Tindakan Represif Aparat Keamanan Dikecam
Tindakan polisi mengatasi para pengunjuk rasa di berbagai daerah yang dinilai represif hingga meninggalnya dua mahasiswa Universitas Halu Oleo menuai protes di Solo, Banyumas, Denpasar, hingga Bandar Lampung.
SOLO, KOMPAS- Tindakan polisi mengatasi para pengunjuk rasa di berbagai daerah yang dinilai represif hingga meninggalnya dua mahasiswa Universitas Halu Oleo, Muhammad Yusuf Kardawi (20) dan Imawan Randi (22) saat unjuk rasa di Kendari, Sulawesi Tenggara menuai protes di Solo, Banyumas, Denpasar, hingga Bandar Lampung.
Ketua IMM Cabang Kota Solo Abdul Afif Amrulloh meminta Polri menindak tegas oknum anggota polisi yang telah bertindak represif kepada para peserta aksi di berbagai daerah. Polri juga harus mengivestigai secara menyeluruh peristiwa meninggalnya dua mahasiswa itu. Keduanya merupakan anggota IMM.
“Tindakan represif aparat di berbagai daerah telah melukai proses demokrasi di Indonesia dan tidak sesuai dengan amanah reformasi,” ujar Abdul disela-sela aksi refleksi sebagai bentuk solidaritas atas meninggalnya peserta aksi unjuk rasa . Aksi refleksi ini digelar IMM Cabang Kota Solo bersama Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) se-Solo di depan Mapolresta Solo, Jawa Tengah, Jumat (27/9/2019) malam.
Selain anggota IMM Solo, refleksi ini juga dihadiri perwakilan Angkatan Muda Muhammadiyah se-Solo Raya, antara lain Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah, Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Tapak Suci Putra Muhammadiyah, Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiah, dan Hizbul Wathan.
Dalam aksi refleksi ini, para peserta duduk melingkar di Jalan Adi Sucipto sambil membawa bendera setengah tiang. Selain itu juga menyalakan lilin dan meletakan dua megaphone yang di sekitarnya ditaburi bunga. Megaphone itu menjadi simbol alat perjuangan mahasiswa sedangkan bunga untuk penghargaan atas perjuangan mahasiswa yang telah meninggal dunia.
Muhammad Yusuf Kardawi (20) menghembuskan nafas terakhir di RS Bahteramas akibat sejumlah luka parah di kepala, Jumat (27/9/2019) setelah berunjuk rasa yang berujung anarkis di Kendari, Sultra. Seorang korban lain, Randi (22) dipastikan meninggal karena luka tembak di dada kanan, Kamis (26/9/2019) dalam unjuk rasa yang sama.
“Kami mendesak pihak yang berwajib terutama Kapolri untuk mengusut tuntas pelaku penembakan dan segala bentuk represifitas aparat di berbagai daerah. Kami juga mendorong untuk seluruh elemen mahasiswa untuk tetap bersatu rapatkan barisan dalam melawan segala bentuk ketidakadilan yang terjadi di Indonesia” ujar Faudin, Koordinator Lapangan aksi refleksi di Solo.
Abdul menambahkan, mahasiswa berunjuk rasa untuk menegakkan kembali amanah reformasi, yaitu menyuarakan penolakan Undang-undang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hasil revisi serta Rancangan KUHP. Hal ini karena UU KPK hasil revisi justru akan melemahkan upaya pemberantasan korupsi sedangkan RKUHP banyak pasal-pasal di dalamnya kontroversial. “Harus ada Perppu KPK,” ujarnya.
Teatrikal
Di Purwokerto Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Kabupaten Banyumas juga menggelar aksi solidaritas dengan turun ke jalan. “Kami berharap Bapak Kapolri bisa memberikan hukuman seberat-beratnya kepada oknum polisi yang melakukan tindakan itu,” kata Ketua Umum Pimpinan Cabang IMM Banyumas Muhammad Ikhwan, Jumat sore saat menggelar aksi di simpang Jalan A Yani, Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah.
Sekitar 250 orang mahasiswa-mahasiswi memulai aksi dengan berjalan dari Institut Agama Islam Negeri Purwokerto menuju ke simpang Jalan A Yani. Di sana, mereka melakukan orasi dan menggelar aksi teatrikal.
Terlihat, salah seorang mahasiswa yang berdiri sambil membawa payung bertuliskan demokrasi. Kemudian di bawah payung itu berteduhlah mahasiswa lain yang melambangkan keadilan dan kesejahteraan.
Selanjutnya datanglah oknum aparat yang mengganggu mereka yang ada di bawah payung demokrasi. Aksi teatrikal kemudian ditutup dengan tabur bunga sebagai lambang duka cita. “Ini aksi solidaritas sebagai respons atas tragedi yang terjadi,” kata Ikhwan.
Para mahasiswa juga membawa sejumlah spanduk yang antara lain bertuliskan, “Pelurumu lebih menyakitkan ketimbang ditinggal rabi mantan”, “IMM Berduka”, “IMMawan Terluka IMMawan Berduka”, “Mba Polwan Tembak Aku”, “Hentikan Tindakan Represif Aparat”.
Baca juga : Penanganan Demonstrasi Dinilai Belum Membaik
Di Bali, solidaritas mahasiswa Bali dilangsungkan di sisi barat Monumen Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandhi, Niti Mandala Renon, Denpasar, Jumat (27/9/2019) sore. Peserta aksi dari Forum Mahasiswa Bali Bersatu (Formabes) memasang pita hitam sebagai simbol keprihatinan dan berbela sungkawa atas meninggalnya dua mahasiswa di Kendari.
Koordinator aksi Formabes I Kadek Suwawa Kiki Kesuma Dewa menyatakan mereka tidak mengenal kedua korban di Kendari tersebut. Meskipun demikian, ujar Kiki, mahasiswa Bali menjadi bagian perjuangan mahasiswa yang menolak sikap dan tindakan represif terhadap pengunjuk rasa.
Peserta aksi Formabes Maheswara Perbawa Sukawati mengatakan, mereka ikut merasakan dan turut berduka atas gugurnya rekan mahasiswa. “Satu nyawa sangat berarti,” kata Maheswara dalam orasinya. “Kami berduka dan menuntut kematian mahasiswa itu diselidiki,” ujar Maheswara.
Baca juga : Korban Meninggal dalam Aksi Demo di Kendari Bertambah
Peserta aksi Formabes berasal dari kalangan mahasiswa sejumlah perguruan tinggi dan pegiat organisasi kemahasiswaan di Bali. Mereka membawa sejumlah poster yang berisikan pernyataan mereka terkait sejumlah peristiwa yang terjadi belakangan ini, di antaranya, “Stop Kekerasan”, “Revive KPK”, dan “Kambing Hitam, Kuda Tunggangan, Adu Domba, Kelinci Percobaan, Semua Ditangkap Karena RUU KUHP”.
Kiki menyatakan, mahasiswa Bali berbelasungkawa atas gugurnya aktivis mahasiswa di Kendari dan menyayangkan sikap represif aparat penegak hukum dalam menangani unjuk rasa. Dalam pernyataan sikap Formabes yang dibacakan Kiki, mahasiswa Bali menuntut penghentian kriminalisasi terhadap aktivis dan pembebasan terhadap mahasiswa yang ditangkap.
Formabes juga menuntut pembatalan sejumlah rancangan undang-undang yang bermasalah, termasuk RUU Komisi Pemberantasan Korupsi. Selain itu, Formabes juga menuntut dihentikannya pembakaran hutan dan lahan serta diadilinya para pembakar hutan.
Di Bandar Lampung, mahasiswa dan aktivis antikorupsi di Lampung mengecam sikap pemerintah yang tidak segera memenuhi tuntutan terhadap penolakan sejumlah undang-undang. Mereka juga menyayangkan sikap represif aparat yang memukuli pendemo dan menangkap sejumlah aktivis.
Sekitar 100 orang yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Bandar Lampung peduli Indonesia berkumpul di depan pintu gerbang kantor DPRD Kota Bandar Lampung. Mereka membawa sejumlah spanduk dam poster berisi kecaman terhadap DPR.
"Pemerintah semestinya segera bersikap tegas setelah gerakan penolakan terjadi di banyak daerah di Indonesia," kata Amin Fauzi selaku juru bicara Aliansi Mahasiswa Bandar Lampung peduli Indonesia.
Dia menilai, Presiden Joko Widodo semestinya segera menyatakan penolakan terhadap revisi UU KPK. Langkah lainnya, Presiden perlu segera mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.
Penundaan sejumlah RUU oleh DPR juga dinilai belum menjadi jaminan bahwa pemerintah bakal mengakomodir sejumlah poin penting yang menjadi tuntutan. Ke depan, DPR bisa saja mengesahkan kembali RUU tersebut.
Sikap represif aparat kepolisian yang memukuli sejumlah mahasiswa dan menangkap aktivis juga dinilai menciderai demokrasi. Hal tersebut menjadi indikator kebebasan berpendapat di Indonesia semakin terancam.
Kepala Kepolisian Resor Banyumas Ajun Komisaris Besar Bambang Yudhantara Salamun menyampaikan, institusi Polri turut berdukacita atas meninggalnya dua mahasiswa di Kendari. “Kami Polri, bukan hanya Polres Banyumas berbelasungkawa, berdukacita atas meninggalnya rekan mereka dari mahasiswa kader IMM,” kata Bambang.
Bambang mengatakan, sesuai janji Kapolri pelaku penembakan akan diusut tuntas siapapun pelakunya. Bambang pun menyampaikan, saat ini status pengamanan di wilayah Banyumas adalah siaga I dan mengimbau siapapun yang akan menggelar aksi untuk tetap menaati peraturan serta menjaga diri. Selain itu, perlu diwaspadai adanya oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab yang akan mendompleng di aksi-aksi.
Baca juga : Penembakan Mahasiswa di Kendari Diinvestigasi