mereka yang tidak mau pulang,” kata Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Abdul Hayat Gani saat ditemui di kantor Gubernur Sulsel di Makassar, Kamis (3/10/2019).
Bantuan atau insentif usaha diberikan sesuai dengan keterampilan atau mata pencarian pengungsi selama tinggal di Wamena. Untuk teknisnya, pemerintah akan melakukan pendampingan terhadap para pengungsi.
Gelombang warga Sulsel yang meninggalkan Wamena mulai berdatangan pada Rabu (2/10) di Makassar. Sebanyak 54 orang telah tiba dengan pesawat Hercules TNI Angkatan Udara. Mereka pun langsung pulang ke rumah keluarga dan kampung halaman masing-masing di sejumlah kabupaten/kota di Sulsel.
Kamis ini, tambahan sebanyak 86 warga tiba dari Wamena. Jumlah ini lebih banyak dari yang tiba pada Rabu, yakni 54 orang. Setelah tiba di Pangkalan Udara TNI AU Hasanuddin, mereka menuju Asrama Haji Embarkasi Makassar di Sudiang. Kebanyakan adalah perempuan dan anak-anak. Mereka diangkut dengan tiga truk.
Di Asrama Haji, mereka diurus oleh Dinas Sosial Provinsi Sulsel dan Kota Makassar, Palang Merah Indonesia, dan organisasi Aksi Cepat Tanggap. Pengungsi berasal dari Kabupaten Toraja Utara, Jeneponto, Maros, dan Kota Makassar.
Para pengungsi ada yang langsung dijemput keluarganya. Baik penjemput maupun pengungsi didata lengkap oleh petugas. Petugas juga memberikan layanan pemeriksaan kesehatan kepada pengungsi.
Marten Kabak (45), pengungsi Wamena asal Toraja Utara, mengatakan, dia dan rombongannya telah dihubungi salah satu relawan untuk berangkat bersama ke Toraja Utara. ”Kami senang ada yang membantu,” kata lelaki yang sudah empat tahun tinggal di Jayawijaya ini.
Marten bersama 10 temannya sempat terisolasi di salah satu distrik (setingkat kecamatan) di Jayawijaya saat kerusuhan pecah pada 23 September lalu. Mereka bertahan selama tiga hari di lokasi proyek pembangunan sekolah. Warga setempat menjamin keamanan mereka.
Saya tenangkan pikiran bersama keluarga dulu.
Mereka baru bisa berangkat ke Wamena, ibu kota Jayawijaya, setelah difasilitasi seorang pejabat pemerintah. Dari Wamena, mereka terbang ke Timika, hingga tiba di Makassar dengan menumpang pesawat Hercules TNI AU. Marten mengatakan, dirinya belum bisa memutuskan apakah nanti kembali ke Wamena atau tidak. ”Saya tenangkan pikiran bersama keluarga dulu,” ujarnya.
Hal sama disampaikan Rita (43). Ia belum tahu apakah akan kembali ke Wamena atau memilih bertahan di Kabupaten Tana Toraja. Ia mengungsi dengan tiga anaknya. Suaminya masih tinggal di Wamena, mengungsi di fasilitas militer setempat sekaligus menjaga rumah dan warung mereka.
Kepala Seksi Jaminan Kesejahteraan Dinas Sosial Kota Makassar La Heru menyatakan, banyak pengungsi dijemput keluarga karena sebelumnya mereka telah saling berkomunikasi. ”Untuk yang tidak dijemput keluarganya, kami akan fasilitasi,” katanya.
Heru belum bisa memastikan jumlah pengungsi yang akan datang lagi. Ia hanya menyebutkan, selain lewat udara, para pengungsi juga dalam beberapa hari ke depan tiba di Makassar dengan kapal laut.