Kawasan Saintek Pastikan Hasil Riset Bisa Dipakai Masyarakat
Pusat unggulan inovasi diharapkan bisa berkembang secara serius agar menjadi kawasan sains dan teknologi.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pusat unggulan inovasi diharapkan bisa berkembang secara serius agar menjadi kawasan sains dan teknologi atau science and technology park. Keberadaan kawasan tidak hanya menghasilkan penelitian untuk publikasi ilmiah, tetapi juga memastikan penelitian benar-benar diterapkan agar manfaatnya dirasakan masyarakat luas.
”Pemetaan riset sudah dilakukan lewat TRL (Level Kesiapan Teknologi) agar mudah menyandingkan hasil riset untuk peningkatan pembangunan,” kata Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir dalam acara Silaturahim Nasional Lembaga Penelitian dan Pengembangan Indonesia di Jakarta, Selasa (1/10/2019).
Level 1-3 ialah riset dasar, level 4-6 untuk riset terapan, dan level 7-9 untuk riset pengembangan (scaling-up). Riset dasar harus dilanjutkan agar bisa memproduksi purwarupa yang kemudian melahirkan inovasi.
Nasir mengatakan, sebanyak 137 lembaga puslitbang dibina agar menjadi Pusat Unggulan Iptek (PUI). Mereka terdiri dari 52 lembaga pemerintah kementerian, 50 lembaga pemerintah nonkementerian, 28 perguruan tinggi, dan 7 badan usaha. Dari jumlah tersebut, sudah ada 81 lembaga yang matang dan berstatus PUI.
Sebanyak 137 lembaga puslitbang dibina agar menjadi Pusat Unggulan Iptek.
”Kalau dikembangkan lebih lanjut, semestinya setiap PUI bisa menjadi kawasan sains dan teknologi, misalnya Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember, Jawa Timur. Per 2019, baru tercapai 67 kawasan saintek dari target 100 lembaga,” ujar Nasir.
Merombak kinerja
Sebuah lembaga litbang ketika dibina oleh PUI harus melakukan perombakan kinerja guna mencapai target riset, publikasi, dan produksi. Pada prinsipnya, PUI mengembangkan kemampuan lembaga litbang untuk mengakses informasi serta melakukan penelitian dan diseminasi.
Ada sebelas bidang PUI sesuai dengan rencana penelitian nasional mulai dari kemaritiman, ketahanan pangan, hingga sosio-humaniora. Apabila berhasil memperoleh status PUI, lembaga itu akan mendapat hibah selama maksimum tiga tahun dari pemerintah. Terdapat pula kemudahan mendapat program-program insentif lainnya. Persyaratan agar sebuah lembaga bisa menjadi PUI adalah lolos seleksi dan mengikuti pembinaan selama tiga tahun.
Data Kemenristek dan Dikti 2016-2018 menyebutkan, lembaga yang menjadi PUI mengalami kenaikan undangan menjadi pemakalah dalam simposium internasional dari rata-rata tujuh undangan per tahun menjadi 35 undangan. Publikasi jurnal internasional juga bertambah dari rata-rata lima jurnal menjadi 29 jurnal.
Dari aspek bisnis, terdapat 11.839 kontrak antara PUI dan industri ataupun usaha kecil serta menengah. Hal ini berdampak kepada pengembangan produk baru yang menjawab kebutuhan masyarakat dan membangun simbiosis mutualisme dengan masyarakat sebagai pemasok bahan baku untuk PUI. Sinergi dengan berbagai puslitbang serta industri di luar negeri juga menguat sehingga mengembangkan riset berskala regional dan internasional.
Dari aspek bisnis, terdapat 11.839 kontrak antara PUI dan industri ataupun usaha kecil serta menengah.
Inovasi
Kepala Pusat Saintek Nuklir Terapan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Jupiter Sitorus mengatakan, perombakan kinerja memungkinkan para peneliti bisa menembus ego sektoral masing-masing.
”Wawasan kami dibuka bahwa melalui sinergi dengan berbagai lembaga, termasuk yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan, justru membawa riset-riset baru yang lebih tajam,” ujarnya.
Salah satu contohnya adalah inovasi Analisis Aktivasi Neutron yang bisa membaca polutan di udara hingga ke ukuran partikulat 2,5 atau setara dengan sehelai rambut yang dibagi 30. Inovasi ini dimanfaatkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk menakar kadar pencemaran udaranya.
Selain aspek lingkungan, Batan juga mengembangkan penelitian di sektor kesehatan. Dokter spesialis periodonsia, Tantin Retno Dwijartini, mengungkapkan bermitra dengan Batan untuk mengembangkan biomaterial guna mengobati keropos tulang rahang. Hasilnya berupa xenograft dan bonegraft dari tulang sapi yang digranulasikan ke berbagai ukuran sesuai keperluan pasien.
Kepala Pusat Saintek Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Halimurrahman mengungkapkan, pihaknya mengembangkan sistem navigasi pintar untuk para nelayan agar tidak hanya bisa melaut dengan selamat, tetapi juga menemukan tempat yang banyak kawanan ikannya.
Lapan mengembangkan sistem navigasi pintar untuk para nelayan agar tidak hanya bisa melaut dengan selamat, tetapi juga menemukan tempat yang banyak kawanan ikannya.
”Inovasi Sadewa untuk memantau dinamika kebencanaan berbasis antariksa juga bisa diakses masyarakat umum secara daring,” ujarnya.
Dari sisi usaha kecil dan menengah, Wiraty Ristyanti, pemilik industri kecil dan menengah Batik Tizania, mengatakan, diberi pelatihan gratis oleh PUI mengenai cara memproduksi pewarna kain alami. Ia juga diberi kelengkapan alat, seperti bahan mentah, benang, dan pelatihan berkelanjutan. Pada sektor ini target bukan produksi massal, melainkan pemberdayaan masyarakat sekaligus pengembangan potensi lokal.