Hujan yang turun di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan telah menurunkan jumlah titik panas secara signifikan. Kualitas udara juga membaik.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Hujan yang turun di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan telah menurunkan jumlah titik panas secara signifikan. Kualitas udara juga membaik. Namun masyarakat diminta tetap waspada terhadap ancaman kebakaran hutan dan lahan karena sebagian wilayah masih mengalami kemarau berkepanjangan.
“Jambi dan Riau sudah mendapatkan 1-5 hari hujan, sedangkan Kalimantan Barat dan Tengah sudah turun hujan dalam beberapa hari terakhir,” kata Deputi Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Herizal, di Jakarta, Minggu (29/9/2019).
Jambi dan Riau sudah mendapatkan 1-5 hari hujan, sedangkan Kalimantan Barat dan Tengah sudah turun hujan dalam beberapa hari terakhir.
Menurut Herizal, pada Sabtu (28/9/2019), Stasiun BMKG Jambi mencatat curah hujan 11 milimeter (mm) per hari di wilayah ini, sedangkan di Stasiun Juwata, Kalimantan, hujan tercatat 19 mm per hari. Di Jawa, hujan juga mengguyur beberapa wilayah yang selama ini dilanda kekeringan seperti di Semarang dan daerah selatan Jawa Barat, meski belum secara iklim dikatakan memasuki awal musim hujan.
Menurut pantauan satelit Modis (Terra Aqua), Suomi NPP, dan NOAA-20 selama 3 hari terakhir, yaitu 26 – 28 September 2019 m, terjadi penurunan titik panas sebesar 78 persen dibandingkan satu minggu sebelumnya. Data pada hari Minggu, jumlah titik panas tinggal 783 titik, dengan Kalimantan Tengah yang terbanyak yaitu 197 titik panas, disusul Sumatera Selatan 120 titik panas, Kalimantan Selatan 94 titik panas, Jambi 70 titik panas, san Riau 2 titik panas.
Hujan buatan
Selain karena faktor alam yaitu bertambahnya suplai uap air, kelembapan udara juga meningkat menuju transisi musim. Herizal menyebutkan, wilayah Riau, Jambi, dan sebagian Kalimantan diprediksi bakal memasuki awal musim hujan pertengahan Oktober. Meski ada tanda peralihan musim, turunnya hujan kali ini terutama dipicu kegiatan penyemaian awan atau modifikasi cuaca hujan buatan.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG R. Mulyono R. Prabowo mengatakan, masyarakat masih harus mewaspadai kebakaran hutan dan lahan karena potensi hujan masih belum signifikan.
Mulyono mengatakan, kecenderungan penurunan jumlah titik panas di Indonesia secara tidak langsung telah menurunkan sebaran Asap di wilayah Indonesia. Kualitas udara pun mulai membaik.
Hujan yang turun telah meluruhkan konsentrasi debu polutan yang mengapung di atmosfer, atau disebut proses rain washing. Setelah turun hujan, konsentrasi debu polutan berukuran kurang dari 10 mikron (PM10) dapat turun secara drastis hingga 6-8 kali lipat.
Jika seminggu lalu konsentrasi PM10 dapat mencapai lebih dari 500 mikron per meter kubik, kini secara umum konsentrasi PM10 berada pada level 100 mikron per meter kubik, seperti terukur di Sampit, Pekanbaru, dan Palangkaraya. Bahkan di Jambi dan Pontianak, mutu udara saat ini dikategorikan baik dengan konsentrasi PM10 kurang dari 50 mikron per meter kubik.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo memaparkan, berdasarkan citra satelit Himawari pada Minggu siang, tidak terdeteksi lagi ada transboundary haze atau asap yang melewati batas negara. Asap terdeteksi di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, sedangkan arah angin di wilayah Sumatera dan Kalimantan terpantau dari tenggara – selatan menuju barat laut – timur laut.
Untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan, menurut Agus, saat ini sekat kanal dibangun seluruh unsur Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. “Hal ini diharapkan dapat memberikan kelembaban dan kebasahan pada lahan rawa gambut. Proses pembangunan dipimpin langsung Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor,” katanya.