Hujan Deras di Palangkaraya Hilangkan Asap Karhutla
Hujan deras di Kota Palangkaraya dan sekitarnya menghilangkan kabut asap. Titik api pun hilang meskipun masih ada titik panas yang terdeteksi dan turun drastis.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·2 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Hujan deras di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, dan sekitarnya menghilangkan kabut asap. Titik api pun hilang meskipun masih ada titik panas yang terdeteksi dan turun drastis.
Hujan itu terjadi sejak Minggu (29/9/2019) malam hingga Senin siang. Meskipun berhenti pada Senin pagi, hujan berlanjut begitu deras pada siang hari. Biasanya, pada sore hingga malam hari, asap mengebul cukup pekat di Kota Palangkaraya.
Pada Senin petang udara tidak seperti hari-hari sebelumnya. Tingkat Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di kota Palangkaraya pun masuk dalam kondisi normal di PM 10 yang mencapai 100 mikrogram per meter kubik. Padahal, dalam waktu lebih kurang tiga bulan terakhir, ISPU mencapai kategori berbahaya.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisikan (BMKG), Muhammad Arif Rahman, mengungkapkan, prediksi cuaca dalam seminggu ke depan menunjukkan ada hujan dengan intensitas rendah hingga sedang dan bahkan berpotensi lebat.
”Untuk tanggal 30 September hingga 2 Oktober, akan terus berawan dan berpotensi hujan sedang. Bahkan, sampai 6 Oktober mendatang masih terus berawan,” kata Arif.
Arif menjelaskan, ada beberapa wilayah yang akan terus berawan, seperti Kota Palangkaraya, Kabupaten Murung Raya, Gunung Mas, Barito Utara, Katingan, dan beberapa wilayah utara lainnya.
Untuk tanggal 30 September hingga 2 Oktober, akan terus berawan dan berpotensi hujan sedang. Bahkan, sampai 6 Oktober mendatang masih terus berawan.
Selain itu, BMKG juga memberikan peringatan dini terkait potensi gelombang tinggi berkisar 1,25-2,50 meter. Potensi ini terjadi di wilayah perairan selatan Kalteng.
”Diimbau bagi masyarakat pesisir agar lebih berhati-hati ketika sedang beraktivitas di laut,” kata Arif.
Menghapus kebakaran
Hujan menghapus sebagian besar kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Udara kian membaik dan masyarakat pun tidak khawatir lagi untuk beraktivitas di luar.
”Sekarang mau keluar tidak pakai masker juga tampaknya akan baik-baik saja. Namun, saya berharap ini tidak terjadi pada tahun depan. Masak tiap tahun begini terus,” kata Winda Wusa (45), warga Jalan Tilung, Kota Palangkaraya.
Koordinator Sekretariat Bersama Anti-Asap Kartika Sari mengatakan, pencegahan kebakaran harus dievaluasi dan disusun kembali sejak saat ini. Selain itu, pemerintah juga wajib memberikan pengobatan gratis kepada korban asap.
”Ada beberapa penyakit, seperti kanker paru, yang baru bisa dirasakan lima sampai 10 tahun ke depan. Hal ini harus menjadi perhatian, perlu ada gerakan deteksi dini terhadap penyakit seperti ini,” kata Kartika.
Sampai saat ini, berdasarkan data dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (Kementerian KLH) luas karhutla di Kalteng mencapai 44.769 hektar. Setidaknya terdapat 33.450 titik panas sejak Januari hingga saat ini.
Ada beberapa penyakit, seperti kanker paru, yang baru bisa dirasakan lima sampai 10 tahun ke depan. Hal ini harus menjadi perhatian, perlu ada gerakan deteksi dini terhadap penyakit seperti ini.
”Selain kesehatan, penegakan hukum juga harus dijalankan. Dari data luas kebakaran, tidak mungkin peladang bisa membakar (lahan) seluas itu. Jadi, tidak boleh tumpul ke atas,” tutur Kartika.