1.470 Perantau Minang Minta Dipulangkan dari Wamena
Sebanyak 1.470 perantau Minangkabau yang terdampak kerusuhan di Wamena, Papua, Senin (23/9/2019), minta dipulangkan ke Sumatera Barat.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Sebanyak 1.470 perantau Minangkabau yang terdampak kerusuhan di Wamena, Papua, Senin (23/9/2019), minta dipulangkan ke Sumatera Barat. Mereka masih trauma dengan kerusuhan yang menewaskan 31 warga sipil itu.
Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit di Padang, Senin (30/9/2019), mengatakan, jumlah warga Minang yang terdampak kerusuhan tersebut merupakan data sementara. Ikatan Keluarga Minang di Papua terus melakukan pendataan. Total perantau Minang di Wamena dan daerah sekitarnya diperkirakan sekitar 2.000 orang.
”Mereka harus segera dibawa pulang untuk menenangkan diri karena masih ada yang terdampak secara psikis. Mereka menyaksikan langsung kerusuhan yang tiba-tiba itu,” kata Nasrul yang baru kembali dari Wamena untuk memantau kondisi perantau.
Sebanyak sembilan orang (sebelumnya disebut 10 orang) perantau Minang tewas dalam aksi unjuk rasa yang berujung rusuh itu. Sementara itu, satu orang perantau lainnya masih dirawat karena menderita luka-luka.
Untuk memulangkan para perantau, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar melakukan penggalangan dana dengan membuka rekening donasi. Hingga Senin sore, telah terkumpul Rp 443 juta dari target total Rp 2,5 miliar. Selasa (24/9/2019) malam, para tokoh Minang diundang hadir ke Hotel Balairung, Jakarta, untuk patungan.
Adapun untuk transportasi kepulangan ada dua pilihan, yaitu pesawat terbang atau kapal laut. Jika jumlah final perantau yang ingin pulang maksimal 200 orang, akan diangkut menggunakan pesawat terbang. Jika lebih, para perantau akan dipulangkan menggunakan kapal laut.
Pemerintah pusat ataupun daerah tidak mengharapkan eksodus terjadi karena akan mematikan perekonomian kota.
Nasrul melanjutkan, ia sudah berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri dan pemerintah daerah di Papua terkait pemulangan ini. Pemerintah pusat ataupun daerah tidak mengharapkan eksodus terjadi karena akan mematikan perekonomian kota.
Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit menemui pengungsi di Wamena, Papua, Minggu (29/9/2019). ”Kebanyakan perantau Minang merupakan pendagang sembako dan rumah makan. Pemerintah Kabupaten Jayawijaya tidak menginginkan terjadi eksodus. Namun, kami juga tidak bisa mengabaikan permintaan perantau,” ujar Nasrul.
Nasrul pun mengharapkan para perantau untuk mempertimbangkan secara matang keputusan mereka pulang. Pemprov Sumbar hanya bisa memfasilitasi perantau untuk pulang ke Sumbar. Untuk kembali ke Wamena, perantau mesti mengupayakan sendiri.
Masa depan keluarga, terutama anak-anak, juga perlu dipikirkan secara bijak. Pemerintah daerah di Papua beserta aparat keamanan sebenarnya telah menjanjikan keamanan bagi masyarakat perantau.
Akan tetapi, keputusan diserahkan kepada perantau. Jika tetap mau pulang, perantau mesti mempersiapkan dokumen administrasi agar anak-anak mereka bisa menumpang sekolah di kampung halaman.
Kepala Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Sumbar Syamsul Bahri Khatib mengatakan, Baznas siap membantu menalangi biaya pemulangan perantau jika jumlah donasi tidak mencukupi. Ia juga berharap para dermawan bersedia membantu saudara mereka yang sedang kesulitan.
”Baznas Sumbar telah menyampaikan ke Baznas tingkat kabupaten/kota dan sejauh ini respons mereka positif. Intinya, berapa yang dibutuhkan nanti oleh pemprov, kami upayakan siap untuk menanggulanginya,” kata Syamsul.