Unjuk Rasa Berbuntut Rusuh Berpotensi Lemahkan Ekonomi Jakarta
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Unjuk rasa berbuntut rusuh yang sudah terjadi ketiga kalinya dalam sepekan dikhawatirkan berpotensi melemahkan pertumbuhan ekonomi Jakarta. Warga yang kesulitan keluar rumah dapat menurunkan sektor konsumsi yang menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Jakarta.
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan, sejauh ini rangkaian unjuk rasa belum berdampak signifikan untuk pusat-pusat belanja di DKI Jakarta, di antaranya Glodok dan Tanah Abang. Hal ini karena unjuk rasa hanya berlangsung di sejumlah ruas jalan, yaitu Jalan Jenderal Gatot Subroto, Slipi, Tentara Pelajar dan di sekitar Istana Merdeka.
“Perdagangan sejauh ini masih berlangsung terpengaruh karena unjukrasa tidak terjadi di pusat-pusat perdagangan,” katanya di Jakarta, Senin (30/9/2019).
Sejauh ini, baru pusat-pusat perbelanjaan di sekitar lokasi unjuk rasa yang sudah mengalami penurunan pengunjung. Apabila kondisi ini berlangsung berlarut-larut, kata Sarman, warga akan semakin kesulitan ke luar ke jalanan dan dampaknya bisa meluas. Hal ini beresiko menurunkan perdagangan atau sektor konsumsi rumah tangga. Padahal, saat ini hampir 60 persen pertumbuhan ekonomi Jakarta berasal dari sektor konsumsi rumah tangga.
Apabila kondisi ini berlangsung berlarut-larut, kata Sarman, warga akan semakin kesulitan ke luar ke jalanan dan dampaknya bisa meluas. Hal ini beresiko menurunkan perdagangan atau sektor konsumsi rumah tangga. Padahal, saat ini hampir 60 persen pertumbuhan ekonomi Jakarta berasal dari sektor konsumsi rumah tangga.
Selain itu, karena unjuk rasa berlangsung di jalan-jalan utama, unjuk rasa yang berbuntut kerusuhan bisa menurunkan minat investasi ke Jakarta apabila tak tertangani dengan baik. “Ini yang harus diwaspadai karena akan sangat berdampak untuk investasi,” katanya.
Oleh karena itu, Sarman berharap pihak aparat dan pemerintah bisa menghadapi unjuk rasa secara persuasif. “Biarkan mahasiswa dan pelajar menyampaikan pendapatnya tanpa ada kerusuhan,” katanya.
Sebelumnya, Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DKI Jakarta Ellen Hidayat mengatakan, beberapa pusat perbelanjaan yang berada di sekitar maupun di jalan yang berhubungan dengan pusat unjuk rasa mengalami penurunan pengunjung sekitar 20 persen pada pekan lalu.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memastikan pihaknya terus berkoordinasi dengan kepolisian dan TNI untuk menjaga keamanan Jakarta. Dinas Pendidikan DKI Jakarta juga memberlakukan absensi untuk seluruh SMA dan SMK pagi dan siang untuk memastikan siswa mengikuti pelajaran hingga akhir.
Namun, untuk kerugian yang diakibatkan unjuk rasa yang berbuntut kerusuhan, Anies belum bersedia mengungkapkan karena situasi yang masih terus berkembang.
Sejak sepekan terakhir, Transjakarta memberlakukan pengalihan jalur karena sejumlah halte dan perhentian bus tak bisa dilewati. Pada Senin ini, sebanyak 15 rute dialihkan dan belasan halte dan perhentian bus di sekitar Senayan, Monas, Hotel Indonesia, Balaikota, Istana Negara dan Gedung MRR/DPR tak melayani.