Sprinter Amerika Serikat Christian Coleman tampil gemilang di nomor bergengsi 100 meter putra. Pencapaiannya menjadi yang tercepat mencapai garis finis memperbanyak koleksi emas negaranya selama kejuaraan dunia atletik.
Oleh
Korano Nicolash LMS
·4 menit baca
Christian Coleman, sprinter andalan Amerika Serikat menggenapi medali emas ke-10 diraih atlet-atlet negeri itu di Kejuaraan Atletik Dunia. Setelah menang dengan catatan waktu 9,76 detik di Stadion Internasional Khafila, Doha, Qatar.
Coleman keluar sebagai juara nomor bergengsi cabang atletik, setelah mampu mengalahkan lawan-lawannya di partai final 100 meter (m) putra. Kemenangan Coleman sekaligus mempertajam waktu terbaiknya hingga 0,03 detik. Catatan waktunya 9,76 detik merupakan penampilan terbaiknya sepanjang karirnya sebagai pelari di kejuaraan atletik.
Namun catatan ini belum memecahkan rekor waktu tercepat di nomor yang sama. Sementara ini masih dipegang Usain Bolt dengan catatan waktu 9,58 detik yang dibuat ketika di Berlin, Jerman pada 2009 lalu. “Saya telah diberkati dengan talenta luar biasa. Dan malam ini saya bisa menunjukkannya,” kata Coleman asal Atlanta yang tahun lalu catatan waktu terbaiknya masih mencapai 9,79 detik kala bertarung di final Liga Berlian IAA, di Brussels, Belgia.
Kemenangan Coleman diraih sejak ia lepas dari star blok dengan memimpin pada 30 m pertama. Saat 60 m Coleman terlihat di depan atlet-atlet lain seorang diri dan tidak bisa terkejar lagi. Tentu hal ini untuk memperbaiki capaiannya ketika hanya meraih medali perak 100 m di Kejuaraan Atletik Dunia IAAF 2017 London lalu. Saat itu Justin Gatlin, seniornya, dan Coleman sendiri mampu meninggalkan Usain Bolt di posisi ke tiga.
“Saya biasanya memiliki awal yang baik. Tetapi kemudian saya tidak menindaklanjutinya dengan eksekusi. Setelah bekerja dengan tekun, kini saya telah memperbaiki langkah saya. Dan malam ini, semuanya sudah terbayar,” tuturnya kepada wartawan, seperti yang dikutip iaaf.org.
Terakhir kali, di London, “Adalah kejutan. Ketika saya memenangkan medali perak, sekali pun kemudian banyak tenakan. Tetapi kini saya berhasil keluar dengan medali emas,” katanya.
Medali emas Coleman kali ini, juga menjadi medali emas ke-10 yang diraih sprinter AS. Sebelumnya Carl Lewis meraih tiga medali emas di Helsinki (1983), Roma (1987) dan Tokyo (1991). Pundi-pundi ini bertambah saat Maurice Greene meraih tiga medali emas mulai dari 1997 di Athena, 1999 di Seville, serta 2001-nya di Edmonton. Justin Gatlin yang kali ini di urutan kedua dengan catatan waktu 9,89 detik, juga meraih medali emas saat Kejuaraan Atletik Dunia di Helsinki 2005 lalu. Tyson Gay juga menambah satu medali emas 100 m di Osaka, 2007 lalu.
“Christina memiliki musim yang spektakuler dan saya tahu dia akan sulit untuk dikalahkan,” kata Gatlin yang hadir di Doha dengan catatan waktu terbaik musim ini mencapai 9,87 detik.
“Dia berlari dengan baik pada pertarungan yang luar biasa ini. Tetapi saya memiliki pesan di Olimpiade akan datang. Makanya dia lebih baik menyiapkan diri,” kata Gatlin yang 10 Februari tahun depan sudah berusia 38 tahun.
Andre De Grasse, sprinter Kanada, mengakui dengan kembali dirinya ke lintasan dan mampu meraih posisi ke tiga dengan waktu 9,90 detik sudah sangat luar biasa. Apa lagi setelah mampu mempertajam waktunya walau hanya 0,01 detik ketika dia mampu meraih medali perunggu di Olimpiade 2016 Rio lalu. Ia masih memiliki kesempatan berburu medali dari nomor 200 m putra pada hari ke-5, atau Selasa (1/10/2019) nanti. “Saya bersyukur bisa kembali naik podium,” tutur De Grasse yang naik daun di Olimpiade Rio lalu.
“Dalam beberapa tahun terakhir, saya telah berusaha menjga pikiran saya untuk tetap positif. Dan menyatakan kepad dirinya sendiri bahwa saya dapat kembali dan kembali ke tempat saya berada. Bahkan lebih baik lagi. Itu sebabnya, hari ini merupakan pertanda baik itu,” tuturnya.
De Grasse selesai tepat di depan Akani Simbine, sprinter Afrika Selatan yang finis dengan waktu 9,93 detik. Denan begitu Simbine gagal mempersembahkan medali pertama Afrika Selatan dari nomor 100 meter Kejuaraan Atletik Dunia IAAF. Juara dunia 2011, Yohan Blake, dari Jamaika dengan catatan waktu 9,69 detik berada di urutan ke lima.
Hingga saat ini, dari 16 kali pelaksanaan Kejuaraan Atletik Dunia IAAF, Jamaika baru mengantongi 4 medali emas dari nomor 100 m ini. Tiga medali emas lainnya diraih Usain Bolt yang rekor dunia 100 m masih bertahan hingga kini, 9,58 detik. Mulai dari 2009 di Berlin lalu, kemudian di Moskow (2013) dan Beijing (2015).
Juara Eropa, Zharnel Hughes dari Inggris berada di urutan ke enam dengan waktu 10,03 detik. Di depan Filippo Tortu dari Italia dan Aaron Brown asal Kanada. Ketuanya masing-masing mencatat waktu 10,07 detik dan 10,08 detik.
Berbeda dengan final nomor lainnya, termasuk di kejuarnaan dunia sebelumnya. Di mana para atlet bakal keluar dari \'pintu para finalis\'. Partai final 100 m malam ini, memperlihatkan foto dan nama masing-masing finalis yang diperkenalkan melalui pantulan sinar lampu di lintasan Stadion Internasional Khalifa.